Disney digugat investor terkait pernyataan menyesatkan bisnis streaming-nya

Penurunan jumlah subscriber dan naik-turunnya pendapatan layanan streaming Disney+ dalam beberapa tahun terakhir, membuat perusahaan induknya mendapat gugatan dari para investor.

Adapun dokumen aduan yang diserahkan ke pengadilan federal California pada Jumat (12/5), menuduh Disney telah mengelabui para investornya dari kemungkinan kerugian yang dialami perusahaan karena masalah penurunan pelanggan.

Bahkan, mereka menyebut Disney telah membuat skema penipuan untuk menyembunyikan kondisi keuangan Disney+ dan membuat ramalan yang mengklaim bisnisnya akan untung pada 2024.

Awalnya Disney menjanjikan bisnis streaming-nya akan mencapai kesuksesan dengan kemungkinan 230 hingga 260 juta pelanggan berbayar di seluruh dunia, ditargetkan tercapai tahun depan.

Secara spesifik, menurut The Hollywood Reporter, gugatan ini menyasar “skema pengalihan pendanaan” di bawah kepemimpinan mantan CEO The Walt Disney Company Bob Chapek.

Melansir Deadline (15/5), pasalnya, skema tersebut disebut telah menyembunyikan “kemelaratan perkembangan pelanggan, kerugian, dan kelebihan biaya” Disney+.

Merespons tudingan ini, Disney menyatakan lewat keterangan resminya, “Kami mengetahui keluhan tersebut dan akan membela di pengadilan.”

Sebagai informasi gugatan ini diajukan oleh Local 272 Labor Management Pension Fund yang mengumpulkan para penggugat yang telah membeli saham Disney mulai 10 Desember 2020 hingga 8 November 2022, ketika perusahaan secara drastis kehilangan pendapatan dan sahamnya anjlok.

Baca juga: Disney+ berencana gabung dengan Hulu menjadi satu aplikasi

Gugatan sebut Disney salah strategi

Lebih lanjut, gugatan ini juga menyebut kerugian disebabkan oleh strategi Disney yang lebih memprioritaskan streaming ketika pandemi COVID-19. 

Ketika bisnis taman bermain, penginapan, dan pelayaran Disney mengalami penurunan semasa pandemi, dan bioskop terpaksa ditutup, layanan Disney+ menjadi andalan perusahaan. 

Kala itu, Chapek diduga mengerahkan seluruh fokusnya pada layanan streaming tersebut dan mengumumkan strategi organisasi baru dari perusahaan.

Atas perubahan itu, kegiatan distribusi dan komersialisasi dipusatkan pada Distribusi Media dan Hiburan Disney (DMED), yang pada dasarnya bertanggung jawab atas monetisasi semua konten secara global.

Alhasil, seluruh perubahan tersebut diduga cukup mengubah struktur pelaporan Disney yang kemudian berubah menjadi begitu kontroversial. 

Disney baru melaporkan penurunan pada November 2022

Di samping itu, melansir The Hollywood Reporter (15/5), setelah pertumbuhan pelanggan menurun pada 2021, pada November 2022 Disney baru melaporkan bahwa perkiraan bisnis Disney+ meleset.

Hal itu terjadi karena adanya kesalahan perkiraan analis dengan selisih pendapatan, penjualan, dan pendapatan keseluruhan perusahaan. 

Kala itu, bisnis Disney yang direct to consumer seperti Disney+, ESPN+, Hulu, dan Hotstar dilaporkan mengalami kerugian operasional mencapai $1,47 miliar, naik dari kerugian sebesar $630 juta pada kuartal yang sama di tahun sebelumnya.

Alhasli, penurunan performa bisnis tersebut membuat saham Disney anjlok lebih dari 13%.

Sebagai informasi tambahan, sehari sebelum gugatan ini dilayangkan (11/5), Disney+ baru dikabarkan akan membuat layanan “one-app experience” yang menyatukan kontennya dengan Hulu.