ADGI ungkap proses pemilihan lima finalis identitas visual Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara

Pemerintah Republik Indonesia gaet Asosiasi Desainer Grafis Indonesia (ADGI) untuk perancangan identitas visual Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara, yang bisa dipilih langsung oleh seluruh masyarakat Indonesia. 

Proses pemilihan identitas visual dari lima calon logo Kota Nusantara, telah berlangsung mulai 4 April hingga 20 Mei mendatang. Siapa pun dapat berpartisipasi dalam memilih persona dari IKN tersebut.

Rupanya, dalam perancangan identitas visual IKN, Otoritas Ibu Kota Negara (OIKN) menunjuk ADGI sebagai mitra strategis yang mengelola proses penyeleksian desainer.

Lalu, setelah sekian peserta berpartisipasi dalam perancangan identitas visual IKN, akhirnya terpilih lima finalisnya, yakni Ismiaji Cahyono, Aulia Akbar, Dimas Fakhruddin, Agra Satria, dan Wildan Ilham.

Ketua Umum ADGI Ritchie Ned Hansel mengujar, “Sebagai asosiasi profesi yang resmi mewadahi profesi desainer grafis di Indonesia, ADGI mengambil peran sebagai pendukung pemerintah dengan mengundang seluruh desainer grafis di Indonesia yang tergabung sebagai anggota ADGI.”

Pada kesempatan jumpa pers di Dia.lo.gue pada Senin (17/4) kemarin, ADGI mengungkap harapannya bahwa proyek ini dapat membuktikan bagaimana desain grafis memiliki kontribusi nyata dalam aspek sosial, budaya, dan kemasyarakatan Indonesia.

Upaya itu juga telah dibangun ADGI lewat berbagai proyek bersama pemerintah dalam merancang identitas visual berbagai inisiatif kenegaraan, seperti HUT RI ke-71 hingga 77, G20 Summit, Keketuaan ASEAN 2023, Taman Ismail Marzuki, serta berbagai proyek logo kementerian.

“Desain bertujuan membentuk kehidupan yang lebih baik untuk masyarakat… mengomunikasikan berbagai isu mulai dari tren, toleransi, keberlanjutan lingkungan, ideologi, keyakinan, hingga identitas nasional,” lanjut Anggota Dewan Penasehat ADGI, Diaz Hensuk. 

Baca juga: Grafis Nusantara: Membangun mesin waktu budaya visual lewat stiker dan label lawas

Proses penyeleksian 500 desainer hingga terpilihnya lima finalis

Sebagai asosiasi pekerja desain grafis, jumlah anggota ADGI telah mencapai hampir 2.000 desainer. 

Mereka semua tergabung dalam lima Chapter, semacam cabang, ADGI yang terletak di Jakarta, Bandung, Jogja, Malang, dan Surabaya.

Menurut Ritchie dalam kesempatan jumpa pers, setiap tahunnya ada lebih dari 6.000 desainer yang lulus dari program studi Desain Komunikasi Visual yang dapat memberi kontribusi nyata dalam membangun reputasi positif kelompok maupun institusi, termasuk negara. 

Sebagai mitra perancangan identitas visual Kota Nusantara, ADGI menjaring calon desainer logo dengan sistem panggilan terbuka (open call), sehingga setiap anggotanya berkesempatan untuk berkontribusi.

Proses penyaringan dilakukan melalui tahap seleksi portofolio dan curriculum vitae (CV) yang diikuti lebih dari 500 desainer. Kemudian, jumlahnya dikerucutkan menjadi 10 terpilih hingga lima finalis akhir.

Masing-masing dari finalis pun akan mendapat imbalan, walaupun desainnya tidak terpilih sebagai identitas visual Kota Nusantara.

Perihal desainer terpilih yang seluruhnya berasal dari Pulau Jawa, Diaz mengujar, “ADGI bukan lembaga yang hidup dari kapital yang sangat besar, kita bekerja dengan lima chapter yang kita punya. Kita mau memperluas chapter, tapi kita tidak mau sekadar membuka karena tanggung jawabnya besar banget.

Ia lanjut menjelaskan, “(Sebenarnya) Desainer dari Makassar (misalnya) bisa ikut dengan mendaftarkan diri sebagai anggota dari chapter yang ada, tapi kalo mereka nggak daftar, ya, kita nggak bisa masukkin.”

Pijakan penilaian lima finalis identitas visual Kota Nusantara

Proses penyeleksian dilakukan tim ADGI dengan berlandaskan payung kuratorial identitas visual IKN, yang terdiri dari tiga pilar tema: desentralisasi (ekonomi), kampung halaman bersama, dan kemaritiman. 

Menurut Ritchie, ketiga landasan identitas visual calon ibu kota Indonesia tersebut, dipilih ADGI dari delapan pilar utama IKN yang telah ditetapkan.

Selanjutnya dari ketiga tema, para finalis dibebaskan membangun interpretasinya masing-masing. 

“Kita nggak pernah bilang ke desainer kalau mereka harus membuat desain yang A, B C. Kita nggak pernah intervensi dari segi bentuk, spektrum warna, narasi yang mereka mau angkat, tapi kita punya brief yang sempit tapi juga luas untuk direspons,” jelas Diaz kepada TFR.

Maka dari itu, kita bisa melihat konsep yang unik satu sama lain dari masing-masing finalis, mulai dari yang mengadopsi filosofi pohon hayat hingga perihal harmoni.

Lalu, Anggota Dewan Penasehat ADGI dan mantan Ketua ADGI Rege Indrastudianto menjelaskan kepada TFR, desainer yang logonya terpilih kemungkinan akan menjadi pengawas dalam pengimplementasian logo Nusantara ke depannya.

Pasalnya, hal serupa juga terjadi pada proses penerapan desain G20 di setiap daerah, di mana ADGI dan desainernya terus mengawasi setiap pengimplementasian identitas visual dalam berbagai bentuk desain.