TFR

View Original

Menteri Ketahanan Prancis kecam sekuel “Black Panther” karena mendiskreditkan militernya

Menteri ketahanan (Menhan) Prancis mengecam film terbaru “Black Panther: Wakanda Forever” (2022) lantaran dianggap mendiskreditkan militer negaranya. 

Ungkapan Menhan Prancis Sebastien Lecornu, ditulisnya dalam Twitter pada Minggu (12/2) kemarin, “Dengan tegas saya mengecam kesalahan representasi dari pasukan bersenjata kami (Prancis).”

Hal itu ditulisnya atas respons dari cuplikan film “Black Panther: Wakanda Forever” yang diunggah seorang jurnalis bernama Jean Bexon. 

Pasalnya, sekuel film waralaba “Black Panther” dari Marvel itu, menggambarkan pasukan militer Prancis yang tertangkap mencuri harta benda kerajaan fiksional asal Afrika, Wakanda. 

Selanjutnya, pasukan militer Prancis dalam film aksi fiksi itu, digiring ke pertemuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), di mana Duta Besar Prancis dipermalukan akibat misi rahasia pencurian mereka ke tempat Wakanda di Mali, Afrika Barat.

Baca juga: Mantan Dubes AS gugat balai lelang Prancis atas dugaan penyembunyian lukisan

Cuitan jurnalis Jean Bexon terkait adegan “Black Panther”

Pada Minggu (12/2), seorang jurnalis Journal de l'île de La Réunion Prancis mengunggah cuplikan “Black Panther: Wakanda Forever” yang berisi adegan penangkapan pasukan militer pencuri tersebut.

Ia juga menambahkan, “Propaganda - Dalam produksi Marvel Amerika terbaru (Black Panther Wakanda Forever), tentara bayaran jahat Prancis yang beroperasi di Mali berpakaian seperti tentara Operasi Barkhane.”

Melansir European Council on Foreign Relation (Dewan Relasi Luar Negeri Eropa), Operasi Barkhane merupakan operasi luar negeri militer terbesar yang pernah dilangsungkan pemerintah Prancis.

Misi militer itu berjalan sejak Agustus 2014 dan terdiri dari sekitar 4.500 pasukan tentara yang disebarkan ke Mali, Burkina Faso, Niger, dan Chad. 

Program itu terlibat dalam segala patroli tempur bersama pasukan Mali, serta pengumpulan dan pelatihan intelijen lokal yang dimaksud untuk mengisi kekosongan akibat pemerintah yang absen.

Menurut para pejabat Prancis, Operasi Barkhane bertujuan sebagai upaya perlawanan terhadap teroris. Operasi Barkhane ini pun telah dihentikan pada November 2022 lalu. 

Kecaman Menhan Prancis akibat isu sensitif Operasi Barkhame

Melansir NDTV (12/2), selama ini Prancis cukup sensitif terhadap citranya di Afrika Barat, setelah kawanan militer Mali dan Burkina Faso menuntut kepergian pasukannya yang dikerahkan ke wilayah Sahel sejak 2013, untuk memerangi teroris.

Alhasil, Menhan Lecornu juga menjelaskan dalam Twitter (12/1), “Saya memikirkan dan menghormati 58 tentara Prancis yang tewas membela Mali, atas permintaannya, di hadapan kelompok teroris Islam.”

Lecornu juga menyatakan, tindakan militer Prancis dilakukan atas permintaan Mali sendiri, dan, “jauh dari kisah yang diceritakan di film, yakni tentara Prancis yang berusaha mengambil sumber daya alam (Mali).”

Di sisi lain, melansir sumber yang sama, sejumlah pendukung Lecornu mengaku, “marah melihat film,” yang dirilis karena menilai Rusia berhasil membuat populasi Afrika Barat maju dan melawan Prancis serta penempatan militernya. 

Pasalnya, Mali telah meminta kelompok militer bayaran Rusia bernama Wagner, untuk membantu mengusir pasukan tentara Prancis. Serta ada spekulasi beredar soal Burkina yang telah mengikuti langkah Mali.