Bahan kain kafan jadi fashionable di tangan penjahit asal Sulawesi Selatan

Warga Sulawesi Selatan (Sulsel), tepatnya di Kabupaten Jeneponto, berinovasi dengan menyulap kain kafan menjadi produk fesyen yang telah laku di pasaran hingga ke Eropa.

Ialah Yuyun Nailufar, penjahit dan pemilik Rumah Jahit Mama Ay dari Jeneponto yang mengolah kain berserat dan cenderung berongga tersebut, menjadi rangkaian pakaian.

Melansir Bisnis.com, kain yang biasanya digunakan untuk membungkus jenazah itu, diubahnya menjadi gaun malam, jaket bomber, hingga kemeja.

Bahkan, Yuyun juga menjadikan kain kafan sebagai bahan baju tradisional asal Sulsel, yakni baju bodo. 

Beberapa di antara pakaian itu juga dikombinasikan dengan jenis kain lain termasuk sutra. Kini, inovasi pemilik Rumah Jahit Mama Ay tersebut, kian populer di kalangan pecinta fesyen. Bahkan sejak beberapa tahun ke belakang, peminatnya telah meluas sampai ke mereka yang berasal dari Eropa.

Baca juga: SisBerdaya, program pelatihan pengusaha perempuan dari DANA dan Ant Group, selesai digelar

Tekstur dan sejuknya bahan jadi nilai jual pakaian kain kafan

Rupanya, ide menyulap kain kafan menjadi pakaian ini berasal dari pengamatan Yuyun. Menurutnya, kain kafan bisa jadi bahan alternatif yang menarik, lantaran teksturnya yang unik.

Pasalnya, kain yang disebut sebagai kain tope di Jeneponto, memiliki tekstur yang berbeda dari kain pada umumnya. Selain rongga kain yang lebih besar, disinyalir ia begitu sejuk ketika dikenakan.

Lebih lanjut, menurut perempuan yang telah menjahit sejak 1996 itu, kehadiran pakaian berbahan kain kafan bisa memperkaya pilihan tren fesyen.

Yuyun mengujar kepada Bisnis.com (13/6), “Dengan memanfaatkan kain kafan menjadi pakaian, para pengrajin kain ini yang sebelumnya hanya memproduksi untuk kebutuhan jenazah, bisa turut berkembang untuk memenuhi kebutuhan fesyen, jadi pasarnya bisa semakin luas.”

Pakaian kain kafan Yuyun terjual sampai ke Eropa

Nah, menariknya, pakaian ciptaan Yuyun tersebut berhasil menarik minat pecinta fesyen di berbagai negara termasuk Malaysia, Norwegia, hingga Swedia.

Akan tetapi, Yuyun bercerita, perjalanannya memasarkan pakaian berbahan kain kafan itu cukup Menantang.

Pasalnya, banyak orang yang takut memakai pakaian tersebut, terlebih lagi membelinya.

“Di awal-awal memang banyak yang takut, bahkan orang-orang di Jeneponto mulanya tidak ada yang mau beli. Di pameran Inacraft dulu, waktu pertama kali saya ikut pameran itu, juga tidak ada yang laku,” jelas Yuyun.

Namun, kerja keras dan konsistensi Yuyun perlahan membuahkan hasil. Lambat laun, orang-orang mulai tertarik dengan produk buatannya, dan pemesanan dari konsumen mancanegara pertama kali didapatkannya pada 2019 silam.

Sejak kala itu, karyanya kian dikenal banyak orang dan pameran yang diikuti Yuyun selalu ramai peminat. Tercatat di Inacraft 2023, salah satu produknya dihargai mencapai Rp1,7 juta.