Minta maaf kurang inklusif, kreator serial ‘Friends’ sumbangkan $4 juta

Marta Kauffman, co-creator dari serial hits “Friends”, berikan sumbangan sebesar $4 juta kepada studi Afrika-Amerika. Sumbangan ini diberikan sebagai permintaan maaf atas kurangnya representasi keberagaman ras dalam serial yang mulai ditayangkan sejak 1994 tersebut. 

Kepada Los Angeles Times, Kauffman mengakui kesulitannya untuk menerima rasa bersalah yang ia rasakan selama 20 tahun terakhir. "Sungguh menyiksa untuk melihat diri sendiri di cermin. Saya sungguh merasa malu atas ketidaktahuan saya 25 tahun yang lalu," ujar Kauffman.

Serial TV ini pertama ditayangkan dalam NBC (The National Broadcasting Company) dengan genre komedi yang menceritakan enam anak muda tinggal di Kota New York. Karakter utamanya, Rachel Green-Geller, Monica Geller-Bing, Phoebe Buffay-Hannigan, Joey Tribbiani, Chandler Bing, dan Ross Geller seluruhnya berkulit putih. Serial ini menjadi hits internasional dan tayang hingga sepuluh season

Perkembangan streaming platform membuat “Friends” tetap menjadi salah satu serial TV paling populer hingga hari ini. Serial yang terakhir disiarkan pada 2004 ini ternyata sudah mendapat kritik publik atas minimnya representasi dan dominasi karakter kulit putih di dalamnya. Meski melansir LA Times, produser telah menepis kritik tersebut dengan alasan pertimbangan chemistry dengan para pemeran utama.

Dilansir dari TV Insider, “Friends” berhasil menangkap beragam tempat dan aktivitas anak muda di Kota New York. Akan tetapi, representasi karakter berkulit warna dari seluruh episode yang ditayangkan sungguh minim. Salah satunya Aisha Tyler, tampil dalam enam episode dengan karakter professor paleontologi, Charlie. Beberapa lainnya adalah Lauren Tom, Gabrielle Union, Mark Consuelos, dan Craig Robinson, yang interaksinya terbilang sedikit. 

"Saya mulai merasa resah akan isu rasisme sistemik yang sebelumnya belum saya sadari setelah insiden George Floyd. Saat itu menjadi titik di mana saya mulai mengevaluasi kembali tindakan saya yang ternyata mendukung hal tersebut. Saya yakin bahwa itu perlu dibenahi," tambah Kauffman.

Kauffman menekankan kesadarannya atas kegagalan “Friends” untuk menjadi inklusif dan mengangkat keberagaman, disebabkan problem rasisme sistemik yang tertanam padanya dari pemakluman sosial. 

Atas keresahannya, Kauffman memberikan sumbangan sebesar $4 juta kepada almamaternya, Brandeis University di area Boston. Ia berharap bisa mendukung studi Afrika-Amerika pada perguruan tinggi itu, melalui riset dan konsentrasi studi tentang masyarakat, budaya dan diaspora Afrika. Sumbangan ini juga ditujukan untuk membantu departemen agar merekrut sarjana dan guru ahli, memetakan prioritas akademik dan penelitian jangka panjang, serta memberikan beasiswa interdisipliner. 

"Ini adalah sebuah titik penting bagi kampus dan departemen. Pemberian Marta memberikan pesan yang kuat bahwa studi Afrika-Amerika adalah hal yang penting, bukan hanya untuk Brandeis tapi juga dunia akademik secara menyeluruh", ujar Chad Williams, professor studi Sejarah Afrika Amerika Brandeis.