TFR

View Original

Denny Wirawan X Bakti Budaya Djarum Foundation hadirkan koleksi Batik Kudus

Kemarin (6/9), Rumah Adat Kudus Yasa Amrta, Kudus, Jawa Tengah menjadi tuan rumah pagelaran seni kolaborasi desainer ternama Denny Wirawan bersama Bakti Budaya Djarum Foundation dalam merilis koleksi Batik Kudus bertajuk “Sandyakala Smara”.

Pagelaran ini membawa kembali Batik Kudus ke kota asalnya, Kota Kudus, yang juga dikenal sebagai Kota Kretek.

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, Renitasari Adrian, mengatakan, ini menggambarkan bahwa Kudus tak hanya dikenal sebagai penghasil kretek, melainkan juga batik.

Bakti Budaya Djarum Foundation telah memberdayakan pengrajin Batik Kudus dengan melakukan pembinaan sejak tahun 2010.

Mereka ingin menghidupkan kembali para pengrajin yang sudah beralih profesi, serta memupuk generasi baru penerus kerajinan Batik Kudus.

Dokumentasi: Rilis Media

“Setelah delapan tahun perjalanan yang luar biasa, dengan bangga kami membawa Batik Kudus kembali ke akarnya, ke kota Kudus yang dikenal sebagai Kota Kretek. Ini menggambarkan bahwa Kudus bukan hanya dikenal sebagai penghasil kretek, tetapi juga memiliki batik yang bernilai tinggi sekaligus menghargai perjalanan panjang berkarya lewat kain dan pola yang memberikan warna baru bagi dunia mode Indonesia,” ungkapnya.

Sandyakala Smara” sendiri merupakan bentuk dukungan untuk melestarikan dan mengapresiasi kekayaan wastra Indonesia, terutama Batik Kudus. 

Tak hanya itu, inisiatif ini juga ditujukan untuk menginspirasi kreativitas desainer dalam mengeksplorasi serta memperkaya keindahan dari kain-kain Indonesia.

Baca Juga: Gelar solo show “Overpolluted”, Muklay: Konten dunia maya sudah seperti polusi

Memadukan karya artisan batik ke tiap helai busana

Koleksi Batik Kudus dalam “Sandyakala Smara” mengambil ciri khas gaya ‘Kebaya Encim’ yang dipadukan dengan kain Batik Kudus sebagai padanannya di dekade 1930-an hingga 1950-an.

Sebab, popularitas batik ini memang sudah ada di Kota Kudus sejak tahun 1935 hingga 1970-an dan seringkali dikenakan oleh kalangan menengah ke atas.

Dalam koleksi ini, Denny Wirawan menghadirkan kembali kecintaannya terhadap wastra Indonesia dengan memadukan mahakarya dari para artisan batik yang penuh filosofi ke dalam tiap helai busananya.

Dokumentasi: Rilis Media

Kolaborasi ini dilakukan dengan para pembatik binaan Bakti Budaya Djarum Foundation, pembatik pesisir di Pekalongan, dan kolektor batik Agam Riyadi.

“Tahun ini telah sewindu keindahan Batik Kudus memberikan inspirasi yang membuat saya terus mengeksplorasi dan berkreasi. Koleksi “Sandyakala Smara” saya persembahkan sebagai bentuk dedikasi untuk menggali lebih dalam lagi potensi-potensi yang ada pada motif Batik Kudus yang belum tereksplorasi, setelah sebelumnya hadir koleksi Pasar Malam, Padma, dan Wedari,” ungkap desainer Denny Wirawan.

Denny juga mengatakan bahwa kembali mengolah Batik Kudus merupakan bagian penting dari perjalanan kreatifnya. Mengingat pada akhir 2015, ia pernah membuat sebuah koleksi mini untuk ditampilkan di New York yang menggunakan motif batik Kudus.

Dokumentasi: Rilis Media

Tahun itu juga menjadi pembuka kolaborasi Bakti Budaya Djarum Foundation dengan Denny Wirawan untuk mengangkat Batik Kudus dengan sentuhan untuk dan inovatif.

“Koleksi “Sandyakala Smara” tak hanya sekadar busana, namun juga sebuah perjalanan budaya dan kreativitas yang mempertemukan antara masa lalu dan saat ini dengan harmoni. Sebuah perwujudan serta penghormatan atas warisan keindahan wastra dengan pembaruan yang dikemas dalam estetika yang memukau,” tambahnya.

Hadirkan keindahan busana sekaligus menghormati warisan seni arsitektur di Kudus

Selain pagelaran busana, acara ini juga sekaligus untuk memeriahkan peresmian bagi Rumah Adat Kudus Yada Amrta yang memiliki arti ‘kemuliaan abadi’ dalam bahasa Sansekerta.

Juga disebut Joglo Pencu, rumah adat Kudus ini merupakan bangunan tradisional dengan gaya arsitektur yang menampilkan ukiran-ukiran yang memiliki filosofis mendalam.

Dokumentasi: Rilis Media

Tak hanya menghadirkan keindahan busana bermotif Batik Kudus, acara ini juga menghormati warisan budaya dan seni arsitektur di Kudus.

Renitasari menambahkan, “Sandyakala Smara” menjadi sebuah persembahan dalam menampilkan keindahan Batik Kudus dengan latar belakang langit dan rumah adat Kudus untuk memberikan pengalaman yang lebih otentik dan dekat dengan budaya.

"‘Sandyakala Smara’ ini adalah sebuah persembahan istimewa sekaligus menghargai perjalanan panjang dalam berkarya melalui kain dan pola yang telah memberikan warna baru bagi dunia mode Indonesia. Semoga keindahan Batik Kudus yang ditampilkan dengan latar belakang langit dan rumah adat Kudus memberikan pengalaman berbeda yang menggugah hati dan merayakan warisan budaya yang kaya di tengah kita," tutup Renitasari.