Pameran “sororeal” AlodiaYap dan Risangdaru soroti hubungan antara perempuan

Perupa AlodiaYap dan Risangdaru menggelar pameran seni bertajuk “sororeal” yang menyoroti hubungan empati antara perempuan, di KROMA mulai 13 hingga 28 Mei tahun ini.

Dikuratori oleh Putri Harbie, tajuk “sororeal” dari duo exhibition ini dipilih sebagai adaptasi dari kata Latin sororal yang memiliki arti “seperti saudara perempuan”.

Menurut catatan kuratorial pameran, sororal dapat diartikan sebagai hubungan interpersonal dengan tetap menghormati batasan personal masing-masing individu yang menggambarkan hubungan sehat.

Menariknya, pada karya-karya kedua perempuan perupa yang dihadirkan di pameran ini, hadir wajah karakter yang sering muncul dalam media sosial keduanya.

“Karakter mereka terkesan seperti potret diri,” tulis Putri Harbie dalam keterangan yang diterima TFR.

Rupanya, dalam berkarya, baik AlodiaYap maupun Risangdaru menggunakan pendekatan ‘learn and unlearn’, yang juga diterapkan dalam cara mereka melihat dirinya sendiri.

Di sisi lain, pameran “sororeal” ini pun dibagi ke dalam empat bagian, yakni “Proem”, “The Hinge”, “Barriers”, dan “Dome” yang menjadi babak-babak yang baiknya dinikmati secara berurutan.

“Menonton pameran ini sama seperti mencoba kuliner baru, memperluas cita rasa lewat rempah tak terduga, dan keprigelan (craftsmanship) yang menjadikannya sebuah karya,” jelas Putri Harbie.

Sebagai informasi, pameran ini turut menghadirkan lokakarya berjudul “After Sunset Art Senssion: Melihat diri lewat sketsa” yang digelar pada Minggu (14/5) lalu di KROMA, Jakarta Selatan.

Baca juga: Museum di New York bakal gelar pameran tentang karier Taylor Swift

“Sororeal” hadirkan realitas kerentanan 

Menurut Putri, konsep sororal dihadirkan AlodiaYap dan Risangdaru melalui gambar-gambar figuratif yang merefleksikan kerentanan, untuk menghadirkan realitas yang, “tidak selalu ideal.”

“Dalam karya AlodiaYap & Risangdaru hadir ikatan emosional yang unik, mirip hubungan kakak-adik perempuan dalam kerangka solidaritas yang hadir secara organik,” jelas Putri.

“Tanpa terkait eksklusif dengan gender perempuan, ikatan emosional sejenis juga dapat ditemukan dalam komunitas non-biner yang menunjukkan bahwa berbagi kerentanan dapat menjadi siasat bersama untuk saling menguatkan dalam menghadapi realita,” imbuhnya.

Sebagai informasi, Putri Harbie ialah kurator yang telah berpartisipasi di sejumlah acara bergengsi seperti Festival Kebudayaan Yogyakarta 2019 hingga menjadi asisten kurator Biennale Jogja XVI #6 2021.

Tentang AlodiaYap dan Risangdaru

AlodiaYap merupakan pelukis kelahiran Salatiga yang telah tertarik dengan warna dan fluiditas media cat yang dianggapnya bisa menangkap energi dan semangat hidup manusia.

Dalam karya-karyanya, kerap hadir sosok perempuan, yakni potret dirinya yang dibuat dengan intuitif.

Selain bentuk surealis manusia, lukisan-lukisan AlodiaYap juga banyak menyuguhkan gambar tanaman liar yang memperkuat representasi pengalaman subjektif sebagai perempuan.

“Orang lain sering melihat karyanya sebagai depresif, namun yang perlu dilihat adalah bagaimana pengalaman perempuan terkait dengan alam. Tanaman liar seperti ekspresi tak terungkap yang terus bertumbuh tanpa dikontrol makhluk lain,” jelas keterangan resmi tentang sang seniman.

Di lain sisi, Risangdaru adalah perempuan pelukis yang mengenyam pendidikan di Sastra Inggris Universitas Bina Nusantara.

Lukisan-lukisan hasil eksplorasi Risangdaru menghadirkan bahasan seputar kehidupan perempuan, tentang, “perasaan, ketegaran, hubungan dengan alam, dan refleksinya terhadap karya literatur lain.”

Salah satu ciri khas paling menonjol dari karya-karya Risangdaru ialah mata besar bergelimang air mata dalam karakter potret dirinya.

“Menurutnya pengalaman menjadi perempuan sama halnya dengan menjadi pejuang perang perempuan, berdarah dan menyakitkan, namun ketegaran di dalam perjuangan menjadi harapan untuk hidup lebih baik,” jelas keterangan tentang Risangdaru.