PHK massal di perusahaan rintisan di Indonesia berlanjut

Kehadiran e-commerce di Indonesia, seperti Tokopedia, Shopee, Lazada, dan Bukalapak, atau jasa layanan ojek online, seperti Gojek dan Grab, menumbuhkan minat masyarakat untuk bekerja di perusahaan rintisan. 

Tidak sedikit yang jika ditanya ingin bekerja di mana, jawabannya adalah nama-nama di atas, seolah menjadi wadah yang paling menjanjikan.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada “Virtual Innovation Day” pada Oktober tahun lalu, sudah ada 2 decacorn, 1 unicorn, dan lebih dari 2.000 perusahaan rintisan di Indonesia. Jumlah ini tentunya berpengaruh terhadap jumlah karyawan yang mampu diserap perusahaan.

Tokopedia, misalnya, dalam riset yang dilakukan RevoU pada Desember 2021, berada di posisi pertama sebagai perusahaan teknologi lokal dengan jumlah karyawan baru terbanyak, yakni 1.761 jiwa.

Sementara untuk perusahaan teknologi regional, Shopee menduduki peringkat pertama dengan jumlah karyawan baru yang direkrut sebanyak 14.205 jiwa. Sungguh jumlah yang tidak sedikit, mempertimbangkan jumlah perusahaan rintisan yang ada.

Meski begitu, Masyarakat Industri Kreatif Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia (MIKTI) meluncurkan riset yang menyebutkan jumlah rata-rata karyawan yang bekerja di perusahaan rintisan. 

Menurut riset, 72.5% perusahaan rintisan memiliki kurang dari 50 karyawan. 19,3% lainnya memiliki 50-200 karyawan, 5.6% memiliki 201-500 karyawan, dan 2.6% memiliki lebih dari 500 karyawan.

Sayang, sejak 2022, satu persatu perusahaan rintisan mulai melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). 

Kabar pertama datang dari TaniHub. Perusahaan rintisan yang bergerak di bidang agrikultur ini dikabarkan melakukan PHK guna mempertajam fokus bisnis. TaniHub juga dikabarkan menutup 2 gudangnya yang berada di Bandung dan Bali.

Lalu, sekitar Mei 2022, Zenius mem-PHK 200 orang karyawannya, sementara LinkAja dan JD.ID juga melakukan PHK, namun belum diketahui pasti jumlahnya.

Kabar PHK ini masih berlanjut hingga Juni  2022.

Melansir CNBC (9/6), Lummo atau BukuKas, perusahaan rintisan di bidang teknologi finansial yang mendapat dukungan dari Jeff Bezos, dikabarkan telah melakukan PHK terhadap sekitar 100 karyawannya dan menghentikan ekspansi LummoSHOP yang memungkinkan pedagang offline untuk membuka toko online.

Akan tetapi, Lummo membantah terkait penghentian ekspansi LummoSHOP. Dalam e-mail yang diterima TFR, Lummo menegaskan tidak akan menghentikan ekspansi LummoSHOP dan masih terus mengembangkan serta memperluas layanannya untuk pengusaha dan pemegang merek.

Kabar PHK selanjutnya datang dari perusahaan rintisan di bidang pendidikan, Pahamify. Perusahaan tersebut melakukan PHK terhadap karyawannya karena perlu melakukan adaptasi terhadap situasi ekonomi saat ini. Tidak diketahui pasti berapa jumlah karyawan yang terdampak, namun CEO Pahamify Syarif Rousyan Fikri menjelaskan bahwa jumlahnya lebih sedikit daripada rumor yang beredar.

Terakhir ada Mobile Premier League, perusahaan rintisan di bidang gim yang melakukan PHK terhadap 100 karyawannya pada awal Juni dan memutuskan untuk tidak beroperasi di Indonesia lagi. Hal ini dipicu oleh perlambatan ekosistem perusahaan rintisan India akibat pandemi COVID-19 selama 2 tahun terakhir.