TFR

View Original

Gajah Gallery Jakarta gelar pameran karya seni patung “Navigating Entropy”

Gajah Gallery Jakarta sajikan pameran kelompok bertajuk “Navigating Entropy” hasil kerjasama dengan Yogya Art Lab (YAL). Pameran ini menampilkan ragam karya tiga dimensi hasil eksplorasi dan inovasi seniman-seniman ternama Asia Tenggara yang bisa dikunjungi hingga 21 Agustus mendatang.

Lewat inisiasi YAL pada 2012, Direktur Gajah Gallery Jasdeep Sandhu dan seniman Yogyakarta Yunizar menghadirkan ruang seni Gajah Gallery dan studio pengecoran yang terletak di daerah istimewa itu.

Berada di kota seni dan budaya yang dinamis di Indonesia, fasilitas studio pengecoran YAL memberikan kesempatan bagi seniman mengeksplorasi medium dan material karyanya. Tim YAL pun bekerja dengan berbagai material, mulai dari kertas, alumunium, keramik, lensa Fresnel, dan berfokus pada perunggu. 

Dengan begitu, Pameran “Navigating Entropy” menyoroti seniman yang telah lama berkarya patung, hingga yang baru merambah ke bentuk tiga dimensi. Kita dapat menemukan banyaknya penggunaan perunggu dalam karya-karya yang ditampilkan, senafas dengan eksplorasi yang dilakukan YAL.

Contohnya, koleksi karya Yunizar, berbahan perunggu, menampilkan kekuatan imaji yang bergerak tanpa batas menunjukkan capaian penjelajahan artistiknya bersama YAL selama 10 tahun terakhir.

Seniman lain yang berasal dari Amerika Serikat, Ashley Bickerton menampilkan dua patung perunggu berjudul “Double Helix Hammerhead” dan “Shark” yang membicarakan rantai kehidupan harmonis. 

Selanjutnya, kita dapat menikmati karya seniman Yogya lainnya Uji ‘Hahan’ Handoko, yang kerap membicarakan tentang eksklusivitas kesenian, lewat ‘seni rendah’ dan ‘seni tinggi’. 

Salah satu karya patung yang ditampilkan berbentuk lobster bermotif khas Louis Vuitton dan logo balai lelang Sotheby’s, sebagai kritik atas pasar seni yang cenderung mengubah seniman dan karyanya jadi merek, untuk meraup keuntungan. Karya bertajuk “Manner, Dinner, Lobster” dibuat pada 2020.

Tak hanya ketiga seniman yang telah disebutkan, galeri yang berdiri sejak 1996 ini turut menyajikan karya Suzann Victor, Jane Lee, Wei Li Gang, Jogen Chowdhury, dan Handiwirman Saputra. 

Di samping itu, selama bekerja di studio, para seniman terus membuka kemungkinan akan adanya risiko dan ketidakpastian, selayaknya arti istilah “entropi” itu sendiri.

“Walaupun seniman yang berpartisipasi dalam pameran ini datang dari konteks, daerah, tradisi, serta latar belakang praktek seni yang beragam, mereka dapat menjadi satu kesatuan berkat adanya kesamaan pengalaman residensi yang mereka jalani di YAL. Mereka semua bersama-sama telah, dalam berbagai tingkat, bernavigasi dalam entropi,” tulis pernyataan resmi Gajah Gallery kepada Media.