TFR

View Original

Membangun bisnis kuliner di Indonesia yang tak lekang oleh waktu: 50 tahun Sarirasa Group

Ditulis oleh Ardela Nabilla | Read in English

Kekayaan budaya Indonesia tak hanya tercermin dari keanekaragaman karya seni asal berbagai daerah, tetapi juga variasi kulinernya yang menjadi daya tarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Maka, tak heran apabila sektor kuliner menjadi salah satu industri yang berkontribusi besar terhadap perekonomian negara. Industri ini pun terus berkembang pesat dari tahun ke tahun, didorong oleh meningkatnya jumlah konsumen kelas menengah.

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) bertajuk “Statistik Penyedia Makan Minum 2022” yang dirilis pada 22 Desember 2023, per tahun 2022 terdapat 10.900 usaha penyedia makanan dan minuman skala menengah besar, meningkat 20,76% dibandingkan 2021.

Sebanyak 50,44% usaha tersebut berlokasi di mal atau pertokoan besar, dengan jumlah terbanyak berada di provinsi DKI Jakarta dan Jawa Barat, diikuti oleh Sumatera Selatan dan Bali.

Peningkatan tren penyedia makanan dan minuman ini menunjukkan bahwa usaha kuliner masih menjadi salah satu bisnis potensial yang memiliki peluang besar.

Sumber: Sarirasa Group

Di sisi lain, kemunculan berbagai merek kuliner baru ini diikuti oleh tantangan baru, yakni persaingan yang makin ketat, sehingga mengharuskan pelaku usaha untuk terus berinovasi demi menjaga loyalitas pelanggan agar bisnisnya tak hanya dapat berkembang, namun juga bertahan untuk jangka waktu lama.

Sulit bukan berarti tidak mungkin. Indonesia memiliki sederet merek yang telah berdiri selama puluhan tahun dan membuktikan bahwa membangun bisnis kuliner yang berkelanjutan bukanlah hal mustahil.

Contohnya Sarirasa Group, perusahaan yang bergerak di bidang kuliner yang didirikan pada 1974. Perusahaan yang menaungi sederet merek kuliner ternama di Tanah Air itu akan memperingati ulang tahunnya yang ke-50 pada tahun ini.

Sate Khas Senayan, Sate Express Senayan, TeSaTe, Gopek, TeKoTe, hingga Sate & Seafood Senayan bukanlah merek yang asing di telinga pecinta kuliner lokal. Selain restoran, Sarirasa Group juga telah melebarkan sayapnya ke bisnis katering yang berdiri pada 1975 untuk memenuhi  kebutuhan pelanggan di luar restoran.

“Pada peringatan ulang tahun ke-50 kali ini, kami masih mengusung tiga pilar utama kami, yaitu kuliner, budaya, dan sustainability berupa waste management. Ketiga hal inilah yang terus kami implementasikan dengan konsisten,” ujar Head of Marketing Department Sarirasa Group Lavinia Siswadi dalam wawancara tertulis kepada TFR.

Konsisten, bukan hanya viral: Kunci kesuksesan bisnis kuliner!

Mengutamakan pelanggan dan memastikan kualitas pelayanan nyatanya tak cukup untuk membangun bisnis kuliner yang berkelanjutan.

Menjaga konsistensi visi dan misi bisnis juga perlu diutamakan. Inilah salah satu rahasia di balik kesuksesan Sarirasa Group. Pasalnya, kesuksesan dan keberlanjutan bisnis kuliner tak bisa berpatok pada keviralan semata.

Lavinia menegaskan, “Konsisten dengan visi di awal adalah tantangan terbesarnya, tidak hanya sekadar ikut-ikutan viral. Salah satu cara kami menghadapi tantangan tersebut adalah selalu melihat kembali visi kami. Dunia kuliner di Indonesia yang konsisten dan stabil adalah wujud mempromosikan Indonesia di kancah luas.”

Beradaptasi dengan tren terkini juga tak kalah penting demi keberlanjutan bisnis. Pelaku usaha harus bisa membuka diri terhadap hal-hal baru di industri agar tetap relevan dengan perkembangan dan kebutuhan pasar, namun tetap memperhatikan keselarasannya dengan visi dan misi yang diusung.

Misalnya saja tren mengonsumsi makanan sehat yang beberapa waktu belakangan banyak diminati seiring dengan meningkatnya kesadaran konsumen akan kesehatan mereka. Artinya, pengusaha restoran pun harus bisa melakukan penyesuaian terhadap pilihan menu yang ditawarkan.

“Selain itu, banyak juga konsumen yang sudah melek dengan makanan yang berkualitas, bukan hanya dari segi rasa, namun juga bahan baku. Oleh sebab itu, kami juga selalu berupaya memastikan bahan baku hanya yang terbaik, seperti hanya menggunakan pewarna alami, menghindari adanya bahan kimia dalam proses, sampai menggunakan bahan non-GMO untuk semua produk kedelai kami,” jelasnya.

Membicarakan keberlanjutan tak bisa lepas pula dengan prinsip ramah lingkungan. Sarirasa Group telah menerapkan manajemen pengelolaan limbah sejak 2019 melalui program Tanahmula.

Praktik yang diimplementasikan di lebih dari 70 restoran milik Sarirasa Group ini mengubah limbah bahan baku dari restoran menjadi produk-produk bermanfaat, seperti mengelola sisa makanan menjadi pakan ternak.

Meski baru diterapkan selama lima tahun, Tanahmula menunjukkan bahwa merek kuliner pun dapat berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat luas. Dengan demikian, kepuasan pelanggan berjalan beriringan.

Lanjutkan kebudayaan Indonesia lewat kuliner

Ada banyak cara yang bisa dilakukan pengusaha kuliner untuk meningkatkan daya saing, termasuk dengan memiliki ciri khas yang membentuk identitas merek.

Melakukan promosi sekaligus melestarikan warisan kuliner Indonesia adalah salah satunya! 

Sumber: Sarirasa Group

Hal ini turut dilakukan oleh Sarirasa Group, yang terus membawa kekayaan kuliner Indonesia melalui puluhan gerainya yang tersebar di Indonesia.

“Ekspansi ke banyak kota terus kami lakukan dari tahun ke tahun, bahkan ke luar negeri pun sudah menjadi agenda kerja di depan mata. Karena sejak awal visinya memang bukan untuk menjadi usaha kuliner, melainkan untuk mengangkat dan mempromosikan budaya Indonesia,” ungkap Lavinia.

Harapannya, kuliner Indonesia dapat berjaya di dalam negeri dan makin dikenal oleh dunia luar.

Lavinia menutup, “Target terbesar kami saat ini adalah food diplomacy, membawa kekayaan kuliner Indonesia ke luar negeri.”


Artikel terkait

See this gallery in the original post

Berita terkini

See this gallery in the original post