TFR

View Original

Rayakan IWD, Netflix angkat kisah perempuan lewat “Reflections on Me”

Dalam rangka merayakan Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day), Netflix mengangkat betapa pentingnya perempuan dalam industri film, baik di Indonesia maupun dunia.

Hal tersebut disampaikan dalam acara bertajuk “Reflections on Me” yang dihadiri lebih dari 200 peserta dari Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, hingga Vietnam.

Dihadiri sejumlah kreator dan talenta di industri sinema Asia Tenggara, acara tersebut juga ada untuk memberi penghargaan kepada para perempuan penuh inspirasi di industri film.

Pasalnya, salah satu yang disyukuri adalah perlahan-lahan percakapan mengenai representasi dan narasi tentang perempuan memiliki pengaruh dan pada akhirnya bisa tampil di layar.

Tantangan dan ekspektasi perempuan selalu ada

Salah satu panelis yang hadir, sutradara Kamila Andini mengangkat bagaimana tantangannya dalam mengangkat karakter perempuan yang autentik.

Pasalnya, sosok di balik film “Gadis Kretek” yang akan segera hadir ini mengungkapkan bahwa dalam tiap film yang diarahkannya, selalu ada bagian dirinya di sana.

“Selalu ada ekspektasi yang besar terhadap perempuan. Namun saya paham betapa sulitnya untuk mencoba menjadi diri yang berani membuat pilihan untuk kita sendiri,” ujar Kamila.

Sambil tersenyum, Kamila pun menambahkan, “Itu mengapa karakter-karakter saya tidak pernah sekadar hitam dan putih, mereka punya kelemahan, tapi juga kekuatan.”

Di tengah ekspektasi tersebut, tak bisa dimungkiri bahwa kini pelaku film perempuan Asia semakin diperhitungkan. Betapa tidak, Aktris Terbaik Oscar 2023, Michelle Yeoh, bahkan merupakan seorang perempuan Asia.

Baca juga: Film karya perempuan dinobatkan sebagai film terbaik sepanjang masa untuk pertama kalinya

Pintu perempuan semakin terbuka di industri film

Terkait hal ini, panelis lain dari Thailand Manatsanun ‘Donut’ Phanlerdwongsakul mengungkapkan bahwa dirinya kini semakin sering melihat karakter perempuan Asia ditampilkan di sinema.

“Contohnya, ketika saya menonton film atau serial yang menampilkan perempuan Asia, karakter yang tampil adalah ibu konservatif atau anak perempuan yang memberontak kepada keluarganya,” ujarnya. 

Produser dan penulis “Thai Cave Rescue” ini pun menegaskan, “Produser dan penulis punya peran untuk menghasilkan karakter yang lebih beragam, bukan hanya stereotip.” 

Akan tetapi, tak bisa dimungkiri bahwa semakin banyak sorotan akan keberhasilan perempuan juga menghadirkan sederet tantangan baru dalam berkarya.

“Kita ditantang untuk menghasilkan konten yang lebih baik lagi dan bersikap lebih mawas diri tentang bias dari pihak lain sehingga dapat merepresentasikan budaya kita dengan lebih baik,” pungkas panelis lainnya, sutradara “Doll House”, Marla Ancheta dari Filipina.