TFR

View Original

Berbagai tren di masa pandemi modern

Kita telah resmi memasuki bulan September, yang artinya kita telah berada di dalam sebuah pandemi global selama hampir setengah tahun. Kita telah menyaksikan berbagai hari raya keagamaan, hari kemerdekaan, dan masa liburan sekolah datang dan pergi dalam enam bulan terakhir. Rasanya semakin sulit untuk mengingat kehidupan sebelum Covid-19 muncul di muka bumi.

Awalnya, terjadi fase mania, di mana masyarakat menimbun keperluan-keperluan utama seperti masker, cairan disinfektan, dan bahan makanan. Lalu tiba fase ‘tertib,’ di mana mayoritas masyarakat Indonesia menaati peraturan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Pada periode ini, kebanyakan dari kita tinggal di rumah dan terkarantina. Jumlah kasus yang dilaporkan pada periode ini pun tergolong relatif rendah.

Kemudian, kita mulai memasuki masa transisi, di mana sebagian aktivitas di luar rumah dan operasi bisnis mulai diperbolehkan secara bertahap. Sayangnya, peraturan yang semakin kendur rupanya juga mengendurkan penerapan protokol kesehatan di masyarakat, yang berujung ke bertambahnya kasus baru secara signifikan. Saat ini, setiap individu telah memiliki batasan pribadi yang berbeda-beda dalam menghadapi pandemi COVID-19.

Pandemi ini telah mengubah dunia dengan sebegitu hebatnya hingga melahirkan tren-tren baru yang diperkirakan akan bertahan lama. Secara umum, tren-tren yang bermunculan pada masa pandemi ini dibagi ke dalam empat pilar utama: gaya hidup virtual, aktivitas di rumah, kesehatan, dan ‘ekonomi kebaikan.’ Keempat pilar ini dapat terjadi bersamaan dan mampu memengaruhi satu sama lain.

Pertama, kita kini menjadi jauh lebih bergantung pada asistensi virtual dalam kehidupan sehari-hari. Pembatasan yang diberlakukan saat ini telah menggiring manusia untuk hidup dalam sebuah ‘realita virtual,’ yang mengakibatkan penduduk dunia menghabiskan lebih banyak waktu online.

Sekarang, kebanyakan dari kita bekerja, belajar, berbelanja, dan bahkan bertamasya lewat daring. Fenomena ini mengakibatkan banyak tren-tren baru bermula dari dunia maya.

Beberapa produk daring yang menjadi populer selama pandemi meliputi aplikasi (TikTok, Gartic), permainan (‘Animal Crossing’), meme media sosial (Instagram Bingo, #untiltomorrow challenge), serial televisi (‘Tiger King’ di Netflix), dan bahkan kebiasaan baru seperti pemotretan virtual. TikTok dapat disebut sebagai tren daring paling signifikan selama periode ini, di mana popularitasnya berkembang pesat dan tidak hanya diadopsi oleh generasi Z.

Tren kuliner pun terpengaruh oleh kehidupan virtual masyarakat saat ini. Banyak makanan dan minuman populer yang awalnya mulai dikenal lewat media sosial seperti TikTok atau Instagram. Kopi Dalgona yang sempat viral adalah salah satunya. Contoh lain adalah roti keju bawang putih asal Korea Selatan yang ramai diperbincangkan di Instagram.

Bicara soal makanan, tren kuliner yang ramai di berbagai kalangan ini tidak hanya mendorong masyarakat untuk berbelanja, tetapi juga membuat makanan mereka sendiri di rumah. Hal ini berkaitan dengan pilar tren selanjutnya, yaitu aktivitas atau hobi yang dilakukan di rumah.

Tentu kita banyak menemui teman-teman atau anggota keluarga yang sejak pandemi dimulai seketika berubah menjadi master chef atau master baker. Kalaupun tidak, pasti kita pernah melihat orang yang kita kenal atau mungkin kita sendiri menjadi kolektor atau pecinta tanaman.

Karena lebih banyak waktu yang dihabiskan di rumah, masyarakat mulai mencari aktivitas yang dapat dilakukan di rumah atau dapat memperkaya rumah. Memasak, merawat tanaman, menghias rumah, serta berkreasi dengan tie dye adalah beberapa aktivitas yang banyak dipilih masyarakat Indonesia.

Lalu, karena pandemi ini telah membuat masyarakat lebih sadar akan kesehatan dan perawatan diri, topik kesehatan juga menjadi salah satu yang banyak diangkat di masa pandemi. Kebiasaan dan pola makan yang lebih sehat menjadi lebih populer di kala masyarakat berusaha untuk menjaga dan memperbaiki kesehatan dan sistem kekebalan tubuh mereka.

Pola makan sehat memiliki banyak manfaat, karena sistem kekebalan tubuh yang kuat dapat membantu mencegah penyakit dan mempermudah proses pemulihan. Sejak masa karantina dimulai, industri makanan alami telah mencatat lebih dari 15 juta pelanggan baru.

Selain itu, ada pula laporan mengenai naiknya permintaan pasar terhadap makanan berbahan dasar nabati dan yang diproduksi label-label independen berkualitas tinggi. Perubahan gaya hidup ini diperkirakan akan terus berlanjut kendati pandemi sudah berakhir.

Tentunya kita semua juga menyadari fenomena ‘gowes’ yang sedang ramai diadopsi masyarakat Indonesia. Sepeda Brompton, yang begitu digemari di Indonesia sampai-sampai konsumen lokal mulai mencari cara ilegal untuk mendapatkannya, adalah bagian penting dari fenomena ini. Namun, tren berolahraga ini lebih dari sekadar bersepeda, karena sekarang masyarakat mulai tertarik dengan meditasi dan berolahraga di rumah.

Terakhir, kita diperkenalkan dengan konsep ‘ekonomi kebaikan,’ di mana konsumen mulai sadar dan peduli tentang cara pelaku bisnis memperlakukan pekerjanya dan lingkungan. Hal ini diprediksi akan menjadi lebih dari sekadar tren—mendorong perubahan pola pikir yang diproyeksikan akan terus berkembang setelah pandemi berakhir.

Di samping itu, keinginan untuk berbelanja produk lokal semakin tinggi, yang dapat dilihat melalui barang-barang yang dibeli konsumen (artisanal atau menggunakan bahan lokal) dan cara konsumen berbelanja (misalnya mendukung UMKM atau toko komunitas).

Keempat pilar ini memengaruhi tren di berbagai industri. Sebagai contoh, dalam dunia arsitektur, tren aktivitas di rumah sangat berpengaruh. Ruang pertanian urban dan area kerja di rumah adalah dua dari sekian banyak tren arsitektur yang diperkirakan akan semakin populer dalam beberapa tahun ke depan.

Pengaruh dari empat pilar tren tersebut juga dapat ditemui di industri mode. Peralatan pelindung diri seperti masker dan pelindung wajah telah berkembang dari kebutuhan primer di masa pandemi menjadi sebuah ekspresi mode. Merek-merek internasional dan lokal, termasuk rumah mode Burberry, mulai meluncurkan desain masker mereka.

Sementara itu, loungewear atau busana santai menjadi salah satu pakaian yang sedang digemari, terutama karena sifatnya yang multi-fungsi: pakaian ini nyaman dipakai di rumah, tapi juga pantas dikenakan ke luar rumah untuk berbelanja. Contoh-contoh ekspresi dunia mode tersebut terutama dipengaruhi oleh pilar tren kesehatan dan aktivitas di rumah.

Kendati tren-tren ini terlahir di masa pandemi, bukan berarti semuanya akan hilang ketika pandemi berakhir. Yang pasti, pandemi ini tidak akan meninggalkan dunia dalam keadaan yang sama seperti sebelumnya. Para pelaku bisnis harus rajin memantau tren-tren ini agar tidak melewatkan kesempatan usaha.

Dalam enam bulan terakhir, kita sudah melihat banyak hal menjadi viral di Indonesia. TFR telah mengumpulkan dua topik terhangat pada tiap bulan selama masa pandemi Covid-19.

Maret
Kopi Dalgona: Kopi instan dengan tampilan ala kafe yang mudah dibuat dan hanya membutuhkan tiga bahan dasar. Periode Dalgona menandai periode awal pandemi Covid-19.

Instagram Bingo: Ada banyak sekali bingo yang tersedia, sampai-sampai kita harus memprioritaskan mana yang paling pantas diunggah. Tentunya kita tidak sebosan itu, ‘kan? Atau paling tidak kita tidak boleh kelihatan sebosan itu.

April
‘Animal Crossing’: Sebuah permainan yang mengajak kita membuat dan mengatur sebuah dunia virtual di saat dunia nyata sedang menghadapi tantangan yang luar biasa.

‘Tiger King’: Mulai dari kucing-kucing besarnya, model pakaiannya, gaya rambutnya, sampai misteri hilangnya mantan suami Carole Baskins, acara ini membuat kami ketagihan.

Mei
Kopi Literan: Tahun ini, umat Islam menyambut kehadiran bulan suci Ramadhan di tengah pandemi, dan kala itu kopi literan merupakan pilihan menarik untuk konsumsi pribadi maupun untuk hantaran hari raya.

Tanaman: Kita semua pasti memiliki teman yang mulai menyukai tanaman sejak bulan Mei. Sekarang kita hidup di Indonesia yang lebih memahami dan mencintai tanaman.

Juni
‘Keke Bukan Boneka’: Terlepas dari apakah kita suka atau tidak, Kekeyi dan lagu perdananya ini berhasil mengangkat beberapa isu penting ke permukaan, seperti ketenaran, plagiarisme, dan online bullying.

Garlic Cheese Bread: Rasanya lezat, relatif mudah dibuat, dan berasal dari Korea! Roti ini memiliki semua komponen yang dibutuhkan untuk menjadi viral di tahun 2020.

Juli
Sepeda Brompton: Indonesia sangat menggemari sepeda Brompton sampai toko-toko Brompton di Jerman terpaksa ditutup. Kabarnya, seluruh sepedanya sudah habis diborong orang Indonesia.

Loungewear: Busana pandemi paling utama. Nyaman, modis, dan cocok dipakai saat sesi Zoom.

Agustus
Uang Peringatan Kemerdekaan Rp75.000,00: Atur jadwalmu untuk mendapatkannya via tautan ini: https://pintar.bi.go.id/

Drive-in cinema/concert: Pandemi ini sudah berlangsung cukup lama, dan para penggiat live event sudah paham dan mampu mengadakan acara live dengan penerapan protokol kesehatan yang baik. Sejujurnya, kita sudah menunggu-nunggu acara seperti ini setelah berbulan-bulan tidak dapat menikmatinya.