Meta bayar Rp11,3 triliun terkait kasus skandal Cambridge Analytica
Perusahaan induk Facebook, Meta, telah setuju untuk membayar $725 juta atau sekitar Rp11,3 triliun demi menyelesaikan gugatan class action (tindakan kelas) yang telah lama berlangsung.
Gugatan tersebut menuduh Meta mengizinkan Cambridge Analytica dan pihak ketiga lainnya untuk mengakses informasi pribadi pengguna dan menyesatkan pengguna terkait praktik privasinya.
Pasalnya, penyelesaian yang diajukan merupakan akhir dari skandal yang dimulai empat tahun lalu, tak lama setelah perusahaan tersebut mengungkap bahwa sebanyak 87 juta informasi pribadi pengguna media sosial naungannya, Facebook, diperoleh Cambridge Analytica, sebuah firma analisis data.
Melansir CNN (23/12), kebocoran data tersebut menyebabkan skandal internasional besar bagi Facebook, hingga menjadi sorotan dan pengawasan regulator pada kedua sisi Atlantik.
Gugatan tersebut telah melibatkan jutaan halaman dokumen dari Facebook dan pihak lainnya, serta ratusan jam deposisi, termasuk puluhan pegawai dan mantan pegawai Facebook.
Dalam kesepakatannya, kasus ini disebut sebagai “pemulihan terbesar yang pernah diraih dalam tindakan kelas privasi data dan terbesar yang pernah dibayar Facebook untuk menyelesaikan tindakan kelas pribadi”.
Diperkirakan terdapat 250-280 juta orang yang mungkin telah memenuhi syarat untuk menerima pembayaran sebagai bagian dari penyelesaian skandal ini. Namun, penyelesaiannya masih menunggu persetujuan dari hakim.
Meskipun, di sisi lain, mengutip dari BBC (24/12), belum jelas bagaimana penggugat akan mengklaim bagian mereka dalam penyelesaian tersebut.
Menurut peneliti privasi dan etika di The Alan Turing Institute, Janis Wong, jika setiap individu memutuskan untuk mengajukan klaim, mereka hanya akan menerima dua sampai tiga dolar per orang.
“Penyelesaian ini kami lakukan demi kepentingan terbaik komunitas dan pemegang saham kami,” ujar juru bicara Meta, Dina Luce, dalam sebuah pernyataan.
Ia juga mengatakan bahwa perusahaan tersebut telah mengubah pendekatan terkait privasi dan akan menerapkan program privasi yang komprehensif.
“Kami berharap dapat terus membangun layanan yang disukai dan dipercaya orang-orang dengan privasi sebagai hal yang kami utamakan,” lanjutnya.
Di sisi lain, Meta tidak mengakui kesalahannya sebagai bagian dari penyelesaian. Pasalnya, sedikit kilas balik, kebocoran Cambridge Analytica tersebut dimulai ketika seorang profesor psikologi yang memperoleh jutaan data pengguna Facebook melalui aplikasi yang menawarkan tes kepribadian.
Skandal ini menjadi sorotan global, membuat Mark Zuckerberg sendiri memohon maaf dan melakukan berbagai perubahan pada platform besutannya.
Sebelumnya pada 2019, Facebook juga membayar sebesar $5 miliar atau Rp78,3 triliun penyelesaian privasi dengan Komisi Perdagangan Federal (FTC) atas pelanggaran privasi dan $100 juta atau Rp1,5 triliun penyelesaian ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS atas klaim menyesatkan investor tentang risiko penyalahgunaan data pengguna.