Mendalami perspektif pengguna layanan cinta
Ditulis oleh Tentry Yudvi | Read in English
Jakarta, 07 Februari 2023 - Jasa layanan cinta semakin marak merajalela di media sosial, mulai dari jasa layanan rental pacar, sleep call, sampai cuddle.
Ada banyak alasan mengapa orang tertarik untuk memesan jasa bisnis layanan cinta ini, mulai dari rasa penasaran sampai untuk menghilangkan rasa kesepian. Karena penasaran, TFR pun mewawancarai dua orang yang pernah memesan salah satu layanan cinta.
Pertama, TFR berbincang dengan Melati (nama samaran) yang menggunakan jasa sleep call karena merupakan konsep baru di Indonesia. “Sebenarnya sudah lama tertarik karena aku sendiri penggemar anime Jepang. Dari situ aku tahu kalau jasa-jasa untuk orang kesepian itu sudah sangat familiar. Di Indonesia ada dan bikin penasaran, karena budaya di Indonesia nggak kayak di Jepang,” ujarnya.
Melati mengakui dirinya mendapat referensi soal layanan cinta ini dari temannya. Ia pun membeli jasanya seharga Rp35.000 per hari, mendapatkan pesan singkat dan layanan sleep call. Ketika masuk ke menu pilihan layanan cinta tersebut, Melati takjub karena ada beberapa referensi, mulai dari persona boyfriend/girlfriend hingga pilihan layanan chat/sleep call.
Melati berkata, “Aku tidak berekspektasi gimana-mana, pas aku coba ternyata benar-benar kayak kamu punya pacar, sih. Dia nge-chat kayak pacar kamu nge-chat. Boyfriend yang aku cobain itu kan punya pekerjaan lain selain ini, dia nge-chat pas lagi lowong. Persona boyfriend juga bisa dipilih ada bad boy, soft, gitu.”
Wajar saja Melati merasa seperti punya kekasih online saat menggunakan jasa layanan cinta ini. Ini baru pengalaman jasa layanan online, bagaimana pengalaman orang yang menyewa pacar offline?
Agi (nama samaran) yang pernah menyewa jasa rental boyfriend offline mengakui bahwa selama menyewa jasa, ia merasakan seperti punya teman kencan baru yang bisa diajak ngobrol dan makan bersama. Meskipun menurutnya tidak sesuai seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Agi menyewa jasa pacar offline ini lantaran merasa dirinya tidak memiliki kemampuan untuk mengirim pesan dengan baik, sehingga pacar rental dianggap cukup untuk memenuhi rasa penasarannya.
“Aku merasa bertemu offline lebih baik daripada chatting. Karena gue merasa sudah lama nggak jalan sama cowok yang ngeliat gue sebagai cewek gitu. Terus gue browsing rental boyfriend ini, melihat review dan video tentang boyfriend ini.”
Agi kemudian menyewa pacar rental selama tiga jam dengan harga kurang lebih Rp300.000. Ia dan pacar rental-nya pun bertemu untuk makan. Awalnya, Agi merasa pacar sewanya begitu gentle, karena mau membawakan barang-barangnya. Dia bertindak seperti pacar sungguhan.
“Tapi pas lagi ngobrol gitu, aku kira rental boyfriend ini hanya mendengarkan aku bicara, tetapi tidak. Dia juga banyak bercerita tentang alasan kenapa dia mau ikutan jasa seperti ini. Ya, lumayan sih, untuk kita yang butuh teman ngobrol gitu buat yang kesepian,” jelasnya.
Meski demikian, apakah betul menyewa jasa bisnis cinta ini mampu menanggulangi rasa kesepian kita?
Sepertinya tidak demikian, karena layanan ini bersifat sementara. Kecuali kalau memang mau langganan, tapi tentu saja ada banyak biaya yang perlu dikeluarkan.
Menurut psikolog Pingkan Cynthia Belinda Rumondor, S.Psi, M.Psi, kesepian sebetulnya merupakan sebuah pola pikir seseorang tentang tidak ada sosok orang yang mau mendengarkan dirinya atau pun ada untuknya. “Sebetulnya kesepian ini sebuah pola pikir tentang nggak ada orang yang bisa menjadi teman,” ujarnya.
Pola pikir tidak ada teman, kerabat, dan keluarga yang menyayangi ini membuat seseorang jadi merasa kesepian. Orang yang kesepian ini biasanya takut membebani orang lain bila ingin bercerita.
Untuk layanan cinta, Pingkan sudah mengantongi studi kasus dari mahasiswanya tentang fenomena rental boyfriend/girlfriend yang hanya menyediakan jasa teman kencan, bukan untuk kebutuhan cinta intim seperti sentuhan fisik, seks, atau cuddling.
“Jadi saya berlandasan dari hasil studi mahasiswa ya. Banyak yang menggunakan jasa ini karena merasa kesepian, itu satu. Kedua, mereka ingin mendapatkan intimasi tapi menghindari hubungan jangka waktu lama. Kalau rental itu hanya sesaat, sementara untuk punya komitmen harus dipelihara,” jelas Pingkan.
Adanya pacar rental ini membuat orang yang tadinya merasa kesepian menjadi punya teman mengobrol untuk berbagi cerita. Sedangkan untuk yang menghindari hubungan, rental menjadi jalan singkat untuk mendapatkan intimasi sesaat.
Namun tentunya, kebutuhan cinta belum bisa tercukupi hanya dengan menyewa layanan cinta. Hal inilah yang membuat orang tetap merasa kesepian meski sudah menyewa jasa tersebut.
Menurut Pingkan, bila memang kondisinya kesepian untuk memesan layanan cinta ini, lebih baik dia menyadari kalau dirinya kesepian terlebih dahulu.
“Pola pikir bagi yang merasa tidak ada yang sayang ini kalau dibiarkan berlarut-larut, akhirnya dia menarik diri dari sosial kemudian bisa berpotensi depresi. Padahal kalau misalnya kita refleksi, pasti ada orang yang pernah sayang dengan kita, baik itu orang tua, ada misalnya keluarga yang sudah meninggal, teman,” ujarnya.
Namun sayangnya, saat orang sudah mengalami rasa kesepian kronis, dia mulai menarik diri dan mempertimbangkan orang yang dekat dengannya atau biasanya mengisolasi diri. Oleh sebab itu, Pingkan menyarankan untuk menyadari dahulu tentang pikiran rasa kesepian ini, kemudian mulai membuka diri.
“Mulai dengan menerima ajakan ngumpul. Ketemu teman lama, misalnya. Itu dapat mengurangi rasa kesepian. Justru kalau lagi kesepian untuk mendekatkan diri, meski beberapa orang pengalaman ditipu, mengalami kekerasan, dia akan masalah dengan mempercayai orang baru. Merasa tidak aman, sehingga mempercayai diri sendiri,” ujarnya.
Bila seseorang dibesarkan dengan kekerasan, tentunya krisis kepercayaan yang dia miliki menjadi kendala untuk menjalin hubungan. Inilah yang membentuk attachment style-nya menjadi menghindar, karena menghindari intimasi. Sebab itu, biasanya orang dengan attachment style tersebut cocok menggunakan jasa pacar rental ini.
Tapi, tentu saja pacar rental bukan solusi atas apa yang kita alami. Apalagi bila hanya sesaat. Jadi lebih baik menyadari dahulu kebutuhan emosional dan perasaan diri, kemudian mencari pilihan lain untuk mengatasi rasa kesepian.
Bisa dimulai dengan mencintai diri sendiri sehingga kita pun jadi bisa merasakan kasih sayang sesungguhnya. Setelah itu, mulai untuk bertemu teman, baik di komunitas maupun teman-teman lama kamu. Sadari kalau ada orang yang mau peduli dan sayang di sekitar. Happy Single Awareness Day!
As we stepped into a new era of style, Jakarta Fashion Week 2025 promised to be a dynamic platform for emerging talents and established names alike.