TFR

View Original

Diblokir Instagram dan Twitter, Kanye West akuisisi media sosial Parler

Kanye West sepakati pembelian aplikasi Parler, sosial media yang populer di kalangan konservatif Amerika Serikat (AS). Kabar ini diberitakan perusahaan Parlement Technologies Inc pada Senin (17/10).

Parler merupakan platform serupa dengan Gettr, Gab dan Truth Social, yang dibangun untuk menjadi wadah 'kebebasan berpendapat' sebagai alternatif dari Twitter. Ia pertama diluncurkan pada 2018.

Akibat insiden kekacauan gedung Capitol Amerika Serikat (AS) pada 6 Januari 2021 silam, Parler ditutup sementara. Pasalnya, melansir CNN BUSINESS (18/10), Parler yang kala itu punya 12,3 juta unique visitors menjadi tempat perencanaan penyerangan Capitol, yang dikenal sebagai insiden “Capitol Riot”.

Namun, Parler kini sudah kembali tersedia dalam app store Google dan Apple. Melansir REUTERS, September lalu, Parler membangun perusahaan induk terbarunya, Parlement Technologies Inc.

Kepada REUTERS (17/10), CEO Parlement Technologies Inc George Farmer menyatakan bahwa tawar menawar transaksi Parler dengan rapper yang juga disapa dengan Ye tersebut baru saja dimulai akhir-akhir ini, setelah Paris Fashion Week (PFW) yang berakhir pada awal Oktober (4/10).

“Salah satu dorongannya (Ye membeli Parler) adalah diskusi tentang Instagram yang memblokirnya,” ujar Farmer. Pasalnya, setelah menuai protes atas kaos bertuliskan “White Lives Matter” di PFW kemarin, Ye diblokir Instagram dan Twitter karena ungkapan anti-Yahudi dalam responnya terhadap protes netizen.

“Saya melihat ini sebagai tembakan peringatan di haluan bagi perusahaan yang ingin menurunkan platform orang. Semakin banyak pengiklan yang ingin beriklan ke ruang ini,” lanjut Farmer.

Melansir sumber yang sama, Ye mengungkap dalam pernyataannya, “Di dunia di mana opini konservatif dianggap kontroversial, kita harus memastikan bahwa kita memiliki kebebasan untuk mengekspresikan diri.”

Akan tetapi, CNN BUSINESS memberikan pandangan lain. Ketimbang melihat akuisisi Ye sebagai dukungan terhadap konservatif AS, Ye justru membeli media sosial tersebut karena kecilnya jumlah pengguna Parler yang didominasi oleh para ekstrimis sayap kanan.

“Tidak ada yang mengunjungi itu (Parler) untuk berdialog tentang pemikiran konservatif. Mereka kesana untuk mencari orang-orang dengan pola pikir sama,” ujar Juliette Kayyem dikutip dari laporan CNN BUSINESS.

Sebagai informasi, menurut Farmer, Parler kini memiliki 16,6 juta pengguna yang teregistrasi. Ye pun baru saja mendaftarkan akun Parlernya pada Senin (17/10), dan kini memiliki sekitar 10.000 pengikut. Meski begitu, hingga kini (18/10), belum jelas berapa harga yang dibayar Ye dalam akuisisi ini.