TFR

View Original

Tak disebut dalam credit film, perancang busana Gatotkaca buka suara

Naythero, perancang busana dari film superhero “Satria Dewa: Gatotkaca” melalui Story Instagramnya pada 7 Juni lalu ungkap dirinya tak disebut dalam bagian post-credit film tersebut. “Sungguh menyenangkan bekerja untuk sebuah film, membuat semua kostum utama … dan tidak menjadi bagian dalam credits,” tulisnya.

“Terakhir kali bagi saya bekerja dengan production ini, produser pertama jauh lebih profesional,” tambahnya.

TFR kemudian menghubungi Naythero untuk informasi lebih lanjut. Ia menjelaskan kerja sama ini telah secara resmi dimulai sejak 2018. Mulanya kostum-kostum ini digambar terlebih dahulu oleh Satria Dewa Studio (SDS) dan kemudian dikembangkan oleh tim dari Naythereo, Parallel Life Studios. 

“Pemilik pertama dan kreator dari SDS, Rene adalah seorang yang antusias dengan proyek ini, dia sangat menghormati keputusan para seniman. Kami (Parallel Life Studios) juga membantu dia mengembangkan kostum para karakter dengan membuatnya bisa dipakai dan dikenakan oleh aktor asli,” jelas Naythero. 

Hal ini dilakukan karena, baginya, saat seniman menggambar sosok pahlawan, kostumnya tak pernah bisa digunakan dalam dunia nyata. “Anda harus memikirkan tentang proses menjahit dan juga aspek kenyamanan dari para pemeran pengganti dan keselamatan mereka,” tutur Naythero.

Selain dirinya, Naythero menyebut ada kemungkinan Rene Ishak, selaku creator dan producer juga tak disebut dalam post-credits. Menurutnya, hal itu aneh karena Rene ialah sosok yang menciptakan karya ini dan membuatnya menjadi mungkin, sebelum tiba-tiba meninggalkan perusahaannya sendiri. “Jika saya bagian dari tim baru, saya akan menyebut namanya sebagai rasa hormat,” jelasnya.

Sebelum ia mengomentari unggahan gala premiere Satria Dewa: Gatotkaca, ia telah menghubungi pihak Gatotkaca tapi diabaikan. “Pertama, kami diabaikan beberapa kali, mungkin karena mereka (tim produksi Gatotkaca) tidak tahu kami adalah tim pembuat kostumnya, mereka sepatutnya menerima banyak pesan,” ungkap Naythero.

Lebih lanjut ia menjelaskan, “Ketika saya mengomentari unggahan gala premiere, penonton langsung segera beraksi dan tanggapan saya langsung viral di Indonesia.” Naythero tidak berniat untuk membuat drama karena pihaknya diabaikan ketika menghubungi secara privat.

Tanpa menunggu lama, pihak SDS selaku production house film tersebut langsung menghubungi Naythero. “Dalam waktu singkat pihak SDS langsung menghubungi saya karena saya memiliki banyak teman dan pengikut di Indonesia yang menghubungi SDS.”

Naythero kemudian menerima e-mail dari SDS yang berisi permohonan maaf dan meminta nama lengkap dan peran dari kru Parallel Life Studios yang mengembangkan baju besi Gatotkaca dan Aswatama serta pakaian untuk para pemeran utama dan pengganti.

Parallel Life Studios juga membuat kostum yang tidak ditampilkan dalam film karena naskahnya diubah pada saat-saat akhir. “Sayang sekali karena itu bagian yang sangat menarik dalam film,” ucap Naythero.