Ketika sepatu formal mengejar popularitas sneakers
Ditulis oleh Kezia Pribadi | Read in English
Meningkatnya derajat sneaker menjadi simbol status merupakan imbas dari gaya hidup pandemi. Namun, popularitas sepatu formal kini meningkat. Orang-orang mulai meninggalkan sepatu olahraga mereka untuk sesuatu yang nyaman namun tetap merupakan sebuah statement piece.
Sepatu formal mungkin terlihat kuno dan sering dianggap preppie, konservatif, atau mewah, namun kenyataannya tidak selalu demikian. Ini bisa kita lihat dari berbagai pengecualian sepanjang sejarah. Contoh paling terkenal adalah sepatu bot Beatle yang dipopulerkan oleh, tentu saja, The Beatles, yang mengusung citra semangat muda dan rock and roll.
Belakangan ini, penampilan sepatu formal tradisional ditingkatkan dengan gaya modern. Tidak lagi hanya sepatu hitam atau coklat sederhana, namun juga hadir dalam berbagai warna, motif, dan bahan.
Meski demikian, konotasi kuno dan konservatif masih melekat di benak banyak orang di industri fesyen. Misalnya, Pierre Hardy, kepala desainer sepatu di Hermes, yang menyatakan, “Tidak pernah ada sepatu loafer di pertunjukan Hermes. Itu adalah sepatu preppie, sayap kanan, dan reaksioner.” Tetapi, Hermes masih memproduksi dan menjual sepatu loafer dan penjualannya terus melonjak.
Menurut manajer pakaian pria di Browns, Thom Scherdel, telah terjadi pergeseran mencolok dari gaya sneaker yang modis ke alas kaki yang lebih formal. “Saat tren sneaker di panggung pertunjukan fesyen turun, pelanggan memerhatikannya. Orang-orang ingin memadupadankan pakaian kasual dan klasik di lemari pakaian mereka," katanya.
Sebuah survei yang dilakukan oleh Business of Fashion pada akhir 2022 menemukan bahwa mayoritas responden pria di AS dan Inggris lebih cenderung membeli sepatu formal daripada sepatu kasual.
Peluang muncul untuk 2023
Karena dikategorikan sebagai "kategori kekuatan”–yang berarti bahwa mereka berfungsi sebagai peluang bagi jenama fesyen untuk menunjukkan logo atau jahitan khasnya sambil juga memuaskan keinginan pelanggan untuk eksperimen–, sepatu desainer juga merupakan pendorong pendapatan. Mereka menyumbang 10%-25% terhadap keseluruhan penjualan untuk beberapa jenama mewah terkemuka. Pada 2023, ada peluang pertumbuhan yang menjanjikan bagi alas kaki desainer untuk menarik konsumen pria dan perempuan untuk berbelanja lebih banyak dibandingkan dengan 2022.
Penggemar jenama lokal juga diberikan banyak pilihan sepatu formal. Di antaranya adalah Mario Minardi yang sudah ada sejak 1982. Fakta bahwa jenama tersebut telah bertahan selama lebih dari 40 tahun merupakan bukti daya tarik sepatu formal di Indonesia yang tahan lama. Karena memang, tren bisa berubah, dan kunci bertahannya sepatu ini adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan tren fesyen.
Kini, sepatu formal tidak hanya dikenakan dengan jas, tapi juga dengan jeans dan kaus, overall, atau celana pendek dan rok. Cara memakai sepatu formal di masa lalu kini ditingkatkan dan mereka bahkan bisa dipakai sehari-hari. Seiring dengan kembalinya popularitas gaya busana klasik, kini ada sisi kenyamanan dari pakaian formal yang menarik pasar yang lebih besar.
Penjualan sepatu formal untuk pria dan perempuan tumbuh dua digit pada 2022. Menurut Beth Goldstein, direktur eksekutif dan analis industri aksesori dan alas kaki di NPD Group, alas kaki hibrida yang menggabungkan siluet sepatu formal dengan sol a la sneaker juga meningkat signifikan dibandingkan tahun lalu dan sebelum pandemi. Data lain dari NPD menunjukkan bahwa penjualan pakaian santai dan sepatu performa turun masing-masing sebesar 11% dan 7% pada kuartal kedua 2022.
Sneakers tetap populer di kalangan jenama desainer
Namun, sneakers terus mendominasi inventaris sebagian besar jenama desainer, mulai dari Balenciaga hingga Prada. Dengan demikian, kebangkitan sepatu formal mungkin membutuhkan waktu. Tahun ini, gaya inklusif seperti loafer, oxford, pumps, sendal, dan bot terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Karena acara sosial telah kembali dan orang-orang telah kembali bekerja, kebutuhan akan barang-barang fesyen yang sesuai dengan acara juga meningkat.
Senior Director of Fashion and Trends retailer alas kaki DSW, Regina Popp, mengatakan bahwa loafer memang banyak diminati, dan semakin penting untuk fesyen di era pasca-pandemi. “Fesyen kini mengarah ke tren klasik, dan normal saja jika loafer mengikuti tren tersebut. Loafer nyaman untuk dipakai, mudah ditata, dan bagus dipasangkan dengan denim, namun menawarkan alternatif segar dari sneaker putih.”
Bintang-bintang stylish seperti Tessa Thompson, Hailey Bieber, dan Emma Chamberlain terlihat menata loafer ke dalam lemari pakaian mereka. Baik itu chunky, dikenakan dengan kaus kaki kerut, dengan gesper, atau diberi hiasan, sepatu formal merupakan sepatu yang eksperimental dan juga tak lekang oleh waktu.
Namun, penting untuk dicatat bahwa ini bukan indikasi pembalikan tren yang terjadi sebelum pandemi. Juga bukan pertanda bahwa alas kaki formal akan menyalip sneaker sebagai alas kaki pilihan dunia. Ini hanyalah pertanda bahwa sneaker bukan lagi satu-satunya pilihan yang sesuai dengan gaya hidup saat ini.