TFR

View Original

Konser Beyoncé di Swedia pengaruhi peningkatan inflasi negara

Setelah inflasi Swedia berhasil menyentuh angka di bawah 10% pada Mei lalu, konser Beyoncé disinyalir sebabkan mandeknya pemulihan ekonomi negara, sehingga membuat target penurunan inflasi gagal diraih.

Dilaporkan oleh BBC (14/6), hal itu disebabkan oleh konser Beyoncé di Swedia yang membuat lonjakan harga hotel dan restoran.

Pasalnya, rangkaian konser Beyoncé di Stockholm tersebut membuat para fans dari seluruh dunia mengunjungi Swedia, terutama mereka yang berasal dari Amerika Serikat (AS).

Rupanya, para penggemar AS banyak yang memilih menikmati penampilan penyanyi kawakan itu di Swedia, karena kuatnya dolar AS dibanding dengan mata uang krona.

Alhasil, terjadi lonjakan turis yang disebut Visit Stockholm kepada Washington Post sebagai fenomena “Beyoncé effect”. Hal itu membuat peningkatan minat akomodasi yang melahirkan kenaikan harga. 

Terlebih lagi, Beyoncé menyelenggarakan konsernya di Stockholm sebanyak dua malam, dengan total penonton sebanyak 46.000 orang.

Sebagai informasi, konser di Swedia tersebut menjadi bagian dari rangkaian tur solo Beyoncé ke seluruh dunia setelah tujuh tahun. 

Tak tanggung-tanggung, konser itu disinyalir akan mengantongi pendapatan sebesar £2 miliar di akhir rangkaiannya pada September 2023 mendatang.

Baca juga: Balmain dan Beyoncé luncurkan rangkaian couture, wakilkan tiap lagu di album “Renaissance”

Puncak inflasi Swedia terjadi di Desember 2022, Beyoncé buat pemulihannya mandek

Lebih lanjut, inflasi di Swedia sebenarnya telah mencapai puncak sejak Desember lalu, mencapai angka 12,3%. Kemudian, pada Mei kemarin, akhirnya pemulihan berangsur terjadi, bergeser menjadi 9,7%. 

Alhasil, pemerintah menargetkan inflasi dapat segera menyentuh 9,4%. Akan tetapi, hal itu terganggu karena “Beyoncé effect” yang membuat harga kembali naik.

Menurut ekonom Danske Bank, Michael Grahn, kunjungan Beyoncé tak hanya membuat harga hotel dan restoran meningkat, tapi juga segala hal yang berhubungan dengan rekreasi dan kebudayaan.

“Saya tidak akan menyalahkan Beyoncé atas tingginya inflasi, tapi penampilannya dan tingginya permintaan masyarakat global untuk menontonnya di Swedia, terbukti memberi sumbangsih pada masalah itu,” jelas Grahn.

Grahn juga menjelaskan bahwa fenomena seperti ini sebenarnya nyaris tak pernah terjadi. Meskipun, efek serupa bisa jadi didapat dari aktivitas komunitas fans lainnya, semisal turnamen sepak bola. 

Dalam media sosialnya, Grahn mengutarakan harapannya, di mana tren ini akan menurun dan kondisi ekonomi kembali normal di Juni ini.