Putus kontrak dengan EA, FIFA buat empat gim berbasis blockchain

FIFA meluncurkan empat gim berbasis blockchain usai mengakhiri kerja sama dengan EA Sports yang telah berlangsung selama 30 tahun lantaran FIFA mulai membuat banyak tuntutan tidak masuk akal.

Sebelumnya dilaporkan pada Oktober lalu bahwa negosiasi antara EA Sports dan FIFA menjadi berantakan karena adanya perbedaan tujuan.

Sementara EA ingin memperluas lisensinya ke area seperti NFT, FIFA justru ingin mempertahankan lebih banyak kontrol agar dapat bermitra dengan perusahaan lain.

Pada akhirnya, EA tampaknya tak lagi tertarik untuk membayar sebesar $1 miliar untuk memperpanjang kerja sama eksklusif dengan perusahaan video gim tersebut.

Setelah pengakhiran kerja sama tersebut, FIFA langsung bertindak cepat dan menggandeng perusahaan lain untuk berkolaborasi serta meluncurkan sejumlah gim baru berbasis teknologi blockchain.

Sayangnya, dikutip dari Kotaku (8/11), peluncuran keempat gim dengan integrasi web 3.0 tersebut tidak disambut dengan baik lantaran dinilai tidak berkaitan dengan esports.

Adalah “AI League: FIFA World Cup Qatar 2022 Edition” yang dinilai hanya merupakan permainan sepak bola empat lawan empat yang dimainkan oleh karakter yang dikontrol dengan artificial intelligence (AI).

Gim ini dinilai sudah terlalu umum dan menghapus kesenangan dari gim biasanya. Kemudian ada “FIFA World Cup Qatar 2022 in the Unpland Metaverse”, metaverse berbasis blockchain terbesar yang dipetakan ke dunia nyata.

Menurut keterangan yang dirilis FIFA, “Di sana pemain bisa membeli dan menjual properti virtual. Sekarang mereka bisa mengumpulkan aset digital resmi Piala Dunia FIFA, termasuk video legendaris dari turnamen.”

Kemudian ada gim “Matchday Challenge: FIFA World Cup Qatar 2022 Edition” yang menargetkan emosi pemain lantaran harus memprediksi permainan berdasarkan kartu sepak bola.

Gim keempat ialah “FIFA World Cup Qatar 2022 on Phygtl”, sebuah aplikasi seluler yang membawa pemain ke dimensi lain untuk mendapatkan pengalaman menakjubkan dalam menjalankan misi.

Sayangnya, tak sesuai harapan, keempat gim berbasis blockchain tersebut dibanjiri kritik karena dirilis pada waktu yang tidak tepat, yakni setelah popularitas industri NFT dan kripto sedang merosot.

Game, TechHaiza PuttiComment