Kanye West-adidas berpisah: Produsen YEEZY PHK pegawai dan bingung atasi produk tak terjual

Pasca perpisahan Kanye West (Ye) dengan adidas, produsen YEEZY bernama Okabashi dipaksa memecat dua per tiga dari pegawainya. Pasalnya, dilaporkan sebanyak 142 orang terkena dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari pabrik di Buford, Georgia, Amerika Serikat (AS) tersebut.

“Sampai saat ini pesanan tidak cukup untuk membuat semua karyawan sibuk dengan pekerjaan. Sangat disesalkan, Okabashi mengumumkan PHK 142 karyawan yang berlaku segera,” tulis pernyataan resmi Okabashi, sebagaimana mengutip dari CNN BUSINESS (4/11).

Pasalnya, menurut sumber yang sama, Okabashi telah menandatangani kontrak dengan adidas sejak April 2020, sebagai produsen dari salah satu produk milik Kanye West, YEEZY Foam Runner.

“Kami dapat mengonfirmasi bahwa Okabashi memproduksi produk busa Yeezy pilihan untuk Adidas selama tiga tahun terakhir,” ujar juru bicara Adidas, melansir COMPLEX (4/11).

Usai adidas memutus tali kerja sama dengan Ye pada Oktober lalu karena pernyataan anti-semitisme, Okabashi mengatakan, "Adidas jelas-jelas tak menolerir ungkapan kebencian dan Okabashi juga berpijak pada sikap yang sama. Sayangnya, ini mengartikan penghentian produksi Okabashi untuk adidas.”

Menurut pernyataan Okabashi, perusahaan itu mengaku telah, “Berkoordinasi dengan pemerintah lokal dan produsen lainnya untuk memberikan bantuan dan kesempatan baru bagi para pegawai yang terdampak.” Selain itu, mereka juga akan memberikan pesangon dan jaminan kesehatan. 

Meski kebanyakan pegawainya di-PHK, Okabashi mengaku tetap beroperasi dan mengejar kolaborasi lainnya. Pasalnya, Beroperasi sejak 1984, Okabashi menjadi 1% produsen sepatu yang tersisa di AS. 

Tak hanya problema pemutusan hubungan kerja, melansir CNN (4/11), Okabashi terpaksa menghadapi tantangan lainnya dari putus kontrak Ye dan adidas.Okabashi yang membuat produknya dari 25% bahan daur ulang itu harus dibuat pusing lantaran banyak YEEZY yang telah dibuat dan tak lagi bisa dijual. 

Pasalnya, membuang atau menghancurkan produk membahayakan lingkungan. 

Sedangkan mengemas ulang produk YEEZY disinyalir cukup sulit karena bentuknya yang sangat khas, menurut Burt Flickinger, ahli ritel dan direktur manajemen Strategic Resource Group.

Maka itu, pilihan yang paling memungkinkan untuk dilakukan produsen sepatu tersebut adalah menyalurkan YEEZY tak terjual ke wilayah negara lain di luar AS, yang membutuhkan.