TFR

View Original

Tak hanya Bali, “Ubud Writers & Readers Festival” 2022 berlangsung di beberapa kota

Setelah dua tahun “Ubud Writers & Readers Festival” (UWRF) berjalan secara hybrid akibat pandemi COVID-19, akhirnya tahun ini 200 pembicara dari 19 negara akan hadir secara langsung dalam perhelatan sastra dan seni UWRF mulai 27 hingga 30 Oktober mendatang di Pulau Dewata.

UWRF ke-19 ini mengusung tema “Memayu Hayuning Bawana”, sebuah filosofi Jawa Kuno yang bermakna ikhtiar dalam merawat, melindungi, serta memperindah segala sisi keutamaan semesta. 

Pasalnya, salah satu perhelatan tahunan terpenting di Asia Tenggara ini akan menampilkan karya-karya dan diskusi dari penulis, budayawan, aktivis, jurnalis, pegiat sastra dan tokoh penting lainnya.

“Diharapkan (UWRF) menjadi ruang pertemuan yang hangat, momen saling-silang ide serta karya, hingga kesempatan mengenali pemikiran-pemikiran yang berbeda,” ungkap Pendiri sekaligus Direktur UWRF, Janet DeNeefe dalam konferensi pers di Jakarta beberapa waktu lalu.

Dalam kesempatan yang sama, Janet bercerita bagaimana “Memayu Hayuning Bawana” menurutnya menyoroti bagaimana kita harus bahu membahu membangun harmoni, layaknya sebuah rajutan.

Penulis legendaris Indonesia, Putu Oka Sukanta pun menambahkan, “Ajaran Jawa ini kalau kita baca dan telaah, sebenarnya sederhana, jangan menjadi masalah, jadi lah solusi.” Problema yang dimaksud Putu adalah krisis kemanusiaan yang merajalela hari ini, mulai dari perang hingga kerusakan alam.

Selain itu, Laksmi DeNeefe Suardana, Puteri Indonesia 2022 yang juga hadir dalam kesempatan sama berpendapat bahwa acara ini penting untuk mengangkat pentingnya akses literasi. Pasalnya, menurut Laksmi, kata-kata yang disampaikan lewat tulisan mampu membawa perubahan besar nan baik.

Kegelisahan akses literasi lantas ditekankan oleh Felix K. Nesi, penulis asal Nusa Tenggara Timur. “Saya contohnya, saya menjalani masa kanak-kanak di tahun 1990-an di mana susah mencari buku.”

Felix pun mengatakan, “Saya pikir sekarang sudah mulai terbantu dengan berbagai program dan kampanye, juga apa yang dimulai oleh UWRF yang sejak tahun 2000-an mengundang penulis-penulis dari timur. Saya pikir (ketimpangan) ini harus menjadi perhatian kita bersama ke depannya.”

Festival di akhir Oktober ini mengangkat beragam kemanusiaan dalam nuansa hangat nan intim bagi peserta dan pembicaranya. Keintiman acaralah yang membedakan UWRF 2022 dengan sebelumnya.

Perhelatan yang didukung oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemdikbud ini akan menghadirkan 60 panel diskusi, 11 lokakarya, 30 peluncuran buku, delapan acara spesial, 10 pemutaran film, pemeran seni, pertunjukan musik dan sastra, hingga belasan program anak-anak dan remaja selama empat hari.

Selain di Ubud, Bali, beragam acara pendamping akan dilakukan di berbagai kota lain. Salah satunya adalah festival seni "Rasasastra" di Semesta Gallery, Jakarta, yang berlangsung pada 8-13 November.

Tak hanya Jakarta, akan ada pua program lainnya di Solo, Yogyakarta, dan Surabaya bersama penulis Amerika yang didukung oleh Kedutaan Besar Amerika. Bahkan, UWRF Perth, Australia juga akan dilangsungkan atas kerja sama dengan Writing WA mulai besok pada 21 hingga 23 Oktober.