Subscriber merosot, Disney lakukan PHK massal terhadap 7.000 staf

Disney lakukan PHK massal.

Disney berencana untuk melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 7.000 karyawan dari seluruh bagian perusahaan untuk memangkas biaya operasional perusahaan.

CEO Disney Bob Iger mengumumkan kabar tersebut melalui sebuah panggilan pada Rabu (8/2) dan menyampaikan bahwa keputusan ini diambil untuk mengatasi tantangan yang tengah dihadapi.

Sama seperti yang kebanyakan perusahaan lain tengah alami, Disney membuat perubahan sebagai bagian dari upayanya untuk melakukan penghematan biaya akibat tantangan ekonomi.

Melansir The Verge (9/2), Iger mengatakan bahwa ia menargetkan penghematan biaya hingga $5.5 miliar atau Rp83 triliun dan PHK massal ini dinilai dapat membantu perusahaan mencapai target tersebut.

Di sisi lain, tidak diungkapkan departemen mana yang akan terdampak PHK. Rumor mengenai layoff ini muncul tak lama setelah Iger mengambil alih posisi CEO Disney Bob Chapek pada November lalu.

Pasalnya, Iger sendiri sebelumnya sempat mengundurkan diri dari posisi tersebut pada 2020 lalu. 

Lewat pengambilalihan tersebut, Iger ingin membangun tiga divisi inti Disney, mulai dari hiburan Disney, ESPN+, dan pengalaman serta produk Disney Park.

Di samping itu, Iger juga memiliki visi untuk fokus pada layanan platform streaming Disney+, di mana terdapat penurunan jumlah subscriber atau pelanggan aplikasinya.

Baca juga: Disney terapkan 4 hari kerja dalam seminggu, harus work from office!

Disney+ alami penurunan jumlah pelanggan

Beriringan dengan kabar PHK massal ini, melansir TechCrunch (9/2), Disney turut mengumumkan pendapatan kuartal pertama (Q1) 2023 dan total pelanggan Disney+ sebanyak 161,8 juta secara global.

Jumlah itu rupanya menunjukkan penurunan 2,4 juta pelanggan dari 164,2 juta pada kuartal sebelumnya. Ini ialah penurunan jumlah pelanggan pertama sejak platform tersebut diluncurkan pada 2019 lalu.

Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh penurunan jumlah pelanggan Disney+ Hotstar. 

Meski begitu, di sisi lain, Disney+ turut mencatat sebanyak 200.000 pelanggan baru di Amerika Serikat (AS) dan Kanada dengan total pengguna dari keduanya 46,6 juta. 

Sedangkan penawaran internasional (tak termasuk HotStar) mencatat sebanyak 1,2 juta pelanggan baru.

Menurunnya jumlah pelanggan diketahui terjadi setelah Disney menaikkan harga langganan paket bebas iklan Disney+ menjadi $11 atau sekitar Rp170.000 per bulan, sedangkan layanan dengan iklan seharga $7,99 atau Rp120.000. Akibat kenaikan itu, analis memprediksi penurunan pelanggan mencapai 3 juta.

Adapun Hulu dan ESPN+ juga melaporkan perlambatan pertumbuhan, tetapi dengan jumlah pelanggan baru sebanyak 800.000 dan 600.000. Hulu kini memiliki 48 juta pelanggan, sedangkan ESPN+ 24,9 juta.

“Prioritas kami adalah meningkatkan pertumbuhan dan profitabilitas dari bisnis streaming kami. Prediksi kami saat ini menunjukkan Disney+ akan mencapai profitabilitas pada akhir 2024,” ujar Iger.

Pasalnya, sebagai bagian dari upaya untuk mencapai target tersebut, Disney terpaksa harus melakukan PHK kepada ribuan karyawannya. 

Di samping itu, guna mengatasi kerugian dari penurunan jumlah pelanggan, Disney kabarnya juga akan mengeksplorasi penjualan hak lisensi untuk film dan serial televisinya kepada para kompetitor. 

Jika rumor itu benar, maka program-program Disney tak lagi eksklusif hanya ada di Disney+ dan Hulu.