Peragaan busana virtual: Akan terus berlanjut atau hanya pengganti sementara?

Amot Syamsuri Muda pada Selasa (23 Juni) meluncurkan pratinjau koleksi terbarunya melalui platform konferensi video dan audio Zoom. Meski bukan cara yang lazim untuk mempersembahkan sebuah koleksi, penyelenggaraan peragaan virtual ini membutuhkan talenta yang hampir sama dengan penyelenggaraan peragaan busana pada umumnya. Hanya saja, kali ini ada editor video.

Acara tersebut melibatkan fotografer Glenn Prasetya, koreografer Edwan Handoko, pembawa acara Dino Augusto, direktur musik Diabram, penata rias Barry Ritonga, dan model-model yang melenggang di panggung.

Tidak seperti panggung peragaan busana pada umumnya di mana perancang busana ada di balik panggung, penonton bisa berinteraksi dengan Amot secara langsung melalui layar. Adanya kesempatan untuk bisa berkomunikasi dengan pencipta koleksi sesungguhnya menjadi kejutan yang menyenangkan.

Meskipun begitu, bagi penonton, hal ini menjadi pengalaman yang unik. Siapa sangka, kita bisa menghadiri peragaan busana dari tempat tidur tanpa menggunakan riasan wajah?

Sejak pandemi, industri kreatif, terutama sektor event dan pertunjukan, mengalami pukulan besar. Fashion week dibatalkan, dan konser musik serta semua jenis pertunjukan langsung dilarang.

Terlepas dari situasi saat ini, pertunjukan harus tetap berjalan. Para musisi beralih ke Instagram dan YouTube Live untuk penampilan langsung. Pameran seni terpaksa pindah ke ruang virtual. Sesi pemotretan fesyen dilakukan melalui FaceTime. Peragaan busana, seperti pertunjukan yang diselenggarakan Amot, direkam terlebih dahulu.

Pada bulan April, British Fashion Council mengumumkan bahwa fashion week koleksi pria akan diselenggarakan secara digital di bulan Juli. Perancang busana asal Kongo Anifa Mvuemba menggunakan model 3D dalam peragaan busana yang disiarkan secara langsung melalui akun Instagram labelnya. Dalam pertunjukan tersebut, ia membuat seolah-olah para model tak kasat mata berjalan di panggung memamerkan koleksinya.

Peragaan busana virtual mendorong perancang untuk menjadi lebih maju secara digital dan inovatif pada masa-masa sulit. Sisi positifnya, beralih ke digital memungkinkan perancang busana menjangkau pasar yang lebih luas dan, mungkin, mengurangi limbah dan emisi karbon dari perjalanan dan konsumsi selama peragaan busana.

Ke depan, Amot juga mempertimbangkan untuk menggabungkan pertunjukan virtual ke dalam peragaan busana di dunia nyata ketika situasi sudah kembali normal. “Tanggapan yang kami dapatkan sejauh ini sangat positif. Nantinya, kami mungkin akan memadukan pertunjukan virtual dengan pertunjukan offline untuk menciptakan pengalaman baru,” ucap sang perancang busana.

Dalam hal penjualan, format baru ini tidak menghentikan konsumen untuk membeli. “Syukurlah saya menerima banyak pesanan di muka setelah peragaan busana selesai,” tuturnya.