Pameran tunggal ‘tumbuh’ dari Syaiful Aulia Garibaldi, refleksi kaitan seni dan sains

ROH Projects membuka pameran tunggal seniman asal Bandung, Syaiful Aulia Garibaldi, pada Sabtu, 18 Juni 2022. Pameran dengan tajuk tumbuh menampilkan karya-karya Garibaldi yang berawal dari pengamatannya akan serabut akar rumput liar yang sederhana, tak selalu tampak, namun kompleks dan mengandung banyak makna. Ditampilkan melalui berbagai medium karya seni, mulai dari teknik cetak grafis, sapuan warna di atas kanvas, instalasi hingga video. 

“Kami beruntung dan sungguh terpukau kala melihat karya dan praktik artistik Syaiful Aulia Garibaldi di pameran tunggal pertamanya, Regnum Fungi (2012) di ruang seni alternatif di Bandung, Padi Art Ground,” ujar Jun Tirtadji, pendiri tempat pameran itu, ROH Projects. 

Jun menambahkan, pada pameran yang terbuka untuk umum hingga 31 Juli 2022 itu, Garibaldi menampilkan kepiawaiannya dalam mengolah gagasan perihal relasi seni dan sains, terutama melalui sudut pandang biologi. Pandangan bahwa dalam skala mikroskopis terkecil, terefleksikan banyak hal tentang manusia dan kaitannya dengan intuisi dan imajinasi.

Bagi Garibaldi, ketika seni dan sains dikaitkan, keduanya dapat saling menguatkan. “Dalam pengalaman berkarya, jawaban atas pertanyaan untuk apa dan apa gunanya berkarya, justru didapatkan dari lingkungan sains. Merekalah yang seringkali bertanya lebih lanjut dan lebih mendalam terkait dengan karya saya. Bahkan dari mereka jugalah saya akhirnya mendapatkan bahwa alasan estetik dapat mengisi kesenjangan dalam perkembangan riset sains. Saya mendapati bahwa seni dan sains dalam praktik itu saling menguatkan,” ujar Garibaldi.

Akar punya makna beragam. Dari sudut pandang tradisi, seperti yang disampaikan Goenawan Mohamad dalam pengantarnya, akar mendefinisikan diri “kita yang sebenarnya”. Di sisi lain, ‘akar rumput’ juga memiliki konotasi dalam gerakan sosial terkait aspirasi rakyat. Sedangkan, akar rumput yang ditampilkan Garibaldi dalam pameran tumbuh menandakan hal yang lebih luas, mendorong atensi mendalam serta memperluas imajinasi dari pengunjung.

Garibaldi meletakkan fokus utamanya dalam mengamati rumput Eleusine indica. Ia mempelajari adanya fenomena interaksi antarspesies yang melibatkan akar dan segala hal di ekosistem sama dengannya. Alelopati, adalah fenomena yang dimaksud berarti “menderita bersama” dalam bahasa Yunani. 

Rumput dengan sifat alelopati kerap dianggap sebagai hama, tetapi tidak sepenuhnya merugikan. Sifat alelopati ini justru membuatnya menjadi penyeimbang ekosistem. “Dari pengamatan itu, saya kemudian berpikir bahwa menderita bersama itu bisa jadi adalah jalan perkembangan kebudayaan dunia selama ini,” ujar Garibaldi.

Garibaldi bermain dengan keragaman medium dan skala dalam karya-karyanya yang ditampilkan di tumbuh. Sederet kubus tembus pandang dengan kaca pembesar, berisi akar rumput yang dilapisi emas menarik fokus pengunjung untuk turut mengamati segala sisinya. Karya bertajuk Hus tersebut merefleksikan proses berkarya Garibaldi yang melalui tahapan pengamatan mikroskopik (akar). Berbeda dengan Hus, karya audiovisual Lirnusdu menyuguhkan perbesaran beragam spesimen biologis dengan skala mikroskopis.

Keaslian dari akar tak hanya disuguhkan lewat instalasi mungil di Ruang Orange Galeri. Kurang lebih 4000 hasil cetak dari akar rumput ditemukan di sekitar studio Garibaldi di Ketapang, Selatan Bandung, turut ditampilkan. Susunan kertas karya monoprint (cetak tunggal) grafis, menjadi untaian karya yang masif, menutupi seluruh bagian ruangan. Karya Ananta #1 itu, disandingkan dengan empat lukisan berskala besar. Salah satunya berukuran sepanjang 10 meter, dibubuhi judul Sujhun #1.  

Pada pengantar pameran, Yacobus Ari Respati menjelaskan, Garibaldi menekuni medium seni grafis tradisional di Institut Teknologi Bandung. Sebelumnya, ia sempat menjadi mahasiswa agronomi di Fakultas Agrikultur Universitas Padjadjaran, dan hingga pameran tumbuh seniman ini sedang menjadi mahasiswa ilmu lingkungan, Universitas Indonesia.

Pengetahuan dan perhatian Garibaldi kepada fungi, botani, seputar ekologi bisa dilacak dari pengalaman studinya. Sejak 2021, bersama beberapa perupa dan peneliti, Garibaldi merintis Lokus Foundation yang bekerja di antara teknologi dan seni. Yayasan Lokus juga menyambung jalur Garibaldi dan teman-teman untuk bekerja dengan nanoteknologi.

“Tampaknya, bagi Syaiful, “kebudayaan dunia”, dalam bentuk alelopati adalah sebuah proses tanpa konflik,” ujar Goenawan Mohamad menekankan kembali fenomena alelopati sebagai respons pameran tumbuh