TFR

View Original

Nokia mengubah logo serta strateginya

Untuk pertama kalinya dalam hampir 60 tahun, raksasa smartphone legendaris Nokia mengubah logo ikoniknya.

Pada Minggu (26/2), sebelum gelaran Kongres Seluler Dunia di Barcelona dimulai pada 2 Maret mendatang, perusahaan itu mengumumkan identitas merek terbarunya dengan perubahan yang cukup dramatis.

Logo Nokia berwarna biru bold kini berubah dengan sentuhan yang lebih modern dan digital berupa lima variasi bentuk berbeda yang jika digabungkan menjadi “NOKIA".

Tak lagi hanya biru tebal, warnanya pun  akan disesuaikan berdasarkan penggunaannya.

Melansir PCMag, CEO Nokia Pekka Lundmark mengatakan bahwa rebranding tersebut merupakan bagian dari strategi Nokia agar tak lagi dikaitkan dengan ponsel pintar yang perusahaan asal Finlandia itu sudah berhenti produksi sejak lebih 10 tahun lalu usai kesepakatan dengan Microsoft.

“Kami memperbarui strategi dan merek kami untuk mencerminkan siapa kami hari ini, sebuah pemimpin inovasi teknologi business-to-business (B2B) masa depan di mana jaringan bertemu dengan cloud,” ujarnya dalam keterangan di situs resmi Nokia, dikutip dari Engadget.

Tidak heran, pasalnya memang, dalam pikiran kebanyakan orang saat ini, Nokia merupakan merek ponsel seluler.

“Kami ingin meluncurkan merek baru yang benar-benar fokus pada jaringan dan digitalisasi industri, yang mana berbeda dengan warisan ponsel seluler,” kata Lundmark dalam wawancara terpisah dengan Bloomberg.

Baca juga: Akibat pelanggaran hak paten, Nokia tuntut Vivo Rp597 miliar

Bisnis ponsel Nokia masih ada

Di sisi lain, ponsel dengan merek Nokia masih ada dan dikembangkan sampai saat ini. Pekan ini Nokia bahkan meluncurkan ponsel terbarunya, yakni Nokia G22.

Akan tetapi, ponsel dan perangkat lain dari Nokia  kini dikembangkan oleh perusahaan mitra HMD Globall yang telah mengakuisisi hak merek Nokia untuk smartphone dan tablet pada 2016 lalu.

Ponsel bukan lagi menjadi bisnis utama Nokia usai divisi Perangkat dan Layanan perusahaan tersebut diakuisisi oleh Microsoft senilai $7 miliar atau sekitar Rp107 triliun pada 2014.

Adapun saat ini Nokia ingin memperluas fokusnya dengan cepat pada penjualan peralatan untuk pabrik otomatis dan teknologi seperti jaringan 5G pribadi untuk klien di sektor manufaktur.