Apakah kita membutuhkan pengawas mode?

Foto: Diet Prada mengkritik Philipp Plein yang meniru kolaborasi antara Dior dan Stüssy

Foto: Diet Prada mengkritik Philipp Plein yang meniru kolaborasi antara Dior dan Stüssy

Diet Prada, akun pengawas terkenal yang pada masa awalnya tersebulung misteri, telah banyak menghiasi halaman utama di industri mode. Dengan dua juta pengikut, kepopuleran Diet Prada telah melampaui aktivis dan influencer mode.

Sejalan dengan berkembangnya tuntutan konsumen dan pemirsa akan transparansi dan integritas, Diet Prada terus mengambil bagian dalam mengkritisi perancang busana dan perusahaan besar yang menjiplak merk independen dan mengintegrasikannya dengan isu-isu sosial, lingkungan, dan politik saat ini.

Michelle Maryam, pendiri dan perancang busana Maryallé, adalah salah satu yang tahu mengenai Diet Prada, “Saya rasa mereka adalah pengawas mode yang paling berpengaruh, tajam, dan kejam di industri saat ini. Mereka mendemokratisasi etika dalam industri mode, dan mereka benar-benar membuat brand mode ‘berpikir’ lebih dari sebelumnya.”

“Saya tahu Diet Prada ada, tapi tidak pernah mengikuti mereka sampai baru-baru ini. Saya rasa beberapa topik berlebihan dan bisa dikatakan sebagai tuduhan, dan ditujukan hanya pada pihak tertentu saja. Meskipun begitu, mereka memang menyentuh beberapa topik yang menarik,” ucap Vannya Istarinda, perancang busana Dua Awan Studios.

“Saya tahu Diet Prada. Menurut saya, setiap orang atau komunitas memiliki hak untuk bersuara, begitu pula dengan komunitas yang memiliki kewajiban untuk berkarya tanpa batas,” ucap selebritas yang kini menajdi perancang busana, Tities Sapoetra.

Pengawas mode Indonesia @socialsymptom juga telah banyak mengkritisi perancang busana dan majalah mode lokal yang menjiplak dan mencuri rancangan dan konten dari perancang, pelaku kreatif, dan budaya pop internasional.

Akun tersebut berhenti posting pada tahun 2018, namun mereka sudah membuat gebrakan di dalam industri. @socialsymptom mengkritisi Sapto Djojokartiko karena terang-terangan mengambil referensi dari koleksi Resort 2016 milik Valentino, yang sebenarnya juga dianggap kontroversial.

Valentino mengambil inspirasi dari suku-suku di Afrika dengan menggunakan tekstil Kikuyu yang unik. Sabuknya dibuat dari trade beads (jenis manik-manik yang pada zaman dulu digunakan sebagai alat pembayaran) di Afrika, dan mereka menggunakan motif, sulaman, dan hiasan asli suku-suku Afrika untuk aksesoris dan pakaian di koleksi tersebut.

Apa yang dilakukan Valentino adalah perampasan budaya. Banyak pihak yang telah angkat bicara mengenai masalah mereka dengan praktik ini: perampasan budaya mengambil tanpa memberi. Mencuri sesuatu yang memiliki makna mendalam yang melekat pada komunitasnya dan mengubahnya menjadi hiasan untuk dijual dengan harga yang sangat tinggi adalah suatu masalah, karena praktik tersebut menanggalkan identitas budaya dan warisan dari benda tersebut.

Pada sebuah wawancara, Sapto berkata, "Inspirasi koleksi ini adalah perjalanan spiritual manusia dan keinginan mereka untuk bertemu pencipta mereka... hal ini biasa ditemukan dalam tradisi, simbol, dan ritual...”

Pengawas bisa berguna untuk menunjukkan kekurangan-kekurangan di dalam industri dan membeberkan ketidakkonsistenan korporasi atau brand dalam hal keaslian dan etika.

Berbicara mengenai kondisi industri mode di Indonesia, Michelle mengekspresikan keprihatinannya dan mengatakan bahwa memang ada kebutuhan untuk pengawas mode karena, “Saat ini ada sangat banyak brand mode di Indonesia. Yang mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa kebanyakan dari mereka tidak peduli mengenai identitas atau keaslian.”

Dalam pandangan Yeri Afriani, pendiri Calla The Label, “Saya pikir 50:50. Butuh, tapi juga tidak butuh, tergantung fungsi dan tujuannya. Diet Prada seperti polisi, tapi sekali lagi, orang Indonesia cukup bebal.”

Di sisi lain, Vannya menyatakan ketidaksetujuannya. “Saya pikir tidak, setidaknya untuk saat ini. Saya mendukung brand dan perancang lokal yang bukan brand imitasi atau menjual ‘barang palsu.’ Saya percaya sebagian besar dari mereka mengambil inspirasi dari perancang lain dan mengubahnya menjadi sesuatu yang berbeda dan unik. Contohnya, saya percaya banyak perancang dan brand Indonesia yang berkiblat ke dunia Barat untuk inspirasi, tapi tidak berarti mereka menjiplak - kecuali mereka jelas-jelas meniru produk tersebut. Jika Anda ada di dalam industri mode, Anda akan selalu haus akan inspirasi rancangan dan gaya baru, dan Anda akan menginginkan sesuatu yang tidak bisa dicapai, berbeda, atau baru. Itulah kenapa perancang akan mengambil inspirasi dari orang lain.”

Akun pengawas lainnya, @Givecredit_, melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengedukasi pembaca mereka dan meningkatkan kesadaran mengenai sumber inspirasi industri mode - terutama dalam hal perampasan budaya. Alih-alih mengkritisi plagiarisme dan tiruan, mereka lebih bertujuan untuk meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya memberi penghargaan kepada mereka yang pantas mendapatkannya.

Mereka menuntut brand untuk lebih sadar dalam outsourcing rancangan mereka, terutama saat mendistribusikan kembali barang atau gaya yang memiliki nilai sentimental atau generasional yang pembuatannya membutuhkan keahlian yang diasah selama bertahun-tahun.

Pengawas juga bisa melindungi perancang-perancang baru dari perusahan yang mengambil untung dari rancangan tiruan. Dalam hal ini, perusahaan fast fashion merupakan pelanggar paling produktif.

Fast fashion bisa dengan mudah memperluas pasar mereka dengan terang-terangan menjiplak rancangan asli. Metode produksi massal yang bergerak cepat memungkinkan perusahaan-perusahaan ini untuk menjual barang tiruan denga harga yang jauh lebih terjangkau dibandingkan barang aslinya.

Salah satu kasus terkenal adalah ketika Zara menjiplak rancangan lencana karya perancang indie Tuesday Bassen. Ketika Bassen menyuarakan keberatannya, Zara mengatakan bahwa rancangan Bassen “kurang memiliki ciri khas, sehingga sangat sulit bagi sebagian besar orang untuk mengasosiasikan stiker tersebut dengan Tuesday Bassen.”

Foto: Zara meniru rancangan Tuesday Bassen

Foto: Zara meniru rancangan Tuesday Bassen

Ternyata, bagi para perancang baru, hal-hal seperti itu berdampak lebih dari sekadar kerugian keuangan. Adanya pengawas bisa memberi perancang muda dan baru dukungan yang mereka butuhkan - sehingga mereka bisa mendapatkan publikasi, yang pada akhirnya memperkuat praktik pemberian penghargaan kepada para perancang aslinya.

Sudah tidak ada lagi tebang pilih akan apa-apa saja yang ingin ditunjukkan dan apa yang ingin disembunyikan mengenai berbagai praktek mengerikan dalam proses produksi pakaian. Sekarang, lebih dari sebelumnya, keberlanjutan sudah menjadi topik hangat, dan adanya pengawas merupakan salah satu faktor yang memungkinkan terwujudnya pencapaian ini.

Meskipun begitu, sisi negatif dari pengawas adalah anonimitas mereka. Beberapa klaim mereka bisa dibilang dipaksakan. Jika mereka meminta masyarakat berpartisipasi dan membantu mereka mengungkap berbagai kebohongan, mereka bisa memilah informasi dan mengunggahnya tanpa memeriksa kebenarannya.

Tities Sapoetra mengatakan, “Ada banyak cara yang lebih baik untuk mengkritik tanpa menyakiti perasaan orang lain. Meskipun begitu, memberi kritikan yang membangun atau langsung mengecam seseorang dengan niat jahat adalah pilihan.”

Isu yang lebih penting adalah apakah pengawas diizinkan untuk mempertahankan anonimitas mereka. Ada berbagai perangkap hukum, seperti pencemaran nama baik, pelanggaran privasi, atau pelanggaran hak cipta.

“Menjadi anonim mungkin tidak akan membantu seseorang terhindar dari pertanggungjawaban, karena hak atas kebebasan berekspresi harus seimbang dengan berbagai kepentingan lain, seperti pencegahan kejahatan atau perlindungan atas reputasi seseorang. Ada berbagai langkah hukum dalam mengalahkan anonimitas seseorang atau sebuah entitas, dan pendekatannya beragam tergantung negara,” ucap pengacara mode Anna Radke.

Namun, pertanyaan apakah perancang Indonesia akan siap untuk menyambut keberadaan pengawas tetap ada.

“Saya mungkin akan diam saja, terutama karena saya pikir kalau saya jawab, masalahnya akan berubah menjadi debat kusir, yang tidak akan ada ujungnya tapi menambah banyak dramanya. Saya rasa ini bisa menjadi peringatan bagi perancang lain dan saya sendiri untuk lebih kreatif dan bijaksana dalam mengimplementasikan ‘referensi’ kami. Di tim perancang saya, ada orang-orang yang memiliki wawasan luas mengenai sejarah [mode], tapi sekali lagi, kadang kami gagal, dan kami lupa. Maka dari itu, masalah bisa terjadi.” ucap Yeri.

Mengikuti mode bukan hal mudah. Penjaga mode bisa menjadi pengganggu, tetapi bisa juga menjadi berkah tersembunyi. Seiring dengan terus berkembangnya mode di Indonesia, dan konsumen terus mengembangkan nilai-nilai dan kepercayaan mereka seiring berjalannya waktu, harus ada perubahan dalam dialog di luar kerangka estetika.

Keinginan yang kuat untuk bertanggung jawab adalah elemen yang akan membantu industri mode Indonesia untuk berkembang. Publikasi majalah besar mungkin tidak akan bisa menciptakan riak dalam industri mode, tapi seseorang harus melakukannya.