TFR

View Original

Merek fesyen asal Prancis, Lemaire, gaet seniman Indonesia Noviadi Angkasapura untuk pameran

Rumah mode independen asal Prancis, Lemaire, menggelar pameran Parisian pertamanya yang didedikasikan untuk seniman Indonesia Noviadi Angkasapura.

Melansir Fashion Network, pameran tersebut diselenggarakan di butik Lemaire yang berlokasi di 1 Rue Elzévir di Paris, Pranci dan dapat dinikmati pengunjung sampai tanggal 6 Juli mendatang.

Pengunjung dapat menikmati 25 karya seni yang dipersembahkan oleh Noviadi dan menariknya, semua karya itu dibuat menggunakan bolpoin, grafit, serta pensil warna!

Selain karya dari seniman Indonesia, Lemaire juga menghadirkan koleksi Spring/Summer 2023 untuk perempuan, laki-laki, dan uniseks, terinspirasi dari dunia seni brut yang dirujuk dalam pameran.

Butik terbaru Lemaire, dengan luas 340 meter persegi, memang dirancang untuk memamerkan karya seni yang banyak menginspirasi koleksi-koleksinya.

Ketika memasuki butik, pengunjung akan disapa oleh karya seni serta perjalanan artistik Noviadi Angkasapura yang ditampilkan di atas meja. 

Lebih dari itu, Lemaire turut mengubah basement butiknya menjadi ruang pameran.

Baca juga: Rayakan 150 tahun jeans ikoniknya, Levi’s gandeng tiga seniman muda Indonesia

Detail koleksi Lemaire 

Koleksi Lemaire yang menampilkan cetakan dari karya Noviadi sendiri dirancang oleh Direktur Artistik Christophe Lemaire dan Sarah-Linh Tran.

Dibuat dari katun ramah lingkungan, koleksi tersebut ialah perpaduan dari beragam karya yang seniman.

Beberapa karya Noviadi tertuang dalam koleksi berupa garmen dan aksesori, termasuk syal, celana pendek, atasan, kemeja, gaun, selimut, dan tas.

Adapun koleksi yang tersedia di seluruh gerai Lemaire dan sejumlah gerai ritel tersebut dibanderol seharga €110 atau sekitar Rp1,7 juta sampai €1.250 atau sekitar Rp20 juta.

Pameran yang diproduksi oleh Lemaire, yang juga bagian dari grup Jepang Fast Retailing, diselenggarakan dengan dukungan Cavin-Morris Gallery di New York sebagai pemilik dari karya Noviadi.

Kolaborasi pertama Noviadi dengan jenama fesyen

Rupanya, ini merupakan kolaborasi pertama Noviadi dengan jenama fesyen. Sebelumnya, kerja sama yang pernah dijalinnya hanya sebatas kolaborasi dengan galeri atau kolektor.

Dalam sebuah wawancara, Noviadi mengungkap alasan dirinya menerima ajakan kerja sama selama empat musim ini. Namun, sebelum itu, ia telah melalui proses kurasi ketat terlebih dahulu.

“Ada kekuatan karya yang akan ditampilkan dalam fesyen. Gallery saya (Cavin-Morris Gallery) sangat idealis (tidak semua artis dapat masuk ke galeri), tetapi setiap artis yang sudah berada di gallery, karyanya akan mudah diterima,” ujarnya kepada Liputan6, dikutip Senin (29/5).

“Ini surprise bagi mereka karena mereka mengira saya akan menolak (diajak kerja sama). Saya setuju karena hal penting. Pertama, Lemaire hanya akan membeli foto-foto karya saya. Foto kemudian akan dicetak di atas desain baju untuk fesyen,” terang Noviadi.

Selain itu, Noviadi juga menyetujui kerja sama ini lantaran melihat rancangan fesyen milik Lemaire yang sangat menjaga detailnya.

Menurutnya, ini merupakan bentuk penghargaan besar terhadap visi dan misi dalam karya seorang seniman. Tema yang diangkat dalam pameran ini, “Jujur Sabar”, pun sejalan dengan semangat seninya.

“Ini sejalan dengan desain karya-karya saya, yang menampilkan kesederhanaan merupakan spirit seni saya, yakni jujur dan sabar,” ungkap Noviadi.

Lebih jauh tentang Noviadi Angkasapura

Melansir situs resmi Lemaire, Noviadi merupakan seniman yang lahir di Irian Jaya, Papua Nugini pada 1979. Orang tuanya berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Lingkungan tempat tinggalnya di Papua memiliki pengaruh besar terhadap karya seninya yang banyak terinspirasi dari alam di sana, seperti pepohonan hingga sungai.

Ketika menginjak 24 tahun, Noviadi mengaku bertemu dengan makhluk gaib yang mengirimnya pesan. Sejak saat itu, karyanya mulai bersifat spiritual, menjunjung nilai kejujuran dan kesabaran.

Ia menganggap karyanya sebagai proses mencapai keseimbangan moral di dunia, menempatkan dirinya sebagai perantara antara roh dan publik. 

Maka dari itu, tak heran apabila karya Noviadi kerap menampilkan hewan imajiner dan makhluk antropomorfik yang aneh serta mengganggu.