TFR

View Original

Aliran seni rupa modern, berikut 5 contoh dan senimannya!

Pergantian abad menuju 1900-an diwarnai dengan banyak perubahan, tak terkecuali di bidang seni. Masa itu menjadi titik awal dari perkembangan seni rupa modern yang menghasilkan sejumlah aliran dengan gagasan dan ciri karya yang unik satu sama lain. 

Meskipun seni modern muncul ditandai dengan hadirnya gaya realisme seperti dalam lukisan Gustave Courbet dan Henri Fantin-Latour, semakin banyak aliran seni rupa modern yang berkembang selama abad ke-20. 

Melansir THE ART STORY, para seniman berlomba-lomba mencari pendekatan baru dalam pola berkarya (art making). Tolok ukurnya adalah, seberapa orisinal dan relevan karya seorang perupa terhadap zamannya. 

Namun, kompetisi untuk jadi ‘penemu’ itu bukan dengan tujuan fungsionalitas, melainkan untuk terus menerus mencari metode dan bentuk-bentuk seni yang paling mutakhir, dari segi konsep maupun kualitas formal karya.

Penasaran apa saja aliran seni rupa modern yang berkembang di barat? Simak 5 contoh bentuk-bentuk aliran seni rupa modern di artikel ini, ya!

Baca juga: Ilustrator Indonesia Arkiv Vilmansa pamerkan karya di BAPE GALLERY Beijing

1. Impresionisme

Impresionisme adalah sebuah gaya lukisan yang menuangkan ‘impresi’ pemandangan, benda, atau orang yang diamati pelukisnya. Tujuannya bukanlah melukis keakuratan bentuk, melainkan menangkap momen, lantas biasanya lukisan impresionisme menampilkan tumpukkan sapuan kuas yang tipis dan halus.  Para pelukis impresionis seringnya melukis di luar ruangan, di udara terbuka.

Foto: Claude Monet, Water Lilies (1919) | THE MET

Aliran seni rupa ini muncul di kisaran 1860-an di Prancis, ketika para pelukis pada masanya tidak lagi tertarik untuk menggambarkan kejadian sejarah, mitos, bahkan figur-figur ‘great men’ atau para pemegang kekuasaan. 

Tak hanya enggan membuat lukisan ‘untuk orang lain’, para impresionis juga kerap menolak ikut pameran dan kompetisi lukisan yang digelar pemerintah Prancis. Mereka lebih suka untuk menggarap pamerannya sendiri. Lantaran menjadi avant-garde (pelopor) metode berkesenian pada masanya, pada awal kemunculannya pola kerja para impresionis sulit diterima masyarakat luas.

Menurut penjelasan THE ART STORY, impresionisme sering disebut sebagai aliran paling penting selama perkembangan seni rupa modern. 

Lebih lanjut, pola melukis para impresionis juga disebut mengawali pemahaman tentang apa yang dilihat mata dan apa yang dipahami otak adalah dua hal yang berbeda. Mereka juga kerap memainkan ilusi optis dari cahaya untuk menangkap ‘kesementaraan dari momen’.

Gaya-gaya lukisan semacam itu dapat kita lihat di karya beberapa seniman penting impresionisme, yakni Édouard Manet, Claude Monet, Edgar Degas, dan Pierre-Auguste Renoir.

2. Ekspresionisme

Familiar dengan lukisan “The Scream” (1893) yang menggambarkan sosok yang sedang berteriak? Itu merupakan salah satu karya ekspresionisme. Aliran seni rupa modern yang satu ini muncul di awal abad ke-20, sekitar 1905 hingga 1920. 

Foto: Edvard Munch, “The Scream” (1893) | National Gallery of Norway

Gaya ekspresionisme pertama lahir di kota-kota Jerman ketika rasa krisis akan orisinalitas dan spiritualitas menjamur di benak masyarakat kala itu. Aliran ini juga lahir sebagai perlawanan atas kemapanan impresionisme dan seni akademis. 

Jika impresionis ‘menangkap kesementaraan’, pelukis-pelukis ekspresionis mengutak-atik bentuk asli dengan warna-warna yang mencolok dan kuat, untuk menunjukkan rasa kecemasan dan kerinduan yang mereka rasakan. 

Secara teknis, seniman ekspresionis kerap menghadirkan hasil sapuan kuas yang berputar-putar, berlekuk-lekuk, bergoyang dan ‘melebih-lebihkan’ subjek yang dilukis. Semua itu bertujuan untuk menunjukkan secara terang-terangan keadaan emosional atas reaksi kecemasan dunia modern. 

Selain Munch, seniman ekspresionis penting lainnya ialah Wassily Kandinsky asal Rusia, Egon Schiele dari Austria, dan seorang pelukis Jerman, Ernst Ludwig Kirchner. 

Baca juga: “The Theater of Me”, mengenal peran seni rupa melalui 30 tahun kekaryaan Agus Suwage

3. Kubisme

Kubisme merupakan suatu aliran seni rupa modern yang mendasar pada fragmen bentuk-bentuk geometris. Gerakan ini lahir setelah lahirnya karya “Les Demoiselles d’Avignon” (1907) Pablo Picasso yang menggemparkan dunia seni modern pada masanya. 

Foto: Pablo Picasso, “Les Demoiselles d’Avignon” (1907) | Museum of Modern Art

Alih-alih menyajikan bentuk dalam ruang penuh ilusi, kubisme menghadirkan ilusi volume di bidang lukisan yang seakan membuat bagian belakang dan depan subjek karya menjadi menyatu. Para pelukis kubis mengeliminasi adanya perspektif dalam karya mereka. 

Gerakan ini merupakan salah satu yang paling inovatif di awal abad ke-20 karena menantang penggambaran ruang era Renaisans dan juga praktik banyak seniman berbeda. 

Para seniman yang bekerja dengan gaya kubisme ini, memasukkan unsur kolase dan budaya populer ke dalam lukisan, serta bereksperimen dengan patung. Tak hanya terdiri dari 1 aliran, kubisme memiliki 2 fase penting dalam perkembangannya, yakni kubisme analitis dan kubisme sintetis. 

Selain Pablo Picasso, seniman penting kubisme lainnya ialah Georges Braque, Gernand Léger, serta Juan Gris. 

4. Surealisme

Surealisme merupakan gaya berkarya para seniman yang melukiskan alam mimpi, alam bawah sadar. Mereka melakukannya untuk mencapai imajinasi terkuat, lantaran, “meremehkan rasionalisme dan realisme sastra.” Pasalnya, bagi para surealis, pikiran rasional menekan imajinasi dan membebani mereka.

Foto: Joan Miró, “The Hunter (Catalan Landscape)”, 1924

Pola pikir itu pun ternyata dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx, yang mendorong seniman surealis untuk memiliki kekuatan jiwa untuk mengungkap kontradiksi dunia sehari-hari dan memacu revolusi.

Seperti nama gerakannya, cara paling mudah untuk mengenali karya-karya aliran seni rupa yang satu ini adalah lewat ke-’surealis’-an bentuk-bentuk yang disajikan lukisan. 

Citra dalam lukisan tidak masuk akal, membingungkan, mengusik dan mengejutkan. Kebanyakan dari karya para surealis ternama, menyandingkan elemen-elemen alam yang bertolak belakang dengan ukuran yang tidak semestinya. 

Para surealis seperti Max Ernst terobsesi dengan bentuk burung, sedangkan Salvador Dalí sering menyertakan semut atau telur di lukisannya, dan Joan Miró gemar menggunakan citra biomorfik (terinspirasi dari anatomi hewan, tubuh, dan manusia).

Baca juga: BAIK ART, galeri seni Amerika Serikat pertama yang buka cabang di Jakarta

5. Futurisme

Terinspirasi dari kemampuan gerakan di tengah masa dimana penggunaan mesin semakin merajalela, para futuris menyajikan impresi gerak yang dinamis dalam karya-karyanya. Demi menggambarkan hal itu, beberapa seniman futuris menghadirkannya lewat efek kabur dan repetisi bentuk. 

Foto: Umberto Boccioni, “Dynamism of a Soccer Player” (1913) | Museum of Modern Art

Aliran yang satu ini juga terdorong atas kecepatan, kekerasan, dan dinamika kelas pekerja pada masanya. Aliran ini berkembang tak hanya di seni rupa, tapi juga di arsitektur, patung, sastra, teater, musik, bahkan makanan. 

Kita dapat melihat aliran seni rupa modern yang satu ini dalam sejumlah karya Umberto Boccioni, Antonio Sant’Elia, Joseph Stella, dan Gino Severini.