TFR

View Original

Arsip digital National Palace Museum di Taiwan bocor, kini dijual murah di e-commerce

Sebuah museum di Taiwan, yang menjadi rumah dari kebanyakan karya seni bersejarah Tiongkok, alami kebocoran data gambar lukisan dan kaligrafi beresolusi tinggi, yang kini dijual dengan murah di e-commerce Tiongkok.

Melansir CNN BUSINESS (15/3), jumlah arsip karya seni yang telah dicuri itu mencapai lebih dari 100.000 gambar, dan dijual kurang dari US$1 (sekitar Rp15.000) di platform Taobao.

Padahal, tiap salinan (scanned) gambar membutuhkan biaya mencapai US$98 (sekitar Rp1,5 juta) hingga US$850 untuk diproduksi. Alhasil, selain soal pencurian data, penjualan gambar dengan harga murah tersebut juga menjadi malapetaka bagi museum

Museum bernama National Palace Museum, Taipei, itu pun mengaku pada Selasa (14/3) kemarin bahwa pihaknya telah mengontak Taobao agar persebaran gambar bisa dihentikan.

“Kami tengah menginvestigasi dan mempekerjakan pengacara agar Taobao mengerti akan kasus pelanggaran kekayaan intelektual dan segala kerugian yang dihasilkannya ini,” ujar Huang Yung-tai selaku deputi museum, dikutip dari CNN BUSINESS.

Baca juga: Tampilkan lukisan adaptasi karya Vermeer buatan AI, museum di Belanda diprotes publik

Kebocoran data National Palace Museum telah terjadi sejak Juni 2022

Salinan gambar beresolusi tinggi kerap menjadi cara bagi seniman, galeri, bahkan museum untuk memonetisasi koleksi mereka sekaligus membangun arsip, tanpa harus menjual artefak asli mereka.

Pola pengarsipan digital itu pun telah dilakukan National Palace Museum selama ini. Namun, ternyata sejak Juni tahun lalu, mereka mulai menemukan indikasi kebocoran data.

Sekitar dua bulan setelah kebocoran data ditemukan, museum di Taipei itu mulai melakukan investigasi.

Tak disangka, ternyata pencurian data terjadi di tengah proses pemindahan dokumen oleh seorang pegawai museum.

Pegawai tersebut ditugaskan untuk mengecilkan ukuran dokumen gambar. Untuk melakukannya, Ia memindahkan beberapa gambar karya seni dari server museum, agar prosesnya lebih cepat. Selanjutnya, di tengah proses tersebut, server pribadi pegawai ternyata diretas.

Bocornya 100.000 gambar beresolusi tinggi jadi skandal kedua museum dalam beberapa bulan

Menurut laporan CNN BUSINESS, peretasan dan penjualan tidak resmi dari arsip museum ini menjadi skandal kedua yang menimpa National Palace Museum dalam lima bulan terakhir.

Pada November lalu, terungkap bahwa tiga artefak penting Dinasti Ming dan Qing Tiongkok senilai US$81 juta (sekitar Rp1,2 triliun) telah rusak. 

Bahkan, sejumlah pihak mendesak direktur National Palace Museum untuk diberhentikan akibat keteledorannya dalam menjaga benda bersejarah Tiongkok.

Selain memegang mayoritas benda penting dengan nilai sejarah yang tinggi, ternyata National Palace Museum sebenarnya menempati posisi politis yang penting.

Pasalnya, museum ini memiliki koleksi terlengkap yang hingga hari ini masih diperdebatkan kepemilikannya, antara milik Taiwan atau Tiongkok. 

Lebih lanjut, Partai Komunis Tiongkok pun selama ini telah berupaya mengakuisisi sejumlah artefak tersebut yang menjadi bagian dari artefak masa kolonialnya di Taiwan. 

Sampai-sampai, mantan direktur National Palace Museum Wu Mi-cha sempat menyatakan kepada CNN bahwa museum tersebut telah melatih para pegawainya tentang cara mengevakuasi koleksi di tengah kondisi perang.