TikTok konfirmasi data jurnalis diakses pegawai ByteDance, empat orang dipecat

Perusahaan induk TikTok, ByteDance, telah memecat empat pegawainya yang mengakses data pribadi dua jurnalis di platformnya. Hal itu dikonfirmasi oleh juru bicara TikTok Brooke Oberwetter kepada CNN.

Data pengguna TikTok dari kedua jurnalis yang bekerja untuk Financial Times dan BuzzFeed tersebut diakses ketika pegawai ByteDance sedang menginvestigasi potensi kebocoran pegawai kepada media.

Dua orang pegawai yang terlibat berdomisili di Amerika Serikat (AS), sedangkan dua lainnya di Tiongkok. Keempatnya berakhir dipecat setelah investigasi yang dilakukan perusahaan melalui firma hukum luar.

Tidak hanya itu, kabar pemecatan tersebut pun telah disampaikan kepada keempat pegawai tersebut melalui sebuah email yang dikirim langsung oleh CEO TikTok dan ByteDance pada Kamis (22/12).

Adapun data pribadi yang diperoleh dari akun kedua jurnalis tersebut termasuk alamat IP, yang menyediakan informasi terkait lokasi pengguna.

“Keempat individu yang terlibat menyalahgunakan otoritas mereka untuk mendapatkan akses ke data pengguna TikTok. Ini tidak dapat diterima,” jelas CEO TikTok Shou Chew dalam email  tersebut.

Di samping itu, dikutip dari The Verge (23/12), CEO ByteDance Beijing, Rubo Liang mengatakan bahwa tindakan segelintir pegawainya itu merupakan hal yang sangat mengecewakan. Sebab, “Kepercayaan publik yang telah bersusah payah kami bangun akan rusak karena kesalahan beberapa individu.”

Di sisi lain, pengungkapan kasus ini tentunya makin memengaruhi pengawasan yang tengah dihadapi TikTok di AS atas masalah keamanan nasional. 

Sebelumnya, anggota parlemen AS telah menyoroti kekhawatiran terkait keamanan data pengguna, terlebih karena karyawan perusahaan TikTok Tiongkok bisa mengakses informasi pengguna AS.

Kritik tersebut muncul awal tahun lalu setelah BuzzFeed News melaporkan bahwa sejumlah data pengguna TikTok AS telah berulang kali diakses dari Tiongkok. 

TikTok pun telah memberikan konfirmasinya, tetapi pihaknya menjelaskan bahwa tim keamanan AS dapat memutuskan siapa saja yang bisa mendapatkan akses ke data pengguna dari Tiongkok.

Sebelumnya pada Oktober lalu, Forbes melaporkan bahwa ByteDance berencana menggunakan data TikTok untuk mengawasi sejumlah warga AS. The New York Times juga melaporkan bahwa sejumlah kontak jurnalis telah dilacak oleh TikTok, namun perusahaan tersebut menolak memberikan konfirmasi.

Lantas, menanggapi kasus ini, TikTok mengatakan telah melakukan restrukturisasi pada tim audit internal dan risiko, serta menghapus akses tim tersebut untuk melihat data pengguna AS.

“Kami menanggapi keamanan data sebagai sesuatu yang sangat serius. Kami akan terus lanjut meningkatkan protokol akses, yang secara signifikan telah meningkat sejak peristiwa ini terjadi,” jelas Oberwetter.

Sebelumnya, lewat keterangan tertulis,  Financial Times mengatakan, ini ialah tindakan yang tak bisa diterima dan pihaknya akan “melakukan investigasi lebih lanjut sebelum memutuskan respons formalnya.

Juru bicara BuzzFeed juga mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa TikTok secara terang-terangan telah mengabaikan privasi dan hak jurnalis, serta pengguna TikTok itu sendiri.