Demi beli NFT pertama dan perluasan digital, koleksi MoMa sejumlah $70 juta akan dijual

Karya maestro seni rupa modern Barat koleksi The Museum of Modern Art (MoMA) akan segera dilelang. 

Melansir Wall Street Journal (13/9), sejumlah 29 dari 81 karya koleksi pendiri CBS William S. Paley ini dijual demi menggenjot platform digital salah satu museum seni terpenting di dunia tersebut.

Rupanya, ini kali pertama MoMA melepas koleksi karya Paley yang diberikan pada 1990 tersebut. MoMA pun akan menjualnya melalui balai lelang Sotheby's di London, Inggris, dan New York, AS.

Kepada Wall Street Journal, direktur MoMA Glenn Lowry mengungkap kenyataan bahwa museum yang berlokasi di New York ini telah mengalami penurunan jumlah pengunjung pasca pandemi. Lantas, demi menggaet audiens lebih luas, MoMA membangun siasat untuk menggenjot program digital museum.

Selaras dengan itu, rencananya, MoMA akan memaksimalkan pameran virtual, serta mendorong kelas-kelas MoMA yang bekerjasama dengan sejumlah perguruan tinggi di seluruh dunia.

Di samping itu, museum yang sudah berdiri sejak 1929 ini juga berupaya untuk mengembangkan koleksi NFT (Non-fungible token) pertamanya dengan dana yang terkumpul dari lelang koleksi Paley.

Betapa tidak, penjualan ini diperkirakan akan menghasilkan US$70 juta (Rp1 triliun) hingga US$100 juta (Rp1,5 triliun) untuk MoMA. Pasalnya, deretan karya yang akan dijual sungguh tak main-main.

Beberapa karya yang akan dilelang ialah karya triptych Francis Bacon "Three Studies for Portrait of Henrietta Moraes" (1963) yang setidaknya akan bernilai  £30 juta (Rp512 miliar). Serta karya Picasso "Guitar on a Table" (1919), setidaknya akan dijual seharga US$20-30 juta (Rp300-450 miliar).

Namun, beberapa karya terpenting dari koleksi Paley tersebut akan tetap menjadi koleksi MoMA. Seperti "Boy Leading a Horse" (1905-1906) Picasso dan "L’Estaque" (1882-83) karya Paul Cézanne.