TFR

View Original

Cara cuti: 5 pertimbangan sebelum mengajukan cuti ke atasan

Setiap karyawan tentunya harus memahami cara cuti yang baik dengan menerapkan sejumlah pertimbangan.

Walaupun cuti merupakan hak fundamental yang dimiliki oleh setiap karyawan, namun mempertimbangkan beberapa hal sebelum mengambil cuti mencerminkan tanggung jawab dan komitmen terhadap perusahaan.

Hak cuti karyawan

Sebelum membahas mengenai pengajuan cuti, perlu diketahui bahwa setiap karyawan memiliki hak cuti berbayar selama 12 hari setiap tahunnya yang bisa diperoleh setelah 12 bulan bekerja.

Selain itu, ada juga cuti berbayar lainnya yang diatur dalam Undang-Undang (UU) Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003, seperti cuti sakit, cuti melahirkan dan menyusui, cuti pribadi, sampai cuti untuk kepentingan pribadi lainnya.

Jenis-jenis cuti tersebut memungkinkan karyawan untuk mengambil day-off atau hari libur, namun tetap mendapatkan bayaran.

Meskipun telah memiliki landasan hukum, hak cuti karyawan tersebut diatur lebih lanjut dalam perjanjian kerja dan peraturan perusahaan sesuai dengan kebijakan yang telah diterapkan. 

Baca juga: 5 dampak hustle culture dan penyebabnya 

Karyawan juga bisa mengajukan unpaid leave atau cuti tidak berbayar di luar beberapa jenis cuti yang tadi telah disebutkan. Lalu, bagaimana cara pengajuan permohonan hak cuti yang baik dan benar? 

Cara cuti: 5 pertimbangan sebelum mengajukan cuti

Terkait cara cuti, terdapat beberapa tips mengajukan cuti yang dapat diterapkan oleh pegawai ketika membutuhkan waktu untuk libur. Melansir Better Up, berikut ini pertimbangan saat mengajukan cuti!

1. Pilih waktu cuti dengan bijak

Ketika mengajukan cuti, karyawan dapat mempertimbangkan waktu agar tidak menempatkan perusahaan pada situasi yang menantang, misalnya di waktu menjelang deadline atau pada bulan-bulan tertentu.

Jika memungkinkan, sebaiknya hindari mengajukan cuti di waktu sibuk tersebut. Cara cuti bijak ini perlu menjadi perhatian para karyawan, sehingga pekerjaan pun tidak terbengkalai ataupun menumpuk.

Apalagi jika kamu merupakan anggota sebuah tim, sehingga perlu lebih bijak lagi dalam mengambil cuti, yakni dengan mengomunikasikannya secara profesional agar tidak bentrok dengan jadwal cuti rekan kerja lainnya.

Lebih dari itu, jangan lupa untuk mengabarkan atasan dan rekan kerja agar tim yang ditinggalkan saat cuti dapat melakukan penyesuaian. Dengan begitu, anggota tim lainnya tidak perlu menyelesaikan pekerjaan yang kamu tinggalkan.

Baca juga: 5 tanda kamu terjebak budaya hustle culture

2. Berikan jadwal dengan spesifik dan jelas

Memberikan jadwal spesifik saat mengajukan cuti juga perlu dipertimbangkan. Hindari memberikan permohonan cuti di waktu yang masih belum jelas.

Kemudian saat mengajukannya, komunikasikanlah dengan jelas. Memberikan alasan mengapa kamu mengambil waktu tersebut untuk cuti bisa membantu mendapatkan izin cuti tersebut.

Di sisi lain, karyawan tak perlu oversharing atau membeberkan terlalu banyak informasi tidak penting saat ingin mengambil jatah untuk libur. Berikan informasi sesuai dan relevan, yang memang diminta oleh perusahaan.

3. Selesaikan seluruh pekerjaan sebelum cuti

Agar tidak menumpuk ketika ditinggal berlibur, pastikan kamu menyelesaikan seluruh pekerjaan dengan rapi dan benar sebelum cuti.

Terlebih jika mengambil cuti selama beberapa hari sekaligus, pekerjaan yang menumpuk akan membuatmu tertinggal dari rekan kerja lainnya.

Di samping itu, cara cuti bijak ini menunjukkan etos kerja baik dan mencerminkan bahwa kamu dapat menyelesaikan seluruh pekerjaan sebelum deadline atau tenggat waktu yang diminta atasan.

4. Ajukan permohonan cuti secara formal

Walaupun mungkin perusahaan tempat kamu bekerja tidak mewajibkan karyawan untuk mengirimkan permohonan resmi apabila ingin cuti, namun memiliki referensi untuk ke depannya dengan mengajukan permohonan lewat email patut dipertimbangkan.

Hal ini dapat mencegah atasan atau rekan kerja lainnya agar tidak lupa dengan cuti yang telah diajukan. Cara cuti ini juga membantu atasan agar mereka tahu kapan harus menghubungimu terkait pekerjaan.

Merupakan hal penting untuk memiliki salinan permohonan ketika mengajukan cuti karena alasan apa pun, terlebih jika perusahaan memiliki sistem Human Resource (HR) internal yang perlu dipenuhi.

Pastikan juga kamu mengajukan cuti dengan cara bertanya dan asertif untuk kemudian mendapatkan izin dari atasan.

Baca juga: 5 cara mengatasi hustle culture dan mulai bekerja cerdas

5. Tawarkan bantuan

Sebagai pertimbangan akhir, sebelum benar-benar meninggalkan pekerjaan, jelaskan kepada rekan kerja terkait pekerjaan yang ditinggalkan agar nantinya dapat membantu mereka. Misalnya, dengan menuliskan pesan atau dokumen singkat yang mudah dipahami.

Kamu juga bisa meninggalkan catatan yang ditulis dengan singkat, namun lengkap dengan tanggal, nama, hingga dokumen yang berkaitan.

Sesuai dengan pekerjaan yang ditinggalkan, berikan pula ide untuk anggota tim tentang bagaimana mereka bisa menangani tanggung jawab baru yang diperlukan untuk membantumu selama cuti.

Apabila kamu memiliki nasihat atau tips terkait bagaimana kamu menyelesaikan pekerjaan sehari-hari, jangan lupa bagikan kepada mereka agar mereka dapat membantu tanpa mengganggu pekerjaan utamanya.

Tips mengajukan cuti dan cara cuti bijak ini tak hanya dapat mencegah rekan kerja menghubungi kamu ketika cuti, namun juga meminimalisir stres para anggota tim yang ditinggalkan.

Itulah berbagai pertimbangan yang perlu diketahui oleh para karyawan sebelum mengajukan cuti. Selain cara cuti di atas, pegawai juga perlu memastikan kamu mengajukannya ketika atasan sedang tidak cuti agar tidak mengganggu waktu berliburnya.

Meskipun cuti adalah hak setiap karyawan yang bisa diambil kapan pun, namun memahami bagaimana cara mengajukan permohonan hak cuti juga penting guna memastikan semua pekerjaan selesai dengan baik.