100 Hari di Jagakarsa & Kassel: Agenda Gudskul dalam “documenta fifteen”
Perhelatan seni “documenta fifteen” telah dibuka sejak 18 Juni dan akan berlangsung hingga 25 September 2022. Documenta adalah pameran seni kontemporer yang dilangsungkan di Kassel, Jerman, sejak 1955 dan diselenggarakan setiap lima tahun sekali dengan direktur artistik yang berbeda pada setiap penyelenggaraannya. Selama perjalanannya, documenta telah berhasil mempertemukan dan menjadi wadah pertukaran antara seniman, pekerja budaya, serta publik luas, dan menjadi salah satu tolok ukur seni kontemporer dunia.
Pada 2019, “documenta fifteen” memilih direktur artistik pertama yang berasal dari Asia yaitu ruangrupa, kolektif asal Jakarta yang didirikan oleh sekelompok seniman pada 2000.
“Kami ingin menciptakan wadah seni budaya yang berorientasi global, kolaboratif, dan interdisipliner yang akan tetap efektif bahkan setelah 100 hari keberlangsungan ‘documenta fifteen’. Pendekatan kuratorial kami mengupayakan jenis model kolaboratif penggunaan sumber daya yang berbeda — dalam istilah ekonomi dan juga berkaitan dengan ide, pengetahuan, program, dan inovasi,” demikian pernyataan dari ruangrupa dalam laman “documenta fifteen”.
Lumbung, atau gudang beras dalam beberapa tatanan desa tradisional di Indonesia, menjadi konsep utama yang dibawa ruangrupa dalam “documenta fifteen”. Berbekal pemahaman akan nilai-nilai seperti kolektivitas jangka panjang dari lumbung, ruangrupa mengundang sejumlah kolektif, organisasi, dan institusi di dunia untuk berpartisipasi sebagai Anggota Lumbung.
Pada pertengahan Juni 2020, ruangrupa mengumumkan sembilan Anggota Lumbung pertamanya, salah satunya Gudskul. Gudskul Ekosistem adalah ruang belajar untuk publik yang dibentuk oleh tiga kolektif seni di Jakarta: ruangrupa, Serrum, dan Grafis Huru Hara (GHH). Sejak awal 2000-an, ketiganya aktif bekerja dengan menggunakan model kerja kolektif dan kolaboratif sebagaimana konsep lumbung.
Gudskul mengusung konsep temujalar, yang diambil dari falsafah rimpang dengan tujuan menghubungkan gagasan, pengalaman, pengetahuan, dan pertemanan antar-kolektif untuk saling bertemu dan menjalar. Dalam “documenta fifteen”, Gudskul mencoba mengelola pengetahuan tersebut sebagai sebuah tempat pembelajaran, sekolah.
100 hari di Kassel: Gudskul membuat sekolah di “documenta fifteen”
Bertempat di Museum Fridericianum, Gudskul membangun sekolah kolektif. Ruang Gudskul berlaku sebagai ruang pertemuan dan tempat tinggal, seperti Dormitory, Gudkitchen, dan Gudspace. Gudskul juga menampilkan beragam karya interaktif berbasis permainan, seperti Collective Card, Speculative Collective Board Game, Nongkrong Chess, dan Temujalar Digital Station. Ruang-ruang tersebut mendiseminasi ragam pengetahuan dalam bentuk buku, video, dan mural yang menggambarkan bagaimana mekanisme ekosistem Gudskul bekerja.
Peserta Sekolah Temujalar atau Studi Kolektif Gudskul terdiri dari kolektif-kolektif seni dari Indonesia, Malaysia, Australia, dan Hong Kong. Peserta bertemu di Kassel dan menjalani proses pembelajaran kolektif kritis, dengan mengedepankan pentingnya dialog spekulatif dan berorientasi solusi melalui praktik langsung dan pembelajaran berbasis pengalaman.
Karakter serta nilai dari kultur nongkrong di Indonesia yang mampu mempertemukan berbagai kalangan tanpa keharusan adanya tujuan dan batas waktu untuk berbagi cerita dan pengetahuan menjadi acuan dalam proses pembelajaran kolektif ini.
Temujalar: Online Art Collective System
Wadah digital Temujalar bertujuan untuk membuka kemungkinan pertukaran pengetahuan yang melintasi batas geografis dan zona waktu. Wadah temujalar.art dapat diakses mulai 27 Juni 2022, dan diharapkan dapat mengatasi ketimpangan kesempatan mobilitas fisik bagi para seniman maupun kolektif. Gudskul meyakini bahwa platform ini dapat menjadi pintu gerbang para seniman untuk saling terhubung.
100 Hari di Jagakarsa
Tidak hanya di Kassel, kegiatan Gudskul juga berlangsung di tempat Gudskul berada. Rangkaian “100 Hari di Jagakarsa” menaruh konsentrasi utama kegiatan pada keterhubungan antara aktivitas Gudskul Ekosistem di Kassel dengan rumahnya di Jagakarsa.
“100 Hari Jagakarsa” akan diwarnai oleh beragam aktivitas yang selama ini sudah sering dilakukan Gudskul Ekosistem, seperti Serrum, ruangrupa, Grafis Huru Hara, Ok.Video, dan rururadio. Aktivasi kegiatan dilakukan dalam bentuk pameran, pertunjukan, diskusi, lokakarya, dan–utamanya–nongkrong-nongkrong. Gudskul juga membuka peluang bagi seniman maupun masyarakat umum untuk mengaktivasi ruang dan mengkreasi kegiatan.
“Selama 100 hari nanti, kami mengundang teman-teman semua untuk mengaktivasi ruangan-ruangan di Gudskul. Jadi, perhelatan ‘100 Hari’ ini tidak hanya diisi oleh program-program dari Gudskul Ekosistem saja. Harapan kami, selama 100 hari ini teman-teman bisa mengisi dan menggunakan tempat serta fasilitas yang ada di kami. Programnya pun tidak perlu mesti sama dengan tema yang kami angkat. Kami menunggu teman-teman untuk mengisi dan membuat program di ‘100 Hari Jagakarsa,’” ujar Budi Setiawan, salah satu anggota Gudskul Ekosistem.