Survei Microsoft: 80% atasan tidak setuju akan produktivitas WFH

Sebuah survei baru dari Microsoft menunjukkan bahwa banyak bos dan pekerja yang ternyata tidak setuju akan konsep lebih produktif saat bekerja dari rumah atau work from home (WFH). Sebagai atasan, mereka khawatir apakah bawahannya yang bekerja dari rumah sama produktif dengan di kantor.

Survei yang diikuti lebih dari 20 ribu pekerja di 11 negara itu menunjukkan bahwa 87% pekerja merasa mereka lebih efisien bekerja dari rumah. Namun, diikuti 80%manajer tidak setuju akan hal tersebut.

Kepala Eksekutif Microsoft Satya Nadella mengatakan bahwa ketegangan ini perlu diselesaikan karena tempat kerja tidak mungkin sepenuhnya kembali ke kebiasaan sebelum pandemi COVID-19.

“Kami harus melewati apa yang kami gambarkan sebagai 'paranoia produktivitas', karena semua data yang kami miliki menunjukkan bahwa 80% lebih individu merasa mereka sangat produktif,” ujar Nadella.

“Kecuali manajemen, mereka berpikir bahwa mereka tidak produktif. Itu berarti ada keterputusan nyata dalam hal harapan dan apa yang mereka rasakan,” tambah Nadella, sebagaimana melansir BBC (23/9).

Tidak hanya itu, menurut Nadella dan juga Ryan Roslansky, CEO LinkedIn milik Microsoft, kini para pengusaha sedang bergulat dengan perubahan pola kerja terbesar dalam sejarah. 

Jumlah pekerjaan jarak jauh yang diiklankan di LinkedIn pun telah melonjak selama pandemi, tetapi Roslansky mengatakan data menunjukkan bahwa jenis peran mungkin telah mencapai puncaknya.

Saat kekurangan tenaga kerja akut, pengusaha juga harus bekerja lebih keras untuk merekrut, memberi semangat, dan mempertahankan pekerja. Hal itu bahkan dilakukan oleh Microsoft, menurut Nadella.

“Kami memiliki 70.000 orang yang bergabung dengan Microsoft selama pandemi, mereka melihat Microsoft melalui kacamata pandemi. Dan sekarang ketika kami memikirkan fase berikutnya, Anda perlu memberi energi kembali, merekrut kembali, membantu mereka membentuk koneksi sosial,” katanya.

Di Microsoft, pekerja dapat bekerja dari rumah hingga 50 persen dari waktu sebagai standar. Lebih dari itu, pekerja membutuhkan persetujuan dari manajemen atau berganti posisi menjadi pekerja paruh waktu.

Bukan hanya Microsoft, Apple dan Tesla pun memberlakukan peraturan yang serupa. Apple memanggil pekerjanya untuk kembali bekerja dari kantor selama tiga hari dalam seminggu mulai dari September. Sementara Elon Musk telah menuntut agar bekerja dari kantor selama 40 jam dalam seminggu.

“Jika Anda tidak muncul, kami akan menganggap Anda telah mengundurkan diri,” tulis Musk via email.

Selain itu, sejak pandemi, ada fenomena yang dijuluki Microsoft sebagai ‘perombakan besar’, berpindah pekerjaan dua kali atau lebih dan biasanya dilakukan pekerja yang lahir setelah 1997 atau generasi Z.

“Pada puncak 'perombakan besar', kami melihat peningkatan 50% dari tahun ke tahun dari anggota LinkedIn yang berganti pekerjaan. Gen Z mencapai 90 persen,” menurut laporan tersebut.

Melihat fenomena tersebut, Roslansky memprediksi bahwa generasi Z akan membentuk sekitar 30% dari seluruh tenaga kerja pada 2030. Maka dari itu, para manajer perlu memahami karakter generasi Z.