Teater Koma persembahkan pertunjukan “Matahari Papua”, naskah terakhir dari N. Riantiarno

Teater Koma segera mempersembahkan pertunjukan bertajuk “Matahari Papua: Saatnya Merdeka dari Naga” pada 7-9 Juni mendatang di Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki (TIM).

Produksi ke-230 yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini diangkat dari naskah terakhir yang ditulis oleh pendiri Teater Koma, yakni mendiang Norbertus Riantiarno atau yang biasa dipanggil Nano Riantiarno atau N. Riantiarno.

“Matahari Papua” merupakan salah satu pertunjukan berkesan bagi Teater Koma karena sekaligus memperingati hari kelahiran N. Riantiarno pada 6 Juni. 

Selain itu, ini merupakan pertunjukan pertama Teater Koma di Graha Bhakti Budaya setelah tempat tersebut sempat tidak dapat dipakai karena renovasi dan pandemi.

“Pertunjukan ini memiliki makna yang sangat mendalam karena merupakan karya terakhir Bapak N. Riantiarno, sang pendiri Teater Koma. Selama hidupnya, beliau telah memberikan kontribusi luar biasa bagi dunia teater Indonesia dengan cerita menyentuh hati dan penuh makna,” ujar Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian, dalam konferensi pers, Rabu (29/5).

Lewat pertunjukan “Matahari Papua”, diharapkan warisan N. Riantiarno dapat terus menginspirasi dan menyemangati generasi penerus dalam menghargai kekayaan seni budaya Indonesia.

Produser “Matahari Papua” Ratna Riantiarno kemudian menambahkan, “Sosok guru, bapak, saudara, sahabat itu akan selalu menyertai di hati kami. Wejangan dan ajarannya senantiasa hadir di tiap gerak kami. Karena kami tidak akan pernah berhenti bergerak, tidak pernah titik, selalu Koma.”

Baca juga: Teater Abang None Jakarta lanjutkan kisah “Soekma Djaja” dalam pertunjukan terbaru

Pertama kali ditulis pada 2014

Sutradara “Matahari Papua” Rangga Riantiarno mengungkapkan, naskah pertunjukan ini perdana ditulis pada 2014 silam sebagai naskah pendek untuk pertunjukan berjudul “Cahaya dari Papua” yang digelar di Galeri Indonesia Kaya.

Naskah ini kemudian dikirim secara anonim ke Sayembara Penulisan Naskah bernama Rawayan Award yang digelar oleh Dewan Kesenian Jakarta (DKJ).

“Di masa pandemi, Pak Nano tetap produktif menulis berbagai karya, salah satunya adalah naskah ‘Cahaya dari Papua’ yang kemudian mendapatkan judul baru ‘Matahari Papua’. Naskah ini terpilih menjadi pemenang Rawayan Award, menjadi bukti nyata dedikasi beliau dalam berkarya,” ujar Rangga.

“Matahari Papua: Saatnya Merdeka dari Naga” menceritakan kisah pemuda bernama Biwar yang tumbuh dewasa di bawah asuhan sang Mama, Yakomina, dan Dukun Koreri, di wilayah Kamoro, Papua.

Saat mencari ikan, Biwar menolong seorang perempuan bernama Nadiva dari serangan Tiga Biawak, anak buah Naga, yang meneror Tanah Papua.

Ia pun menceritakan kisah tersebut ke Mamanya yang ternyata mengungkap kisah Papa dan tiga pamannya yang meninggal dibunuh Naga. Biwar pun memutuskan untuk balas dendam dan membunuh Naga tersebut.

Pentas yang disutradarai Rangga bersama Nino Bukir ini akan dibintangi oleh Tuti Hartati, Lutfi Ardiansyah, Joind Bayuwinanda, Netta Kusumah Dewi, Daisy Lantang, Bayu Dharmawan Saleh, Sir Ilham Jhambak, dan Sri Qadariatin.

Kemudian ada pula Zulfi Ramdoni, Angga Yasti, Rita Matumona, Dana Hassan, Adri Prasetyo, Andhini Puteri, Dodi Gustaman, Indrie Djati, Pandu Raka Pangestu, Hapsari Andira, Radhen Darwin, Edo Paha, dan masih banyak lagi.