TFR

View Original

Versi Ionic Original dari “Blowin’ in the Wind” terjual seharga Rp26 miliar

Rekaman lagu “Blowin’ in the Wind” yang dinyanyikan Bob Dylan dan hanya ada satu di dunia laku terjual seharga $1,769,508 atau setara dengan Rp26 miliar dalam pelelangan Christie’s di London pada awal Juli kemarin. Menariknya, melansir Variety, rekaman ini terjual dengan harga fantastis kepada seorang penelpon yang identitasnya belum diungkapkan sampai sekarang.

Lagu “Blowin’ in the Wind” merupakan lagu milik Bob Dylan sendiri yang pertama kali diluncurkan pada 1963. Perekaman ulang ini dinilai sangat otentik karena menandai saat pertama sejak 60 tahun Bob Dylan kembali menyanyikan lagu-lagunya di tahun 1960-an.

Hanya orang-orang yang berada di pelelangan Christie’s di Kota London, New York, dan Los Angeles, serta beberapa media yang diundang T Bone Burnett untuk mendengarkan lagu ini.

Burnett ialah sosok yang memproduksi rekaman ini. Menariknya, rekaman ini diproduksi dengan format terbaru yang Burnett ciptakan dan diberi nama Ionic Original” versi terbaru rekaman asetat yang dikembangkan dengan teknologi analog. Kabarnya, Ionic Original berukuran 10 inchi, tahan terhadap keausan, dan dapat diputar pada pemutar rekaman normal. 

Terkait dengan eksklusivitas rekaman, Burnett menjelaskan, “Saya pikir penting untuk diketahui oleh orang-orang yang peduli dengan eksklusivitas dari apa yang kami lakukan. Ionic Original bukanlah 'salinan'. Ini rekaman asli. Kami tidak memicu kelangkaan. Ini sebenarnya langka. Ini rekaman asli yang unik, buatan tangan. Kita semua telah dikondisikan untuk menerima persyaratan dan bereaksi terhadap hal-hal dari bingkai produksi massal. Ini bukan itu.”

Bekerja dalam era mechanical production berarti musisi harus menerima nilai dari karyanya berdasarkan pemahaman pemerintah, perusahaan, ahli teknologi, label rekaman, hingga pendengarnya secara streaming.

Menurutnya, ia menciptakan Ionic Original sebagai bentuk penafian dari rekaman musik yang sudah menjadi objek perdagangan selama 20-30 tahun terakhir. Dengan Ionic Recording, Burnett menjelaskan, kini kontrol ada pada tangan sendiri, termasuk cara produksi dan memegang sendiri hak cipta terhadap karya tersebut. 

“Kami jadi mampu menjelajahi apa nilai sebuah lagu? Apa nilai sebenarnya dari Bob Dylan menyanyikan “Blowin' in the Wind” 60 tahun setelah dia menulisnya di lingkungan ini? Dan kita akan mencari tahu,” jelasnya.

Tujuan dari rekaman ini menurut Burnett adalah untuk menciptakan versi terbaru dari program one-of-one. Ia mencoba memasukkan musik dalam dunia fine art karena baginya, musik di Amerika sama seperti Wine di Prancis yang mempunyai nilai yang sangat tinggi dan menjadi bagian dari budaya.

Menurut Burnett, Ionic Original tidak hanya diciptakan untuk Bob Dylan, tetapi untuk setiap musisi yang akan bekerja sama dengannya dan menciptakan musik secara mandiri, bukan hanya untuk membagikan musiknya secara gratis.

Apakah versi Ionic Original dapat didengarkan oleh khalayak umum? Menurut Burnett, ini sepenuhnya berada pada kehendak dari pembeli. Namun, baginya sendiri, penyebaran massal hanya memungkinkan jika diputar di museum dan bentuk produksi digital tidak akan ada.