Gandeng lab seni Yogyakarta, seniman Jane Lee gelar pameran tunggal di Singapura

Bekerja sama dengan laboratorium seni di Yogyakarta, perupa asal Singapura Jane Lee menggelar pameran tunggal trimatra pertamanya “Neti Neti”, yang dibuka pada 6-29 Januari mendatang.

Pemeran yang akan berlangsung di Gajah Gallery, Singapura itu dikuratori oleh kurator kawakan Singapura, John Tung. Tak hanya itu, pameran “Neti Neti” bakal menampilkan 14 karya baru Lee. 

Pasalnya, beragam instalasi tiga dimensi itu ternyata mengadopsi sekaligus memutar-balikkan ide hingga bentuk dari karya-karya terkemuka seni modern Barat.

Mulai dari lukisan Claude Monet yang dicetak di atas baja kusut, hingga potongan baja stainless yang menembus sapuan lanskap J.M.W Turner, dilakukan Lee sebagai disrupsi atas, “ikon-ikon yang sudah dikenal.. Menjadi karya-karya orisinal yang membangkitkan pemikiran.”

Sumber: Gajah Gallery

Namun, apa arti di balik judul pameran ini? Berdasarkan keterangan resmi, “Neti Neti” diadopsi dari istilah Sansekerta sekitar 8.000 tahun lalu dan secara kasar diartikan sebagai ‘bukan ini, bukan ini’.

Lantas, istilah itu menggambarkan, “pencarian meditatif,” atas realita dan esensi universal yang menggambarkan pencarian jati diri seorang Jane Lee.

Ide itu diekspresikan Lee lewat karya-karyanya tanpa batasan bentuk. Pasalnya seniman kontemporer terkemuka Singapura itu menggarap karya yang menantang batas seni dua dan tiga dimensional. 

“Karya-karya Lee yang dibuat di Yogya Art Lab (YAL) mengadopsi wujud fisik karya pahatan sembari tetap mempertahankan kedalaman ilusi khas karya lukis,” jelas keterangan resmi Gajah Gallery.

Menariknya, Lee tak bekerja sendirian dalam proses pembuatan pameran yang memakan waktu sekitar dua tahun ini, lantaran produksinya dilakukan bersama Yogya Art Lab di Jawa Tengah.

Tak sekadar bantuan teknis, laboratorium yang berfokus pada teknik pengecoran itu rupanya memengaruhi pilihan material Lee dalam karya-karyanya hari ini. 

“Pada tahun 2019, Lee mulai berkolaborasi dengan YAL untuk membuat karya dinding dari modelling tanah liat, dan sejak saat itu telah mengeksplorasi berbagai bahan mulai dari semen hingga baja stainless,” lanjut keterangan galeri yang juga membuka cabangnya di pusat Kota Jakarta itu.

Sebagai informasi, YAL ialah studio seni yang dibangun perupa senior Yogyakarta, Yunizar, bersama direktur Gajah Gallery Jasdeep Sandhu sebagai wadah eksplorasi bagi banyak perupa di Asia Tenggara.