Open Arms perkuat inklusivitas dunia seni lewat “lengan terkembang: ruas lintas-abilitas”

Pameran “lengan terkembang: ruas lintas-abilitas” dari Yayasan Selasar Sunaryo (YSS) telah diresmikan pada 22 September 2023 di Bale Tonggoh, Selasar Sunaryo Art Space, Bandung.

Ini merupakan pameran seni rupa yang menampilkan karya-karya dari 16 seniman individu dan kolektif asal Bandung.

Menjadi bagian dari program Open Arms yang bertujuan untuk mendukung serta memperkuat inklusivitas dalam kancah seni rupa di Indonesia.

Program Open Arms sendiri telah dihelat selama 15 bulan sejak Oktober 2022. Berbagai rangkaian kegiatan menarik mulai dari riset, ceramah, diskusi terpumpun dan lokakarya seni rupa yang diikuti oleh seniman-seniman difabel serta pendampingnya hadir di sini.

Ini didasari oleh kenyataan di mana pameran seni rupa di Indonesia masih belum menjadi ruang khalayak yang inklusif. Sehingga keterlibatan seniman dengan disabilitas masih sangat jarang.

Tak hanya itu, aksesibilitas dan kenyamanan untuk mereka di ruang-ruang seni seperti galeri, musem, atau ruang pameran lainnya juga masih minim.

Baca Juga: Sukses hadir kembali, musikal “Ken Dedes” juga debut di platform musik digital

Showcase karya dari kegiatan lokakarya Open Arms

Salah satu hal yang sangat menarik dari pameran “lengan terkembang: ruas lintas-abilitas” yaitu menampilkan karya-karya yang dihasilkan dari kegiatan lokakarya Open Arms sepanjang Juni - Juli 2023.

Peserta lokakarya sendiri sebagian besar adalah seniman-seniman difabel yang berada di Bandung, seperti Achmad Ilham Sadikin, Dwi Andini Maruf, Faisal Rusdi, Karina Budiati Yuwono, Mahesa Damar Sakti, Marsha Natama, Muhammad Nabil, Muthia Kusuma Radjasa, Patricia Saerang, dan kolektif Tab Space. 

Dari kaca mata kuratornya, Krishnamurti Suparka, “lengan terkembang: ruas lintas-abilitas” mewakili suatu tawan perspektif, suara dan perasaan yang selama ini tidak terungkap secara gamblang oleh mereka yang terlanjur terpisahkan oleh stigma dan stereotip.

“Pameran ini memberi sorotan pada keterbukaan dan sikap saling menghargai kebisaan setiap orang, sebagai anugerah dan keunikan yang dimiliki setiap manusia," jelasnya.

Untuk mendorong upaya agar semakin inklusif, pameran ini juga dilengkapi dengan fasilitas mendukung yang aksesibel dan memberikan layanan edukasi untuk para pengunjung difabel.

Kembali ke para pengisi pameran “lengan terkembang: ruang lintas-abilitas”, mereka telah aktif berkarya dan menggelar pameran di sejumlah tempat di Indonesia. Bahkan, beberapa di antaranya telah menjadi anggota dari asosiasi seniman internasional.

Ingin lebih menegaskan kesadaran inklusivitas di dunia seni

Pameran ini diharapkan mampu menghidupkan kesadaran yang lebih baik tentang inklusivitas di dunia seni rupa Indonesia, sehingga bisa menjadi lebih kuat lagi.

Manajer program Open Arms Agung Hujatnikajennong mengatakan “lengan terkembang: ruas lintas-abilitas” hanyalah rintisan atau awal untuk kegiatan-kegiatan lanjutan serupa yang harus terus diupayakan oleh berbagai pihak

Ia menambahkan, “Jejaring kerjasama yang lebih luas di antara lembaga/organisasi seni untuk mempromosikan inklusivitas juga harus dirintis.”

Program Open Arms berjalan beriringan dengan berbagai kegiatan untuk memperingati seperempat abad Selasar Sunaryo Art Space.

Direktur Selasar Sunaryo Art Space bahkan mengatakan bahwa Selasar ingin menjadi lebih inklusif lagi setelah 25 tahun berjalan. “Kami terus berbenah, agar kegiatan-kegiatan kami dapat diakses oleh kalangan yang lebih luas lagi,” pungkasnya.

Kegiatan Open Arms akan terus berlanjut dengan seminar nasional tentang seni dan disabilitas yang bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) dan didukung oleh Voice.

“lengan terkembang: ruas lintas-abilitas” akan dibuka setiap hari hingga 22 Oktober 2023 dari pukul 10.00 – 17.00 WIB, kecuali hari Senin dan libur nasional.