Tim Muhibah Angklung jadi satu-satunya perwakilan Asia dalam festival Amerika Serikat
Tim Muhibah Angklung tampilkan warisan budaya Indonesia dalam pentas di Amerika Serikat selama musim panas ini, sepanjang Juli 2022. Sebagai satu-satunya representasi dari Asia, tim ini turut menjadi bagian dalam beberapa festival seni di Amerika Serikat, seperti Magis Valley Folk Fest dan Springfield.
Sejak UNESCO memberikan rekognisi angklung sebagai Warisan Budaya Tak-Benda pada 2010 lalu, 36 remaja usia 15 hingga 23 tahun yang tergabung dalam Muhibah Angklung berambisi untuk menjaga kebudayaan Indonesia dengan mempromosikan angklung ke seluruh penjuru dunia,
“Kami lihat ada dua festival ternama nih, di Barley, Idaho namanya Magis Valley Folk Fest, dan di Springfield, Utah, namanya World Folk Fest. Nah, kami mendaftar dan katanya memang cukup ketat untuk bisa masuk ke sana,” ujar direktur dan produser Tim Muhibah Angklung Maulana Syuhada.
“Kata direktur internasionalnya, dari 84 grup yang mendaftar ke World Folk Festival, hanya 10 yang diterima. Salah satunya tim angklung dari Indonesia dan satu-satunya dari Asia. Sebetulnya, tujuan utama kami menghadiri kedua festival itu,” tambah Maulana yang akan tampil di beberapa kota di AS.
Kota-kota lainnya yang turut disinggahi Muhibah Angklung dalam mempertunjukkan kemahirannya adalah New York dan Washington, DC, tepatnya di Museum Smithsonian. Sebelum penampilannya di AS, Muhibah Angklung telah mengelilingi benua Asia dan Eropa pada 2016, serta Australia pada 2018.
Menanggapi kecakapan Muhibah Angklung dalam misi budayanya, Duta Besar RI untuk Amerika, Rosan Roeslani menyambut baik kehadiran mereka. “Kita merasa senang dan bangga karena mereka bisa tampil di Smithsonian, di New York mereka tampil di Times Square, kemudian di Chicago di salah satu museum, juga pada festival di Idaho dan Utah,” ujar Rosan, sebagaimana dilansir dari VOA.
Rosan pun menambahkan, “Ini sesuai dengan program kami mengenai angklung. Ada program Angklung goes to America, Angklung goes to schools, jadi tentunya ini lebih mensosialisasikan, memperkenalkan budaya angklung ini ke masyarakat AS dengan lebih luas lagi.”
Tak hanya memainkan alat musik tradisional angklung, pertunjukannya dilengkapi dengan berbagai tarian dengan kostum khas dari kekayaan tradisi Indonesia. Beberapa di antaranya ialah hasil adaptasi tarian Bali dan Irian Jaya. Lagu yang dimainkan dengan angklung dan dinyanyikan juga beragam, mulai dari Indonesia, berbahasa Inggris seperti Mama Mia, dan Italia klasik yang tenar seperti Volare dan O Sole Mio.
“Sebulan perjalanan di Amerika Serikat untuk memperkenalkan angklung telah rampung. Sebanyak 32 hari, 7 kota, dan 2 festival telah kita lalui bersama,” tulis Muhibah Angklung dalam laman instagramnya.
“Pencapaian berharga atas nama bangsa Indonesia ini tidak akan pernah terjadi tanpa kerja keras tim serta dukungan yang luar biasa dari orang-orang di belakangnya. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih banyak kepada para sponsor dan donatur yang telah membantu menyukseskan misi budaya 'Journey to USA 2022’,” lanjut tulisannya.
Tim Muhibah Angklung mengakhiri rangkaian misi budayanya di Amerika Serikat dengan melakukan kunjungan ke San Francisco pada Rabu-Kamis (3-4/8) waktu setempat.
“Atas nama Pemerintah Indonesia, KJRI San Francisco menyampaikan terima kasih dan ingin memberi apresiasi kepada Tim Muhibah Angklung atas keberhasilan misi budayanya dalam mempromosikan angklung sebagai salah satu musik tradisional Sunda yang juga menjadi bagian dari keragaman seni-budaya bangsa dan telah diakui UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak-Benda (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity),” ungkap Prasetyo Hadi Konjen RI San Francisco.