Podcast: Karena kita ingin mendengar dan didengar

Ditulis oleh Aghnia Hilya | Read in English

Sejak masuk ke Indonesia, pertumbuhan industri podcast atau siniar terus menunjukkan peningkatan ke arah yang lebih baik. Betapa tidak, jika awalnya hanya dilakukan oleh orang-orang biasa yang belum punya nama, kini podcast sudah dilirik dan digeluti oleh tokoh publik yang memiliki popularitas.

Tak pelak, hal itu membawa angin sejuk karena massa pun terus bertambah, baik sebagai pendengar ataupun kreator alias podcaster. Tak heran, jika berdasarkan data, Negara Kepulauan ini bahkan masuk dalam 10 besar pendengar podcast Spotify terbanyak secara global sejak awal November lalu.

“Sejak peluncuran podcast dalam Spotify di Indonesia pada 2019, kami melihat adanya lima kali lipat peningkatan dalam jumlah konsumsi podcast di Spotify,” ungkap General Manager Spotify Asia Pacific Gautam Talwar saat Konferensi Podcast pertama Spotify di Asia pada 16 November.

Yang menarik bukan hanya karena podcast ternyata memiliki banyak pendengar, tetapi bahwa podcast yang paling banyak didengarkan di Indonesia adalah milik kreator lokal, dan dari berbagai genre. Spotify pun meyakini industri podcast di Indonesia punya potensi bagus dan akan terus bertumbuh di masa depan.

Bahkan, platform streaming itu pun memuji para kreator podcast di Indonesia karena dapat dengan cepat membangun komunitas yang baik, entah dengan sesama podcaster ataupun pendengar.

Pertumbuhan dan potensi yang baik itu ternyata tidak hanya bagus untuk industri podcast, tetapi juga mereka yang terlibat di dalamnya, termasuk para pendengar. Pasalnya, ada kecakapan yang secara disadari atau tidak ikut berubah ke arah yang positif, yaitu kebiasaan mendengarkan.

Tak seperti lagu yang bisa dinikmati tanpa tahu arti atau makna dari tiap liriknya, apa yang dinikmati dari podcast adalah isinya. Jika ingin tahu makna lagu, ketik saja judulnya di Om’ Google dan kamu akan menemukannya. Namun, bila ingin tahu apa yang dibahas dalam sebuah siniar, kamu harus mendengarkannya.

Bahkan, menurut co-founder Podluck Podcast Collective, Patricia Wulandari, hal itu berlaku bagi listener dan podcaster. Podcast membuat kita jadi bisa memerhatikan esensi dari obrolan itu sendiri.

Backbone dari podcasting adalah editing, kalau kita edit podcast atau omongan narsum yang jadi tamu, di situ ada momen kita punya kedisiplinan untuk dengerin isi omongan orang. Saat didengar dua, tiga kali saat editing, kita bisa jadi mendapat pemahaman yang berbeda lagi,” ujar Patricia saat dihubungi TFR.

“Ketika belajar mengedit, lalu dengerin ulang, ada satu langkah untuk berpikir ulang. Sedangkan, sebagai pendengar, bisa jadi lebih peka, lebih sabar, lebih disiplin untuk mendengarkan,” tambahnya.

Bukan tanpa alasan podcast bisa membawa pengaruh seperti itu, karena pada dasarnya sebagai alternatif sumber informasi dan hiburan, ada beberapa kelebihan podcast yang akan dirasakan penikmatnya.

Hiburan dengan bahasan yang mendalam

“Aku bisa menemukan banyak hal di podcast, mulai dari curhatan tongkrongan, ilmu sains, ekonomi, cerita artis, sampai horor. Aku juga bisa milih genre dan bahasannya apa,” ujar Arintya, karyawan swasta yang mulai menjajal sebagai podcaster, dengan antusias saat ditanya alasannya menyukai siniar.

Pasalnya, “Salah satu yang sangat kuat dari podcast ialah in-depth. Jika suka dengan suatu hal, Anda pasti dapat menemukan podcast dalam durasi panjang untuk subjek yang Anda minati. Podcast sangat cocok untuk in-depth information,” ujar Head of Studios, South East Asia, Spotify Carl Zuzarte.

Tidak heran jika format podcast yang populer belakangan ini bentuknya antara lain bincang-bincang, percakapan, dan wawancara. Pasalnya, selain sang siniar yang sudah dikenal dengan bahasan tertentu, mereka pun kerap berkolaborasi dengan menghadirkan berbagai narasumber yang dikenal sebagai ahli di bidangnya.

Jika kamu heran kenapa seseorang betah mendengarkan, selain terlatih, “Podcast itu pada dasarnya untuk orang-orang yang mau mendapatkan informasi dalam durasi panjang,” ungkap Patricia.

Namun, ternyata beberapa hal seperti siapa sosok narasumber yang didatangkan, topik dan isi yang dibahas, hingga penyampaian dan suara host podcast-nya akan menjadi faktor pertimbangan apakah pemirsa akan tetap mendengarkan. “Setenar apa pun host-nya, kalau nggak enak didengerin, kureng, sih,” ujar Arin.

Meski Carl pun menegaskan, “Suara itu penting tapi itu salah satu dari banyak hal yang juga harus dipikirkan, cerita yang bagus, passion tidak, gimana production value, dan konsistensi. As long as you are authentic to your story, that’s fine. It’s about the story, authenticity, delivery, and that’s what matters.”

Kepercayaan yang jadi buah dari konsistensi

Selain suara yang tiap orang punya preferensi berbeda, hal lain yang beragam adalah genre dan topik yang dibahas. Namun, hal yang sama adalah kredibilitas podcaster harus dibangun dengan rasa percaya.

“Kekuatan podcast adalah orang yang kita trust, siapa yang menyampaikan. Ketika udah percaya sama podcaster-nya, kita akan dengerin dia ngomong dalam durasi yang cukup panjang. Kita jadi kenal sama tokoh itu dan dengerin omongannya. Podcast itu kan semua bisa berbicara,” terang Patricia.

Menariknya, bukan hanya orang yang sudah punya nama dan massa saja yang bisa dipercaya oleh para pendengar. Kunci untuk mendapatkan kepercayaan tersebut adalah konsistensi. Pilih satu topik yang kamu suka agar antusiasme-mu menular ke pendengar dan konsisten membuat kontennya.

Hal itu pula yang diterapkan oleh Arin dengan podcast Galaw Bermanfaat miliknya sejak dua tahun lalu. Jika ditanya kenapa memilih membahas hal tersebut, “Daripada aku simpan sendiri kegalauannya, mending dibagi. Siapa tahu bisa nemenin yang lagi galau juga jadi galaunya bisa bermanfaat,” ujar pekerja media itu.

Mengenal genre yang bikin candu

Konten podcast yang membuatmu merasa ditemani, mengurai berbagai perasaan, hingga merasa tidak sendirian terbukti jadi salah satu tipe podcast yang diminati oleh para pendengar podcast di Tanah Air.

Berdasarkan chart podcast tertinggi di Spotify Indonesia, peringkat pertama diduduki Rintik Sedu yang memposisikan kontennya sebagai seorang teman. Ada pula podcast selaras seperti Little.Talks dan Gema Membiru.

Namun, seperti industri film, para pemirsa podcast di negara ini juga menyukai segala sesuatu yang berbau horor. Sebut saja Lentera Malam dan Podkes Malam Kliwon yang masuk daftar teratas podcast di Spotify Indonesia. Kalau kata Gautam, “Horor udah jadi bagian dalam hidup. Horor itu candu.”

Teman yang bisa didengar dan mendengar

Tidak hanya aktif sebagai pendengar, ternyata ada ribuan kreator podcast di Indonesia yang terus bertambah setiap harinya. Hal ini pun tak lepas dari mudahnya akses yang dimiliki setiap orang untuk menjadi podcaster dan memiliki pendengar, seperti Anchor yang telah diakuisisi Spotify sejak 2019. Bahkan, Carl juga menekankan, “Koleksi lebih dari 4,7 juta judul podcast secara global dari 183 negara yang menjadi pasar, kreator selalu menjadi motor penggerak pertumbuhan platform ini di Indonesia.”

Tidak heran jika saat ini 95% podcast di Indonesia dibuat melalui Anchor, menjadikan Indonesia di posisi teratas di seluruh dunia untuk adopsi penggunaan Anchor dalam pembuatan konten podcast.

Simpelnya, Anchor ialah aplikasi untuk membuat podcast. Lantas, “Berkat akuisisi itu, kreator jadi bisa masukin dan bikin podcast dengan gratis. Kalau dulu harus bayar buat masuk ke Spotify,” aku Patricia.

Sayangnya, di sisi lain, Patricia berpendapat bahwa jika kreator ingin menjadikan podcast sebagai pemasukan, mungkin saat ini bukan menjadi yang utama. Meski bisa, upayanya harus ekstra dan siap berkolaborasi. Misalnya, dengan mencari sponsor atau menjual merchandise.

“Kalau mau serius (dalam podcasting), harus belajar bisnis. Karena kita harus tahu skema marketing dan promosinya seperti apa, soalnya podcast ini sebenarnya hanya medium promosi,” terang Patricia.

Selama ini, mereka yang menjadi kreator podcast awalnya memulai karena passion dan ingin menyalurkan pendapatnya. Toh, “Pada dasarnya kita bukan menjual podcast-nya tapi apa yang kita jual lewat podcast yang kita bikin. Apa yang mau disampaikan dan produknya apa,” pungkas Patricia.



Artikel terkait


Berita Terkini