TFR

View Original

Health Heroes: Jangan asal jajan! Cara mudah untuk diet sehat dan seimbang

Seperempat remaja Indonesia usia 13-18 tahun mengalami stunting dan 9% mengalami wasting kurus atau memiliki indeks massa tubuh yang rendah. Di sisi lain, 1 dari 7 remaja mengalami kelebihan berat badan dan obesitas.

Dari total 273,5 juta penduduk Indonesia, 23% terdiri dari anak-anak dan remaja. Jika dipaparkan, ada sekitar 62,9 juta anak-anak dan remaja.

Di samping itu, masalah gizi juga terkait dengan masalah gender dimana sekitar seperempat remaja putri mengalami anemia (lebih tinggi dibanding remaja laki-laki) dan prevalensi kurus dan stunting lebih tinggi pada anak laki-laki.  

Anemia pada remaja putri berpotensi melahirkan anak kurang gizi dan pendarahan saat melahirkan, mengingat angka pernikahan anak di Indonesia tertinggi ke-2 di ASEAN dan mengalami peningkatan di tengah pandemi.

Data di atas menunjukkan bahwa gizi remaja masih menjadi permasalahan mendasar di Indonesia. Hingga saat ini, Indonesia memiliki 3 beban masalah gizi (triple burden) yakni, kekurangan gizi (stunting), kekurangan gizi mikro yang menyebabkan anemia, dan kelebihan berat badan (obesitas). Masalah gizi, baik gizi kurang maupun gizi lebih akan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.


Penyebab permasalahan gizi remaja di Indonesia

Ahli gizi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Dr Rina Agustina, MD, PhD mengatakan ada banyak faktor yang memicu masalah gizi pada remaja di Indonesia, salah satunya gaya hidup yang tidak sehat. 

Faktor lain yang juga menjadi pemicu adalah pola asupan makanan yang salah. Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) melaporkan terdapat perubahan pola asupan makanan dimana remaja mengkonsumsi protein, buah-buahan dan sayuran dalam jumlah yang tidak memadai, tapi makanan cepat saji barat dan garam dalam jumlah yang berlebihan.

Selain itu, hasil penelitian lain menyebutkan remaja Indonesia gemar mengkonsumsi cemilan khususnya produk kemasan secara rutin yang dibeli pada pedagang kaki lima, kantin sekolah, dan kios.

Sementara angka konsumsi produk kemasan yang tinggi, hal tersebut tidak diimbangi dengan kebiasaan membaca informasi gizi yang tertera pada label produk kemasan.

Hal ini menjadi faktor resiko utama dari kesehatan yang buruk, sebab terdapat penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan antara kebiasaan membaca label kemasan dengan peningkatan pengetahuan gizi.

Kurangnya pemahaman akan nutrisi yang terkandung dalam label kemasan memegang peranan penting dalam pemenuhan gizi anak dan remaja.



Solusi AGATE untuk cegah masalah gizi 

Penggambaran di atas menjadi motivasi pengembang permainan digital Indonesia, AGATE untuk membuat aplikasi yang dirancang untuk memberikan pemahaman dan memperluas wawasan seputar kandungan gizi pada produk kemasan dan referensi makanan sehat bagi remaja.

Aplikasi ini diharapkan dalam memberi pengaruh positif bagi remaja dalam memilih pilihan yang lebih sehat untuk dikonsumsi sekaligus untuk meningkatkan kualitas gizi pada remaja.

April 2022 menjadi penanda bagi AGATE yang didukung oleh GAIN dan Fondation Botnar dalam meluncurkan aplikasi game Health Heroes”. Sebuah aplikasi yang ditunjukkan untuk membangun budaya membaca label produk kemasan pada remaja sehingga dapat memilih pilihan makanan yang lebih sehat.

Pasalnya, informasi pada Label bagian depan kemasan (FOPL) merupakan media komunikasi yang baik bagi konsumen karena menjadi faktor penentu dalam pembelian produk.

“Health Heroes” didesain sebagai aplikasi permainan interaktif bagi remaja, di mana mereka akan memetakan informasi kandungan gizi makanan dan minuman di lingkungannya di lingkungannya.

Di sini, remaja akan turut serta berpartisipasi dengan cara memindai (scan) informasi gizi label makanan dari produk kemasan yang mereka konsumsi untuk mencari pilihan yang lebih sehat melalui pengenalan informasi tentang label depan kemasan (FOPL).

Aplikasi ini sudah resmi diluncurkan pada Rabu, 20 April 2022 dalam event “SCANVenger Hunt” di SMA Negeri 70 Jakarta yang dihadiri oleh 200 peserta. Para siswa antusias dengan kehadiran aplikasi ini dan berlomba-lomba memindai berbagai produk makanan kemasan untuk mengetahui dan memahami kandungan informasi gizi di dalamnya.

Rakaputra Paputungan, perwakilan dari Agate yang hadir pada acara tersebut menjelaskan, “pengembangan aplikasi ini dilakukan dengan menampung masukan dari para remaja sebagai target pengguna, dan kemudian kami menyempurnakannya”.

Ia juga berharap agar  aplikasi ini dapat mendorong kelompok remaja menjadi lebih peduli untuk mengenali kandungan gizi makanan mereka, serta menciptakan pola makan yang lebih sehat.

Aplikasi “Health Heroes” sudah dapat diundur melalui tautan ini untuk versi Android, sementara versi IOS akan diluncurkan pada akhir tahun 2022.