Menutup 2024, WPAP Exhibition rayakan aliran seni asli Indonesia

Wedha’s Pop Art Portrait (WPAP), sebuah aliran seni ilustrasi digital yang dipopulerkan seniman sekaligus founding father WPAP Wedha Abdul Rasyid, merayakan 14 tahun berdirinya komunitas tersebut pada akhir 2024 lalu.

Untuk memperingatinya, komunitas WPAP Cirebon menggelar pameran seni bertajuk “WPAP Exhibition 2024: HOME CALLING” pada 1-31 Desember 2024 di Creative Hall Gramedia Grage Mall, Cirebon, Jawa Barat.

Acara yang menjadi perayaan seni ilustrasi digital asli Indonesia itu digelar di kota kelahiran Wedha dan sukses menampilkan berbagai karya yang berhubungan dengan lokalitas bangsa Indonesia.

“Pameran ini mengusung tema ‘Home Calling’ untuk merepresentasikan karya yang berkaitan dengan bangsa Indonesia, seperti kesenian-kebudayaan, pahlawan atau tokoh masyarakat, arsitektur, kuliner, flora, fauna, dan lainnya,” ujar Exhibition Director WPAP Exhibition 2024 Tanzilal Azizie, dikutip dari siaran pers yang diterima TFR, Jumat (3/1).

Baca juga: Pameran ilustrasi buku anak Jepang digelar di Bandung

Dimeriahkan dengan program edukasi berkesenian 

Sebanyak puluhan karya dihadirkan dalam pameran yang menutup tahun 2024 itu. Tak hanya karya Wedha, karya yang dipamerkan termasuk karya para seniman WPAP dari seluruh Indonesia.

“Ada 43 karya, yang paling dekat dari Cirebon dan yang paling jauh dari Lombok. Ada juga dua karya dari Wedha Abdul Rasyid,” jelas Programmer WPAP Exhibition 2024 Alif Nur Alamsyah dalam kesempatan sama.

Selain menampilkan karya-karya WPAP terkurasi, pameran ini turut diramaikan dengan program lainnya, seperti talkshow yang membahas dunia seni hingga penjualan merchandise bertema WPAP.

“Setiap akhir pekan, pameran ini menghadirkan sub-event. Pada Minggu pertama, kita menggelar talkshow dengan founding father WPAP, lalu minggu berikutnya terdapat gathering dan talkshow dengan komunitas. Terdapat pula live painting dan belajar membuat WPAP bersama,” tambah Alif.

Melalui program-program yang digelar, WPAP Exhibition 2024 sukses mengenalkan aliran seni asal Indonesia ini ke lebih banyak masyarakat.

Alif berharap dengan adanya WPAP Exhibition dan pameran lainnya, ke depannya lebih banyak orang yang lebih teredukasi dan menghargai karya seni, apa pun bentuknya.

Ia mengatakan, “Harapan saya, sangat jelas saya ingin WPAP lebih dikenal lagi. Saya ingin banyak orang tahu bahwa ada salah satu aliran seni asli Indonesia, Wedha’s Pop Art Portrait.”

Mengenal lebih jauh Wedha Abdul Rasyid

Puluhan tahun berkecimpung di dunia ilustrasi, Wedha dikenal juga sebagai Bapak Ilustrasi Indonesia. Julukan tersebut diberikan karena keahliannya dalam menggunakan berbagai jenis ilustrasi selama berkarya.

“Pak Wedha menyebut dirinya sebagai seniman serba ada dan serba bisa, dia mampu mengerjakan hampir semua gaya seni dan hasilnya selalu berkualitas, tidak asal-asalan,” tutur Tanzilal.

Seniman yang berkarya sejak 1970-an ini pertama kali menemukan gaya baru dalam berkarya pada 1990 usai ia mengalami penurunan daya penglihatan saat usianya mencapai 40 tahun. 

Meskipun mengalami kesulitan, kepercayaannya terhadap garis lurus dan kesukaannya terhadap kerangka-kerangka ketika masa kecil membuatnya mencoba ilustrasi bergaya kubisme untuk gambarnya.

Pada awalnya, gaya ilustrasi ini disebut sebagai Foto Marak Bersorak (FMB), yang kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya WPAP.

Faceting geometris dengan warna-warna semarak yang membentuk objek gambar yang dibuat ulang inilah yang menjadi ciri khas aliran seni asli Indonesia WPAP.

Tanzilal kemudian menutup, “Makanya, Pak Wedha sampai memiliki slogan ‘tidak ada kurva di antara kita’. Jadi WPAP itu tidak bisa lengkung, harus tegak bentuknya. Kalau mau dibuat belok pun, harus tegas. Karena itulah ciri khas WPAP.”