Aplikasi kencan Muslim kalah dalam gugatan melawan induk Tinder, diminta segera ganti nama

Sebuah dating app atau aplikasi kencan Muslim yang bernama Muzmatch kalah dalam gugatan dan diminta untuk mengubah namanya lantaran dianggap mirip dengan Match.com.

Pengadilan Banding telah menguatkan putusan pada Juni 2022 bahwa banyak konsumen yang mengira Muzmatch (sekarang Muzz) merupakan bagian dari Match Group, perusahaan induk Tinder.

Terkait hal ini, Muzz mengkritik putusan tersebut dan menyebut tindakan hukum itu sebagai sesuatu yang “sangat mengkhawatirkan bagi perusahaan rintisan (startup) lainnya di sektor kencan.”

Di sisi lain, Match Group justru menyambut baik hasil putusan pengadilan tersebut. Menurut seorang juru bicara Match Group, Muzmatch telah memanfaatkan reputasi mereknya.

“Kami selalu merasa bahwa Muzmatch telah secara tidak adil diuntungkan dari reputasi dan investasi merek kami, serta memanfaatkan Match Group untuk keuntungannya sendiri,” ungkapnya kepada BBC, dikutip Selasa (2/5).

“Kami akan terus melindungi karya dan kreativitas dari pegawai kami sembari tetap lanjut menghubungkan orang-orang lajang dari berbagai latar belakang di seluruh dunia,” lanjutnya.

Pengadilan sendiri tidak menemukan masalah dengan putusan awal yang menyatakan bahwa terdapat kemungkinan kebingungan karena kata kunci search engine optimization (SEO) oleh Muzmatch dan Match.com sama-sama menggunakan kata “match”.

Sebagai informasi, SEO melibatkan penggunaan kata atau kalimat tertentu dalam sebuah situs untuk meningkatkan kemungkinannya muncul di halaman pertama mesin pencari seperti Google.

Menanggapi putusan ini, pendiri sekaligus Chief Executive Muzz Shahzad Younas mengatakan, tindakan hukum itu ialah taktik Match Group untuk mengamankan posisinya agar tetap menjadi yang terdepan.

Younas mengatakan, “Bagaimana kalau (Match Group) berinovasi dan menciptakan produk yang lebih baik, daripada menggunakan taktik semacam itu terhadap pesaingnya?”

Baca juga: Di Ibu Kota boleh bucin, asal jangan sampai miskin

Lebih lanjut tentang Muzz dan Match Group

Muzz sendiri pertama kali diluncurkan di Inggris pada 2015 silam dengan nama Muzmatch, sebuah aplikasi kencan yang diperuntukkan bagi Muslim.

Younas mengatakan Match Group telah berupaya untuk membeli bisnisnya dalam empat kesempatan berbeda, termasuk memberikan penawaran senilai $35 juta atau sekitar Rp514,5 miliar, tetapi ia tolak.

Sementara itu, juru bicara Match Group enggan memberikan tanggapan mengenai merger dan akuisisi.

Akan tetapi, menurutnya hal tersebut tidak berpengaruh pada keputusannya untuk melindungi kekayaan intelektual serta merek dagangnya.

Sejak saat itu, kata Younas, kasus ini telah membuat Muzz mengeluarkan sebanyak hampir $2 juta atau sekitar Rp29,4 miliar untuk membayar biaya hukum dan kerugian.

“Ini adalah perubahan kecil bagi perusahaan konglomerat seperti Match Group, namun jumlah tersebut merupakan modal yang sangat berharga untuk perusahaan rintisan seperti kami,” jelas Younas.

Ia lalu melanjutkan, “Jelas bagi kami bahwa Match Group akan melakukan semua yang mereka bisa untuk ‘membunuh’ kami dengan maksud agar mereka dapat mempertahankan monopoli mereka di pasar kencan global.”

Dominasi aplikasi kencan secara global

Match Group merupakan pemilik dari banyak aplikasi kencan besar yang digunakan saat ini, termasuk OkCupid, Hinge, dan Plenty of Fish.

Perusahaan ini merger dengan Tinder senilai $3 miliar atau sekitar Rp44 triliun pada 2017. Saat itu, merger tersebut sempat menyebabkan tindakan hukum atas penilaian perusahaan dengan para pendiri Tinder.

Pasalnya, pendiri Tinder merasa merger tersebut telah meremehkan Tinder. Match Group kemudian menyelesaikan kasus tersebut dengan membayar sebesar $441 juta atau sekitar Rp6,4 triliun pada 2021.

Lebih jauh, Match Group juga pernah berupaya untuk mengakuisisi Bumble, aplikasi kencan di mana perempuanlah yang mengambil langkah pertama. Sayangnya, Match Group kalah dalam lelangnya.

Match Group pun pernah mengakuisisi layanan kencan Muslim bernama Harmonica, kemudian mengubah namanya menjadi Hawaya. Namun pada Februari 2023 lalu, layanan tersebut resmi ditutup.