CEO CHANEL bantah rumor IPO, utarakan rencana bisnis perusahaan

Setelah beredarnya kabar CHANEL yang disebut akan segera IPO (Initial Public Offering/Penawaran Umum Perdana), CEO Leena Nair angkat suara dan bantah rumor tersebut.

Kepada Financial Times (28/4), dengan tegas Nair mengatakan, “Kami akan tetap privat, (sebagai) perusahaan independen.”

“Rumor akan terus beredar, namun kamu bisa menghentikan yang itu (IPO),” imbuhnya.

Global CFO Channel Philippe Blondiaux pun mengatakan bahwa sejak 2018, CHANEL telah menerbitkan laporan hasil tahunan demi, “memberikan amunisi untuk tetap menjadi (perusahaan) privat dan mandiri,” 

Di lain sisi, kepemilikan CHANEL pun tetap berada di tangan sejumlah anggota keluarga Wertheimer, Alain dan Gerard Wertheimer.

Kedua pemilik tersebut merupakan cucu dari Pierre Wertheimer, seorang mitra bisnis yang mendirikan Coco Chanel.

Baca juga: Chanel hadirkan festival wewangian multi-sensory di Paris

CHANEL berkomitmen pada sustainability

Pada kesempatan wawancara yang sama dengan Financial Times, Nair turut menyampaikan perihal ambisi perusahaan untuk mengedepankan sustainability.

Nair mengujar, perusahaan berupaya mendorong konsumen untuk memberi lebih sedikit barang, namun dengan kualitas yang lebih baik.

Hal itu dilakukan demi mengubah pertumbuhan pendapatan yang tidak lagi bergantung pada volume penjualan.

Sebagai informasi, menurut pengamat Jefferies, harga dari produk utama CHANEL telah meningkat secara signifikan sejak pandemi COVID-19.

Pasalnya, beberapa tas jenama tersebut kini memiliki harga 74% lebih besar dibanding 2019 di Inggris.

Lebih lanjut, Nair juga mengungkap bahwa CHANEL akan berinvestasi kepada teknologi penangkapan karbon demi mengurangi jejak karbonnya.

Jenama buka butik privat untuk konsumen berpengeluaran tinggi

Selayaknya jenama mewah lain, CHANEL sadar bahwa konsumennya tak hanya mencari produknya dan kebanyakan darinya adalah konsumen berpengeluaran tinggi.

Menurut data Bain & Company, konsumen teratas yang dikenal sebagai VIC (Very Important Customers) menempati posisi 40% dari seluruh penjualan jenama mewah global di 2022.

Alhasil, demi memberikan pengalaman terbaik bagi segmen pasar tersebut, CHANEL membuka sejumlah butik privat (salons privés) di Asia, Eropa, dan Amerika Serikat. 

“Kami memiliki fokus pada pengalaman terbaik bagi klien fesyen,” ujar Nair.

Ia pun melanjutkan, “Kian hari, kami harus membedakan segmen dan jenis klien. Kami harus memikirkan tentang siapa klien yang benar-benar mendapatkan pengalaman Chanel dan mengharapkan sesuatu yang lebih.”