TFR

View Original

Louis Vuitton disomasi karena tampilkan karya Joan Mitchell untuk iklan tanpa izin

Joan Mitchell Foundation menuduh perusahaan fesyen mewah Louis Vuitton memproduksi ulang setidaknya tiga karya “Abstract Expressionist” untuk kampanye iklan tasnya.

Melansir ART News (21/2), rupanya iklan yang dibintangi aktris Léa Seydoux itu untuk salah produk tas tangan seharga $10,500 atau sekitar Rp160 juta.

Pada Selasa (21/2), yayasan yang diwariskan oleh Mitchell dan telah mendukung  jutaan seniman itu, mengirimkan surat gencatan dan penghentian kepada Louis Vuitton Malletier yang menuntut perusahaan untuk menarik kampanye.

Selain itu, dalam surat tersebut, Joan Mitchell Foundation juga menuntut perhitungan penuh dari iklan tersebut serta permintaan maaf.

“Penting bagi orang-orang untuk memahami bahwa ini bukanlah sesuatu yang kami setujui,” ujar direktur eksekutif yayasan Christa Blatchford kepada ARTnews, dikutip Rabu (22/2).

Baca juga: Louis Vuitton kembali berkolaborasi dengan Yayoi Kusama setelah 10 tahun

Louis Vuitton dikabarkan telah mencoba meminta izin

Sebelum peluncuran kampanye, Blatchford mengatakan Louis Vuitton telah beberapa kali menghubungi Mitchell Foundation pada Desember lalu untuk meminta izin terkait penggunaan karya seninya di iklan.

Namun, yayasan yang mengelola lisensi foto karya seni para seniman itu juga berulang kali menolak permintaan perusahaan fesyen mewah itu.

Alasannya karena kebijakan yang menyatakan bahwa foto karya Mitchell hanya boleh digunakan untuk tujuan pendidikan dan penggunaan komersial yang sangat terbatas, seperti merchandise untuk pameran.

“Kami ingin memastikan karya Mitchell dapat diakses secara gratis kepada para sarjana hingga museum. Itu yang selama ini kami terus tekankan,” katanya lagi.

Menurut Blatchford, Jean-Paul Claverie dan chief executive LVMH Bernard Arnault bahkan telah menawarkan donasi kepada yayasan tersebut.

Yang diberikan apabila yayasan memberikan izin untuk menggunakan foto karya Mitchell pada kampanyenya. Akan tetapi, lagi-lagi yayasan menolak.

Ditolak, Louis Vuitton tetap menggunakan karya Mitchell 

Di sisi lain, meskipun permintaannya telah ditolak dengan jelas, tetapi Louis Vuitton tetap lanjut dengan kampanyenya, pertama kali muncul di New York Times pada Minggu (12/2) lalu serta online.

Adapun iklan memamerkan tas tangan Capucines yang menampilkan Seydoux memegangnya di depan tiga lukisan Mitchell, yakni “La Grande Vallée XIV (For A Little While)” yang merupakan sebuah triptych dari tahun 1983, “Quatuor II for Betsy Jolas” (1976), dan “Edrita Fried” (1981).

Iklan tersebut menampilkan potongan foto dari karya seni yang tampaknya diambil dari pameran besar yang memamerkan karya Mitchell. 

Gambar-gambar tersebut bahkan tidak memberikan kredit apa pun kepada Mitchell dan yayasan.

Dalam pernyataan lainnya, yayasan Joan Mitchell mengatakan, “Dengan mengizinkan karya-karya ini difoto tujuan dan cara ini, Foundation Louis Vuitton telah melanggar perjanjian dengan JMF.”

Padahal, Louis Vuitton sebagai perusahaan sendiri memiliki perlindungan kekayaan intelektual (intellectual property) ketat terkait merek dagang visualnya. 

Dalam situs resminya, perusahaan itu menyatakan memiliki kebijakan tanpa toleransi terkait pemalsuan.

Dalam kebijakan tersebut, dijelaskan “Menjaga kreativitas dan hak desainer, artis, dan merek sangat penting untuk kelangsungan hidup jangka panjang mereka.”

Ketertarikan Louis Vuitton akan seni

Sebelumnya, Foundation Louis Vuitton memuji pameran “Monet - Mitchell” yang digelar pada 27 Februari mendatang, menampilkan 35 lukisan karya Monet, termasuk karya ternama “Water Lilies’” dalam dialog dengan 35 lukisan Mitchell.

Louis Vuitton juga sudah pernah berkolaborasi dengan seniman kontemporer ternama seperti Yayoi Kusama, Takashi Murakami, dan Jeff Koons.

Walaupun Foundation Louis Vuitton adalah organisasi nirlaba yang terpisah secara hukum dari Louis Vuitton Malletier, keduanya dimiliki oleh LVMH, yakni konglomerat mewah multinasional Perancis.

Sementara itu, dalam sebuah pesan elektronik, LVMH yang merupakan perusahaan induk Louis Vuitton Malletier, mengatakan kepada New York Times bahwa pihaknya tidak akan memberikan komentar.