TFR

View Original

Performa bisnis fesyen Mango, Inditex, H&M pada periode kuartal IV-2021 hingga kuartal I-2022 , untung atau rugi?

Mango mencatatkan keuntungan tertinggi dalam satu dekade

Mango melaporkan lonjakan pertumbuhan bisnis pada periode Q4/2021. Pencapaian ini disebut sebagai pencapaian terbesar yang berhasil dicatatkan oleh Mango dalam kurun waktu satu dekade. 

Dibandingkan dengan pendapatan pada 2020, Mango mencatat kenaikan sebesar 23,1%. Dengan ini, Mango berhasil mendapatkan keuntungan hingga €67 juta atau sekitar Rp1 triliun, setara dengan tiga kali lipat keuntungan pada 2019 sebesar €21 juta. 

Salah satu alasan di balik pencapaian ini adalah strategi Mango untuk memperluas jaringan pasar daringnya. Dilansir dari Fashion United, pada 2021, Mango melakukan akselerasi investasi. Pada 2021, investasi perusahaan ritel pakaian asal Spanyol ini meningkat hingga 63,6% menjadi €45 juta. 

Sebagian besar sumber dana investasi ini dialokasikan untuk mempercepat transformasi daring dan memperbarui jaringan toko daring. Baru-baru ini Mango meluncurkan toko daringnya di Thailand yang menjadi toko daring Mango yang ke-85. 

Mango mengatakan bahwa pakaian perempuan tetap menjadi kategori terbesar perusahaan dengan pangsa 82%. Selain itu, Mango juga melihat bahwa permintaan pakaian anak-anak tetap menguat dan berhasil tumbuh 60% sejak 2019. Pakaian pria, pakaian rumah, dan pakaian anak-anak menyumbang 18% dari omzet 2021. 

“Tahun 2021 juga merupakan tahun yang penuh dengan tantangan dan ketidakpastian, tetapi kami menggunakan kekuatan merek Mango untuk memperkuat posisi kami di pasar, dan pada saat yang sama meningkatkan profitabilitas kami, seperti yang telah kami janjikan,” kata CEO Mango Toni Ruiz. 

Perusahaan induk Zara Inditex mencatat kenaikan laba bersih hingga hampir tiga kali lipat di tahun 2021

Perusahaan induk Zara, Inditex, mencatat kenaikan laba bersih hingga hampir tiga kali lipat pada 2021. Perusahan ini juga menaungi berbagai jenama lainnya, seperti Massimo Dutti, Pull & Bear, dan Bershka.

Berdasarkan laporan perusahaan, Inditex membukukan laba bersih sebesar €3,2 miliar pada 2021 hingga hingga 31 Januari tahun ini. Pencapaian ini menunjukkan adanya peningkatan sebesar 193% dibandingkan tahun sebelumnya.

Penjualan bersih Inditex naik 37% menjadi €27,7 miliar dibandingkan dengan 2020. Angka ini juga menunjukkan kenaikan 3% jika dibandingkan dengan angka penjualan bersih sebelum pandemi COVID-19. 

Baru-baru ini, Inditex meluncurkan sistem manajemen stok terintegrasi (SINT) yang telah beroperasi penuh di semua jenama naungannya. Berkat SINT, Inditex membukukan  pemesanan senilai €1,19 miliar, baik secara daring maupun dari toko fisik.

“Setelah dua tahun pandemi, rangkaian hasil ini menunjukkan kemampuan luar biasa untuk beradaptasi dengan keadaan apa pun yang menjadi ciri semua orang yang bekerja di sini, yang lahir dari komitmen dan bakat mereka,” kata Ketua Eksekutif Inditex Pablo Isla. 

Inditex juga mengungkapkan bahwa sepanjang 1 Februari hingga 13 Maret, perusahaan mencatat kenaikan angka penjualan sebesar 33%, baik secara luring maupun daring. 

Terlepas dari pencapaian tersebut, Inditex mengatakan bahwa kebijakan pencegahan varian baru virus Omicron juga membawa dampak yang signifikan terhadap penjualan. Berdasarkan data perusahaan, sejak munculnya varian Omicron, perusahaan mengalami penurunan sebesar €400 juta pada kuartal IV-2021.

Perusahaan baru saja mengumumkan akan menutup semua 502 tokonya di Rusia akibat perang dengan Ukraina. Rusia dan Ukraina mewakili sekitar 5& dari pertumbuhan penjualan Inditex. 

H&M mencatat kenaikan penjualan bersih sebesar 11% pada kuartal IV-2021 dan 23% pada kuartal I-2022

Dalam kurun waktu tiga bulan hingga November 2021 lalu, perusahaan ritel fesyen asal Swedia H&M mencatat kenaikan penjualan bersih sebesar 11% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Berdasarkan laporan perusahaan, pada 2021, penjualan H&M tumbuh 8% hingga mencapai 56,81 miliar krona Swedia, atau setara $6,23 miliar (Rp90,8 miliar). Pencapaian ini menunjukkan kembalinya angka penjualan H&M seperti pada masa pra-pandemi 2019.

Perusahaan mengatakan bahwa “pemulihan yang kuat [akan] terus berlanjut”. “Pelanggan telah menunjukkan bahwa mereka menghargai koleksi kami serta fasilitas yang kami tawarkan yang memungkinkan mereka untuk berbelanja di mana dan kapan saja dengan berbagai metode pembelian yang dapat mereka pilih,” ujar perusahaan tersebut. 

Meskipun H&M harus menutup beberapa tokonya akibat pandemi, pada 2022 bisnis H&M tetap meningkat. Melansir Retail Gazette, H&M melaporkan bahwa dari awal tahun hingga 28 Februari, perusahaan telah mencatat pertumbuhan sebesar 23% (yoy) menjadi 49,17 miliar krona Swedia (Rp74 miliar). Sementara itu, penjualan bersih dalam mata uang lokal naik 18%.

H&M baru-baru ini mengumumkan bahwa mereka telah menutup 170 tokonya di Rusia untuk sementara waktu. Rusia diketahui sebagai pasar terbesar ke-6 H&M dan berkontribusi 3,6% terhadap penjualan H&M pada kuartal IV-2021.