Peti alat berburu vampir aristokrat Inggris terjual seharga Rp260 juta
Sebelum terjual dengan angka cukup besar, peti misterius berisi benda perburuan vampir milik seorang aristokrat Inggris abad ke-19 menjadi pemicu peperangan dalam sebuah pelelangan internasional.
Alat yang dipercaya dapat mengusir 'monster' haus darah ini awalnya dilelang oleh Hansons Auctioneers pada 30 Juni dengan perkiraan harga £2.000-£3.000 (Rp30-45 juta). Akan tetapi, harga ternyata melonjak bahkan lebih dari enam kali perkiraan terendahnya yaitu £13.000 (Rp200 juta).
Setelah pertarungan sengit antara calon pembeli, seseorang dari Inggris memenangkan pelelangan dengan membayar premi pembelian seharga £16.900 (Rp260 juta). "Minat terhadap barang ini terlihat sangat tinggi menjelang lelang, baik dari calon pembeli maupun outlet media dari seluruh dunia. Ini menarik tawaran yang kuat sejak awal," ujar Charles Hanson, pemilik Hansons Auctioneers.
Hanson juga mengungkapkan rasa kagetnya atas antusiasme para calon pembeli yang dianggapnya melampaui harapan awal. Betapa tidak, tawaran-tawaran datang dari seluruh bagian dunia termasuk Perancis, Amerika dan Kanada, hingga menuai viralnya pemberitaan tentang peti vampir ini.
Melansir laman pelelangan Hansons Auctioneers, diketahui bahwa pembasmi vampir ini dimiliki oleh Lord Hailey, seorang rekan Inggris dan mantan administrator British India.
"Entah karena takut atau terpesona, menarik untuk mengetahui anggota tatanan sosial aristokrat tertinggi, seorang dengan tempat di House of Lords memperoleh item ini," ujar Hanson.
Inisial dari pemiliknya, Lord Hailey, beserta nama dan alamatnya dibubuhkan dalam permukaan peti. Peralatan didalamnya berisi barang-barang suci yang dianggap dapat membuat vampir kabur, seperti salib, Alkitab Gotik, air suci, dan manik rosario. Tak hanya itu, di dalamnya juga ditemukan pistol, palu kayu, bahkan dokumen polisi Metropolitan dari periode tersebut.
Hanson menduga bahwa antusiasme terhadap benda masa lalu ini dipengaruhi oleh koneksinya dengan aristokrat Inggris masa lampau. Tidak hanya itu, dirinya turut mengingatkan bahwa keberadaan barang ini menunjukkan dampak dari mitos vampir yang pernah menjadi kewaspadaan seluruh lapisan masyarakat.
"Kepercayaan akan adanya vampir, siluman yang membutuhkan darah manusia untuk tetap hidup, telah ada sejak ratusan tahun lalu di beberapa bagian dunia hingga hari ini," jelas Hanson.
Vampir merupakan bagian dari cerita rakyat Eropa, salah satunya dipengaruhi oleh terbitnya cerita "The Vampyre" karya John Polidori pada 1819 dan diikuti dengan "Dracula" karya Bram Stoker pada 1897.