Serial “The Glory” picu kebijakan ketat soal bullying di Korea Selatan

Serial drama Korea (drakor) “The Glory” menjadi acara yang paling banyak ditonton di Netflix selama hampir dua minggu berturut-turut bulan lalu.

Rupanya, hal itu bukan hanya berpengaruh besar untuk para penonton drakor ini, tetapi juga masyarakat di negara asalnya secara luas, yaitu Korea Selatan.

Salah satu bentuknya adalah terkait bullying atau perundungan di sekolah Korea Selatan yang menjadi salah satu bahasan di drakor yang dibintangi Song Hye-kyo tersebut.

Pasalnya, Korea Selatan baru saja mengumumkan langkah-langkah baru serta kebijakan yang tegas untuk memerangi agresi seperti bullying di sekolah-sekolahnya.

Melansir Business Time (12/4), siswa dengan catatan bullying akan tercermin dalam proses aplikasi kuliah mereka mulai 2026 mendatang, kata Perdana Menteri Han Duck-soo di Seoul. 

Di samping makin diperhatikan setelah “The Glory” tayang, bullying adalah masalah yang diperdebatkan di Korea Selatan dan dipandang sebagai pelanggaran serius. 

Baca juga: Penulis film “Parasite” Han Ji-won debut jadi sutradara di drakor “Running Mate”

Kekerasan di sekolah tidak akan ditolerir lagi

“Kami tidak bisa lagi mentolerir kekerasan sekolah yang merajalela,” tegas Duck-soo kepada wartawan dalam pengarahan tentang masalah tersebut.

“Minat yang tinggi pada acara TV baru-baru ini yang didasarkan pada kisah kekerasan di sekolah mencerminkan suara keras publik,” katanya dalam komentar terpisah pada rapat komite.

Pasalnya, Han juga mengatakan bahwa Korea Selatan juga bakal menggandakan lamanya waktu catatan harus disimpan untuk kasus intimidasi yang serius. 

Negara ini bertujuan untuk “menetapkan prinsip toleransi nol untuk kekerasan di sekolah,” katanya. 

Sekilas tentang drakor “The Glory” yang angkat soal bullying

Drakor “The Glory” adalah serial Netflix dengan 16 episode tentang seorang wanita yang membalas dendam terhadap penyiksa dari masa kecilnya. 

Ceritanya adalah kisah balas dendam fiksi berdasarkan tindakan intimidasi nyata yang terjadi lebih dari dua dekade lalu di negara tersebut.

Bukan hanya menarik perhatian masyarakat Internasional, drakor “The Glory” sukses mencuri perhatian banyak minat di negara asalnya.

Pasalnya, penindasan adalah masalah yang diperdebatkan di Korea Selatan dan dipandang sebagai pelanggaran serius. 

Bahkan, hal ini semakin jadi perhatian usai skandal baru-baru ini yang melibatkan pengungkapan intimidasi oleh putra seorang pejabat terkemuka terungkap ke permukaan.