Sejarah dan kiprah pelopor Design Center Association (Decenta) dipamerkan di Galeri Salihara

Komunitas Salihara Arts Space telah membuka pameran terbarunya, “Daya Gaya Decenta”, yang menyoroti sejarah serta kiprah kelompok desainer dan seniman Decenta.

Menurut keterangan resmi Komunitas Salihara yang diterima TFR (11/5), pameran ini menampilkan karya-karya dan pengaruh kelompok Decenta terhadap perkembangan desain dan seni rupa Tanah Air.

Rupanya, Decenta merupakan kelompok dengan kepanjangan nama Design Center Association yang berdiri pada 1973 di Bandung.

Decenta beranggotakan para seniman senior A.D. Pirous, G. Sidharta, Priyanto Sunarto, T. Susanto, dan Sunaryo.

Selain beraktivitas sebagai biro desain dan karya seni untuk sejumlah proyek pembangunan di masa Orde Baru dan lainnya, Decenta turut membuka galeri yang menjadi rumah dari berbagai pameran, diskusi, hingga lokakarya.

Di sana, Decenta juga membuka toko yang menjual berbagai karya seni, kriya, perabotan, hingga reproduksi dari karya mereka seperti merchandise kartu ucapan, poster, dan lain sebagainya. 

Kemudian, mulai awal 1980-an, perlahan satu per satu anggota Decenta mulai mengundurkan diri, namun biro ini masih aktif hingga awal 1990-an dan dipimpin oleh A.D. Pirous.

Bagi yang tertarik menikmati ragam instalasi dan arsip sejarah Decenta dalam “Daya Gaya Decenta”, Anda dapat mengunjungi Galeri Salihara hingga 25 Juni mendatang!

Sebagai informasi, pameran ini dikuratori oleh Chabib Duta Hapsoro dan Asikin Hasan. Serta, dibuka setiap hari Selasa-Minggu (11.00 - 19.00 WIB) dan tiket kunjungan dibanderol seharga Rp35.000 (umum) dan Rp25.000 (pelajar) yang dapat dipesan melalui tiket.salihara.org.

Baca juga: Seni rupa minim inklusi bagi difabel, Open Arms gelar program gaet aktivis dan ruang seni

Para anggota pertama dipertemukan di proyek Convention Hall Jakarta

Sebagai pengajar dan murid Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung, para anggota Decenta bertemu dalam proyek Convention Hall Jakarta pada 1973.

Gedung tersebut kini berubah menjadi Jakarta Convention Center (JCC).

Kala itu, kelima anggota Decenta diminta membuat elemen estetik dari lima pintu utama gedung Convention Hall, yang sekarang dikenal menjadi Jakarta Convention Center (JCC).

Di tahun-tahun setelahnya, Decenta banyak menangani berbagai pesanan desain dan karya seni dari lembaga negara dan menerapkan elemen dekoratif yang khas dari daerah asal mitranya.

Decenta jadi pelopor biro desain Indonesia dan penemu istilah “cetak saring”

Menurut Ibrahim Soetomo selaku manajer program seni rupa Komunitas Salihara, “Decenta adalah biro desain pertama di Indonesia yang menggunakan istilah design center.”

Ia lanjut menyatakan, “Meski memang kala itu sudah bermunculan sejumlah biro desain periklanan.”

Selain itu, Decenta juga mempelopori penggunaan istilah lainnya, yakni “cetak saring” yang menjadi salah satu teknik dalam seni dan desain grafis.

Adapun cetak saring sendiri sebelumnya lebih dikenal dengan istilah sablon oleh publik umum.

Pameran “Daya Gaya Decenta” dibagi menjadi empat bagian utama

Dalam catatan kurarotialnya, Chabib Duta Hapsoro menjelaskan bahwa pameran “Daya Gaya Decenta” menggarisbawahi empat hal utama dalam kiprah Decenta sejak menjadi PT (Perseroan Terbatas) pada 1975.

Pertama, pameran menampilkan sejarah awal berdirinya Decenta dan latar historisnya. Kedua, pergulatan identitas yang diarungi Decenta, melalui penampilan karya-karya anggotanya.

Ketiga, aspek bisnis dan tata kelola perusahaan Decenta, termasuk arsip catatan rapat hingga dokumen pengelolaan harian kelompok tersebut.

Terakhir, pameran oleh Komunitas Salihara ini menampilkan peran Decenta dalam penyebaran informasi dan pemasaran seni Tanah Air. 

“Sedari awal visi Decenta sudah jelas untuk menjadi perusahaan desain dengan sebuah pilihan gaya; menjelajahi beraneka ragam hias tradisi Indonesia sebagai pokok soal maupun modus artistik untuk proyek-proyek perancangan. Ini juga menjadi manifestasi pencarian identitas mereka sebagai seniman Indonesia,” jelas Chabib dalam keterangan resminya.