TFR

View Original

H&M menandatangani perjanjian untuk mengakhiri kekerasan berbasis gender di industri pakaian India

H&M telah menandatangani perjanjian untuk mengakhiri kekerasan dan pelecehan seksual terhadap pekerja perempuan di salah satu pemasok terbesarnya di India, menyusul pembunuhan seorang pekerja perempuan tahun lalu.

Pada Januari 2021, Jeyasre Kathiravel, seorang wanita Dalit berusia 20 tahun, ditemukan tewas di lahan pertanian dekat rumah keluarganya setelah menyelesaikan shift di Natchi Apparel, pabrik pembuatan pakaian untuk H&M di Kaithian Kottai, Tamil Nadu.

Worker Rights Consortium (WRC) juga melakukan investigasi independen tahun lalu, tetapi belum dipublikasikan. Mereka mendengarkan kesaksian dari pekerja perempuan lainnya tentang kekerasan berbasis gender yang meluas di Natchi Apparel, H&M, dan Eastman Exports.

Perjanjian yang dilakukan H&M merupakan yang pertama dalam industri fesyen di mana sebuah merek menandatangani inisiatif untuk mengatasi kekerasan berbasis gender di industri garmen Asia, di mana sebagian besar tenaga kerja perempuan miskin membuat jutaan ton pakaian untuk high street fashion setiap tahunnya. 

“H&M Group ingin melakukan yang terbaik untuk berkontribusi pada perubahan sistemik dan positif dalam industri dan oleh karena itu telah menandatangani perjanjian untuk bekerja sama dengan pemangku kepentingan industri untuk mengatasi, mencegah, dan memperbaiki kekerasan berbasis gender dan pelecehan seksual,” kata Julia Bakutis, tim keberlanjutan sosial global H&M.

Berdasarkan ketentuan perjanjian, semua pekerja, penyelia, dan eksekutif harus menjalani pelatihan kekerasan berbasis gender. Tamil Nadu Textile and Common Labour Union (TTCU) akan merekrut dan melatih pekerja perempuan sebagai shopfloor monitors yang akan memastikan perempuan dilindungi dari pelecehan verbal dan intimidasi seksual.

Perjanjian tersebut juga merombak komite pengaduan internal Natchi, sebuah mekanisme yang diwajibkan oleh hukum India di semua tempat kerja tetapi telah gagal selama beberapa dekade untuk melindungi perempuan dari kekerasan laki-laki di pabrik-pabrik Natchi.

Perempuan sekarang dapat melaporkan pelecehan seksual secara anonim ke panel independen yang akan memiliki kekuatan untuk memberhentikan pelaku dan menuntut kompensasi finansial untuk korban dan keluarga mereka.

“Prioritas utama kami untuk memastikan bahwa perempuan di shopfloor kami aman dan untuk melakukannya, perempuan harus dapat dilihat dan didengar serta merasa diberdayakan untuk melaporkan jika terjadi kesalahan,” kata Direktur Eastman Exports Subhash Tiwari.

“Kami tidak akan membiarkan segala bentuk pelanggaran terhadap ketentuan perjanjian ini. Ini bukan hanya toleransi nol, yang kami inginkan adalah penghapusan total pelecehan dan segala bentuk kekerasan terhadap karyawan perempuan kami,” lanjutnya.

Asia Floor Wage Alliance (AFWA) dan kelompok hak-hak buruh internasional Global Labor Justice-International Labor Rights Forum (GLJ-ILRF) juga ikut menandatangani perjanjian tersebut.

Melalui perjanjian ini, H&M berharap dapat berkontribusi pada inisiatif industri yang lebih luas di masa mendatang agar setiap pekerja dapat merasa aman selama bekerja bersama mereka, baik di pemasok H&M maupun bukan.